Sunday, December 23, 2007

Dengarkan, Maka Ia Berbicara!

Ketika kita mulai lebih tekun mendengarkan maka rasanya Tuhan tidak berhenti memberikan ucapanNya. Bukan dalam pengertian mimpi atau hal ajaib lainnya, tapi dari setiap kejadian dalam kehidupan kita. Ia bersabda melalui semua orang, termasuk melalui dirimu!

Setelah bimbang dan ragu terus menerus, rasanya Dia semakin mengenal saya dan mengetahui betapa anakNya ini harus senantiasa dikuatkan. Tiba-tiba saja dalam kothbah hari minggu Adven ke empat di gereja, pastur mengatakan sesuatu tentang suara hati.

Ketika mengaku dosa kemarin, pastur yang berbeda juga berbicara tentang suara hati. Katanya suara hati itu sebenarnya suara pertama yang hadir di hatimu.

Hari ini pastur lain berkata, hati-hati bila suara hatimu sudah ditumpulkan oleh pengalaman hidupmu. Cari dengan seksama yang mana suara hatimu yang sebenarnya.

Kembali ke pemikiran buku the Power of Now (yang belum selesai juga kubaca), ternyata suara hati bisa bercampur dengan pikiran-pikiran yang senantiasa bergejolak di dalam otak kita. Ketika aku ketakutan menghadapi tantangan hidup, maka suara hatiku berkata: "lari!". Tapi Tuhan melalui Kitab Suci dan pastur sudah berkata:" Jangan takut! Hadapi!" Ketika suara-suara itu mencari pembenaran dan menggoyahkan kekuatan dan keinginanku untuk berjuang, kembali seorang pastur berkata:"Kenali suara hatimu yang asli!"

Tuhan,
Terima kasih Engkau mau menyapaku,
Berulang kali menegur dan menguatkanku,
Setelah kutuduh Engkau senantiasa diam melihat penderitaan di dunia,
Ternyata mataku tidak melihat dalam kegelapan,
Betapa kasihMu bersinar ingin menyelimuti mereka yang menderita.

Tuhan,
Terima kasih Engkau mau mengajakku,
Berjalan menempuh perjalanan ini,
Setelah senantiasa mencari jalan yang nyaman,
Ternyata kasihMu menguatkan langkahku dalam jalan bergelombang ini,
Hanya karena aku mau diam dan mendengarMu.

Terima kasih Tuhan atas pendampingan selama tahun ini,
Malam ini ku akan kembali mencari kanak-kanak Yesus,
Yang tidur di palungan berselimut jerami,
Yang terlelap tidak memikirkan penolakan penginapan-penginapan yang dilaluiNya.
Karena gembala dan raja-raja tetap menemukan pembaringanNya.
Dalam tuntunan sang bintang dari timur.

Engkaulah Bintang dari Timur,
Yang menyinari dan menuntun langkahku,
Dan memberi kehangatan dalam malam hariku,
Memberi bisikan arah dalam terang siang hari,
Terima kasih Tuhan,
Terima kasih.

Amin.

Wednesday, December 19, 2007

Hidup Dalam Keseimbangan

Semula aku merasa hidup sebagai penolong saudara-saudari yang membutuhkan itu tidak susah. Demikian juga keterikatan pada harta dunia itu tidak berguna. Tuhan akan mencukupi setiap kebutuhan kita, sama seperti Dia mencukupi kebutuhan burung-burung di ladang.

Tapi kehidupan melajang berbeda dengan kehidupan dengan tiga orang anak. Sebagai lajang aku tidak perlu takut miskin karena pasti ada pekerjaan yang akan mencukupi kebutuhan harianku. Sebagai lajang aku tidak perlu takut beramal karena kebutuhanku tidak perlu besar. Aku merasa cukup mampu berhemat dan memilah kesenangan yang murah. Buku mungkin adalah kemewahan terbesar buat diriku yang tidak bisa aku lepaskan. Sebagai lajang tentunya hidup jauh lebih mudah.

Tapi menjadi seorang ibu dengan tiga orang anak yang sedang bertumbuh dan berkembang membuat aku gamang dan mudah mengeluh kepada Tuhan. Keinginan-keinginan untuk anak-anak, atau keinginan anak-anak yang menyentuh haruku membuat kehidupan konsumtif mulai memasuki duniaku. Bukan dalam artian konsumtif yang sebenarnya tetapi dalam arti mataku dibukakan bahwa uang itu berarti. Uang itu punya peran penting dalam kehidupan dan pelayanan.

Hal yang tidak pernah aku kejar dalam kehidupan, hal yang mungkin membuatku terus hidup berjauhan darinya (menurut teori My Rich Dad and My Poor Dad). Dan ketika urusan di rumah saja sudah pontang panting, bagaimana dengan kegiatan amal? Sebagai lajang kegiatan amal juga bisa dari bantuan tenaga, sebagai ibu dengan tiga anak yang butuh waktu dan perhatian terkadang enerji sudah habis di rumah sebelum sempat menyisihkan waktu untuk kerja sosial. Dengan memiliki dana mungkin kegiatan amal bisa berjalan (walaupun kegiatan ini bukan hanya bertumpu pada dana!) tapi tanpa kekuatan finansial maka rasanya sungguh tak berdaya.

The Power of Now juga menyiratkan hal yang sama, semakin tidak terpikirkan olehmu maka akan semakin jauh hal itu. Semakin aku menjaga jarak dari uang semakin menjauh ia dariku. Semakin aku merasa tidak bahagia semakin tidak bahagia diriku. Maka itu pikiran positif itu senantiasa perlu dibina.

Tetapi aku sulit membina pikiran positif dengan pola pikir manusiawi. Bayangkan biaya untuk sekolah sangat mahal. Anak kembarku akan masuk SD. Terbayang betapa besar kebutuhan biaya yang dibutuhkan. Sekolah Dasar Katolik di daerah BSD ini mematok kurang lebih 15 juta rupiah per anak. Sementara tabungan yang aku sisihkan untuk pendidikan mereka sudah habis dicairkan pada waktu Lebaran kemarin untuk membayar THR tukang dan kebutuhan asuransi tahunan kami.

Bagaimana tidak berpikir kedepan, dan tidak takut membayangkan masa depan bila harga-harga semakin melonjak dan kebutuhan hidup terus bertambah sementara penghasilan yang tidak seberapa juga seringkali macet.

The Power of Now juga mengatakan tidak ada masa lalu dan tidak ada masa depan, itulah yang membuat kebahagiaan bisa muncul. Benar, terlalu terpukau kepada kehidupan indah yang pernah dikecap akan mendatangkan penyesalan yang terus menerus. Sama saja dengan terlalu terpaku pada kehidupan sulit di masa lalu bisa juga mendatangkan kesedihan terus menerus menangisi nasib. Masa depan bila dipikirkan akan menakutkan bagi pemikiran yang terlalu suka berimajinasi secara negatif. Karena itu fokuslah pada hari ini. Hari ini harinya Tuhan! Bila kita menyanyikan lagu ini setiap hari maka setiap hari adalah hari Tuhan. Puji Dia dan bersyukurlah atas anugerah harian yang kita terima!

Roh Kudus datang untuk menolong dan menguatkan manusia yang lemah. Kita juga sebagai umatNya di minta menjadi bagian dari pertolongan tersebut. Menjadi parakletos (Yunani, artinya penolong), dan menjadi sarana kegembiraan dan damai (shalom) bagi sesama.

Semoga aku bisa menyeimbangkan semua urusan, dari pribadi, keluarga, dan masyarakat. Bisa meluangkan waktu untuk semua hal dari urusan surgawi maupun duniawi.


Ya Allah,
BerkatMu menguatkan kami,
Roh KudusMu menghibur dan menuntun kami,
Biarlah kami percaya sepenuhnya pada kasihMu,
Dan hari ini menjadi persembahan bagiMu,
Sehingga setiap hari dalam kehidupan kami menjadi pelayanan bagiMu.
Berikan air kehidupanMu bagi dahaga kami,
Berikan roti kehidupanMu guna mengobati kelaparan kami,
Karena dariMu kehidupan abadi berasal,
Dan dariMu setiap hari kami meminjam nafas.
Terima kasih Bapa atas semua rahmat dan kasihMu.
Amin.

Jangan Melarikan Diri Dari Cobaan!

Kemarin saya dikuatkan dengan bacaan dari Kitab Yehezkiel, yaitu Panggilan Yehezkiel. Pada Yehezkiel 2: 6 dikatakan:”Dan engkau, anak manusia, janganlah takut melihat mereka maupun mendengarkan kata-kata mereka dan janganlah gentar melihat mukanya,…”.

Hari ini sabda itu diperkuat dengan perkataan Romo di ruang pengakuan: “…jangan melarikan diri dari ketidak benaran, cobalah bertahan dan memperbaikinya dari dalam”. Suatu tugas perutusan yang berat, tapi saya senang karena Tuhan semakin sering menyapa saya. Mungkin juga dari dulu Ia selalu menyapa saya, tapi saya terlalu sibuk dengan diri saya sendiri sehingga tidak mendengarkan suaraNya.

Benar, mungkin saya terlalu sibuk dengan pikiran-pikiran saya sendiri sehingga pemikiranNya tak saya acuhkan. Buku the Power of Now juga sangat membantu pencerahan saya. Sekarang saya mengerti kenapa saya merasakan bahagia yang penuh kedamaian itu. Ketika itu saya tidak sanggup lagi berpikir karena sedih, malu, dan kecewa yang bercampur aduk. Saya menghentikan semua kegiatan berpikir saya dan pasrah kepadaNya, “Tuhan, apapun yang terjadi temani anakMu. Beri aku kekuatan”. Dan kegembiraan itu seperti cahaya yang menyeruak menghangatkan hatiku sementara air mata terus deras mengalir.

Kebahagiaan yang kurindukan itu belum pernah muncul kembali. Mungkin karena aku masih belum pernah berhasil memasrahkan diri sepenuh hati seperti pada hari itu. Dalam setiap kesulitan, ego manusiaku selalu sibuk memikirkan alternatif jalan keluar yang mungkin dicapai. Atau ketidak sabaranku mengakibatkan aku melibatkan banyak tambahan pikiran dari orang-orang di sekitarku untuk menambah beban lalu lintas pergerakan pikiran yang membuat kehadiranNya tidak terasakan.

Sedikit demi sedikit terasa aku menuju ke jalan yang lebih terang. Dalam Sirakh 3:21 dikatakan “Apa yang terlampau sukar bagimu jangan kau cari, dan apa yang melampaui kemampuanmu jangan kau selidiki”. Kesombongan seringkali membuatku mencari hal yang terlalu sukar bagiku, dan menyelidiki masalah yang terlampau rumit bagiku.

Tetapi Ia juga bersabda melalui Sirakh 32:16-24 yang kugaris bawahi pada perkataan :
“Orang berdosa menolak teguran, dan akan menemui dalihnya untuk mengikuti kehendak sendiri. Sebaliknya orang arif tidak mengabaikan suatu pikiran tepat, sedangkan orang pongah yang congkak tidak bersembunyi karena takut. Jangan berbuat apapun tanpa timbang menimbang, supaya setelah mengerjakan sesuatu jangan menyesal. Jangan menempuh jalan yang jendal jendul, nanti engkau tersandung karena batu-batunya. Jangan merasa diri aman terhadap penyamun di jalan, dan di lorong-lorongmu hendaklah berjaga. Hendaklah waspada dalam segala pekerjaanmu, sebab demikianlah kaupenuhi segala perintah. Barangsiapa percaya akan hukum Taurat pasti memperhatikan segal perintah, dan orang yang percaya pada Tuhan takkan ditimpa kerugian apapun”.

Jadi sementara kita harus terus hidup dalam percobaan dan pergumulan di tengah masyarakat luas, kita juga perlu berhati-hati. Pikiran merupakan alat untuk menimbang baik dan buruk, tapi berpegang pada kehendakNya merupakan pengasah hati nurani yang menjadi pelita dalam melangkah.

Tuhan,
Terima kasih atas berkat dan karuniaMu,
Betapa sering kulupakan hadirMu di dalam hatiku,
Dan membiarkan otakku mengambil alih kendali keputusan langkahku,
Betapa sering kutakut merugi dan menyimpan erat talenta dariMu,
Tapi sekarang terangMu membimbingku untuk keluar sejengkal demi sejengkal.
Waktu manusia adalah sekarang, waktu Tuhan adalah sepanjang masa…
Tuhan, bantu anakMu untuk berserah sepenuh hati dan pikiran kepada kebenaranMu.
Amin

Thursday, December 13, 2007

Tuhan Sang Guru Kebijaksanaan

Bacaan dari kitab Yesaya bab 48 ayat 17-18: “…Akulah Tuhan, Allahmu, yang mengajar engkau tentang apa yang memberi faedah, yang menuntun engkau di jalan yang harus kautempuh. Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintahKu, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti,…”.

Dalam Sirakh 1:27 dikatakan: “Sebab kebijaksanaan dan pengajaran adalah ketakutan akan Tuhan, dan Allah berkenan pada kesetiaan dan hati lembut”.

Sebelumnya dalam Sirakh 1:26 sudah tertulis bahwa bila seseorang menginginkan kebijaksanaan maka perlu memperhatikan perintahNya karena hanya dengan demikian Tuhan akan menganugerahkan kebijaksanaan.

Dalam masa kecilku saya berbahagia karena banyak yang memperkenalkan kitab suci dan bacaan-bacaan rohani kepadaku. Pater Wollf dengan Kuis Kitab Sucinya (yang berhadiah perangko manca negara) membuat saya lebih rajin membaca kitab suci. Sr. Yohanita dengan pinjaman buku-buku kehidupan para santo dan santa juga memperkaya cakrawala kehidupan rohaniku. Ikut kegiatan sekolah minggu (entah di hari minggu atau bukan) bersama anak-anak dari keluarga yang bergabung dalam Ikatan Keluarga Kristen Katolik dan Protestan (kalau tidak salah nama) membuat saya sejak dini sudah kaya akan pemahaman perbedaan cara pandang dalam membaca Firman.

Hanya seringkali saya tidak sabar menunggu kejelasan akan apa yang diinginkanNya dariku, kejelasan akan jalan mana yang patut aku ambil. Sementara senang menunggu perintah, keinginan untuk selalu cepat membuat aku lebih sering mangambil keputusan sendiri tanpa sungguh-sungguh mendengar perintahNya.

Rupanya semakin aku dewasa semakin merasa besar dan lebih pandai daripadaNya. Bagaikan burung kecil yang beranjak dewasa dan sudah memiliki kepakan sayap yang kuat aku mencoba terbang menjauhi sarang. Kepakan sayapku membawaku terlalu jauh dari sarangku dan aku kesulitan mencari jalan kembali kepadaNya.

Tapi ketika aku terpuruk dengan hati remuk redam, dan tidak berkekuatan sama sekali maka Ia tampil menjadi tongkat penahan. Allah menaungiku dengan kasihNya yang besar dan tak terhingga. Kehangatan kasih itu membawa kebahagiaan dalam kesusahan hatiku. Derita itu tidak hilang, tetapi damai sejahtera yang melingkupi tubuhku memberikan rasa aman dan kesejukan yang tiada tara. Tangan-tanganNya mengangkatku kembali ke dalam kehangatan sarang.

Perasaan itu baru datang sekali, alangkah bahagianya bila setiap hari dalam kehidupanku aku bisa merasakan anugerah itu. Kalau boleh tentunya bukan semata dalam kepedihan hidup, tapi dalam setiap suka dan duka kehidupan aku boleh merasakan hadirNya dan kehangatan cintaNya.

Tuhan,

Engkau adalah Maha Guru bagiku,

Ajari daku bahasa kasih yang abadi,

Dan jangan biarkan daku hilang dari pandangan mataMu.

Limpahi aku dengan kehangatan cintaMu,

Dan bimbing langkahku agar menapak di jalanMu.

Terima kasih atas damai sejahteraMu Bapa,

Penuhi jiwaku dengan seruan syukur bagiMu.

Amin.

Wednesday, December 12, 2007

Tuhan Adalah Sumber Kebijaksanaan

Menunda bisa jadi berarti kehilangan kesempatan. Hal ini terasa benar ketika saya menunda menuliskan hasil meditasi saya minggu lalu. Saya sibuk memikirkan bagaimana mengangkat pertemuan di Bali ke dalam sebuah berita artikel. Dan saya menunda dan menunda terus menuliskan pengalaman meditasi saya. Semalam saya pergi ke acara Pendalaman Iman lingkungan bersama anak-anak, dan rupanya pembatas halaman saya berpindah tempat. Sekarang saya kehilangan kutipan yang akan mendasari pengalaman meditasi saya.

Tetapi kehilangan bisa juga menjadi karunia penambahan. Sungguh, ketika mencoba mencari kutipan yang saya cari-cari maka saya membaca begitu banyak kata-kata bijak dari kitab Yesus bin Sirakh.

Saya percaya apa yang ingin dikatakan Tuhan akan diulangiNya kembali. Hari ini biarlah saya memulai meditasi pribadi dengan kitab Sirakh.

Catatan pertama saya ada di kata pengantar penterjemah Yunani yang menuliskan, “…para pembaca jangan menjadi berpengetahuan sendiri saja, tetapi setelah semuanya dipelajari hendaklah kepandaian mereka bermanfaat juga bagi orang-orang luar, baik secara lisan maupun secara tertulis”.

Demikianlah kitab Sirakh dituliskan oleh Yesus bin Sirakh setelah mempelajari kitab Taurat, kitab para Nabi, dan kitab kitab lainnya agar bisa berbagi dengan orang lain yang suka belajar.

Kitab Sirakh 1: 1 – 20; Tuhanlah sumber kebijaksanaan. Takut akan Tuhan adalah awal kebijaksanaan, takut akan Tuhan adalah puncak kebijaksanaan.

Bertahun-tahun aku berdoa untuk memperoleh kebijaksanaan dalam memilih langkah, kebijaksanaan dalam menyikapi hidup. Ternyata jawabnya ada di kitab suci yang mungkin jarang tersentuh di kala hidup sedang berjalan lancar.

Takut akan Tuhan, ikutilah perintah-perintahNya! Perintah Tuhan bukan sekedar 10 Perintah Allah ataupun 5 perintah Gereja, tapi perintah Tuhan yang utama adalah Kasih! Kasih kepada Tuhan dan kasih kepada sesama. Itulah sebabnya kita membuat tanda salib. Hubungan kita secara vertikal dengan Tuhan, dan hubungan kita secara horisontal dengan sesama.

Pangkal kebijaksanaan adalah takut akan Tuhan, dan semua berkat keluar dari menanamkan pohon sumber kebijaksanaan ini.

Takut akan Tuhan tidak berarti ketakutan seorang hamba kepada Tuannya, melainkan ketakutan akan menyakiti HatiNya yang Kudus. Yesus datang untuk memberikan penjelasan itu, bahwa Tuhan itu Maha Kasih dan karena kasihNya maka manusia boleh memperoleh penyelamatan. Setelah semua Kasih yang dicurahkanNya pada diri kita, masih mampukah kita mengkhianati cintaNya?

Tuhan,

Engkau sumber bahagiaku,

Dalam keterpurukan aku mampu berbahagia,

Karena kebijakan yang Dikau bukakan pada mataku,

Betapa besar kasihMu padaku,

Takkan kau biarkan daku sendiri dalam duka,

TanganMu menjamah, kata-kataMu menghibur,

Terima kasih Engkau mau datang padaku Tuhan,

Terima kasih Engkau mau membagi kebijaksanaanMu,

Terima kasih Engkau selalu melindungiku.

Amin.

Catatan: Tiba-tiba saja terasa penting untuk menjadikan tulisan ini saya sebagai bingkisan ulang tahun bagi Romo F.X. Danuwinata SJ yang hari ini berulang tahun (13 Desember).

Wednesday, November 28, 2007

Tuhan Sumber Kekuatan dan Penghiburan

Terus terang membaca buku “Menyeberangi Sungai Air Mata” dari Romo A. Sumarwan SJ membuat saya berlinang air mata. Buku yang disusun berdasarkan tugas kuliah Teologi Rekonsiliasi ini memang mengaduk perasaan. Selain beberapa kisah yang cukup detail, kelengkapan unsur orang yang diwawancara cukup beragam. Ada yang berkisah tentang “coro” yang dibencinya, ada yang berkisah bagaimana dia dianggap seorang “coro”. Satu hal penting yang terasa adalah betapa kekuatan hidup itu tidak berasal dari manusia sendiri tapi berasal dari Tuhan melalui perantaraan manusia-manusia lain juga. Penguatan yang mereka dapatkan menjadi bekal mereka untuk terus hidup dan terus mencintai Tuhan.

Bacaan renungan kemarin dan hari ini mungkin bisa membantu menguatkan kita dalam menjalani kehidupan ini. Hidup ini terasa tidak mudah, tetapi membaca buku di atas membuat saya tersentak. Betapa terlalu kecilnya masalah yang saya hadapi bila dibandingkan dengan penderitaan orang-orang itu. Betapa besar pergulatan mereka untuk tetap percaya kepada kehadiran kuasa Allah. Penyiksaan-penyiksaan itu merupakan cobaan besar yang bisa membuat setiap orang kehilangan kepercayaan pada hadirnya Allah dan keadilanNya. Bila saya pernah ikut mempertanyakan “Mengapa Tuhan diam?” maka taraf pertanyaan saya belum setara dengan teriakan nurani yang tersobek-sobek karena merana dizalimi seperti mereka ini.

Lukas 21:19 mengatakan “Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu…”. Kisah-kisah yang dikumpulkan Romo Sumarwan dan teman-temannya sungguh sebuah contoh nyata betapa mereka bertahan dan kemudian memperoleh hidup mereka di dalam Allah. Betapa tangan Allah menguatkan mereka dalam penderitaan dan memberikan pelajaran-pelajaran dari kesusahan mereka yang menjadi bekal hidup mereka di kemudian hari.

Dalam bagian meditasi buku Mutiara Iman mencontohkan seorang anak yang ingin membantu seekor kupu-kupu keluar dari kepompongnya. Dia merobekkan kepompong itu untuk mengeluarkan makhluk tak berdaya yang sedang berjuang untuk keluar dari keterikatannya. Apa yang kemudian diperolehnya? Kupu-kupu itu mati!

Mengapa aku takut berjuang? Aku takut berbuat kesalahan dalam perjuangan itu. Aku takut terjatuh dalam kancah percobaan dan tidak mampu keluar dari perangkap. Sekarang bergantian artis-artis tua ditangkap karena kasus narkoba. Sebuah perangkap yang memenjarakan mereka bahkan di tengah kebebasan fisiknya. Itulah yang aku takuti. Takut bahwa penderitaan membuat aku tidak kuat dan terjatuh ke lubang dalam yang tak tertolongkan. Aku lupa bahwa yang akan menolong adalah Gembala Yang Maha Kuasa. Betapa besar KuasaNya, dan betapa menentramkan jaminan dariNya.

“Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat…” (Luk 21:28). Dari bacaan diatas buku Mutiara Iman menyatakan bahwa bagi orang yang senantiasa mengusahakan hidup yang baik, benar dan bertanggung jawab, di hadapan Tuhan maupun sesamanya, maka orang itu tidak punya alasan yang mendasar untuk gentar bila hari kiamat atau hari kematiannya tiba.

Kematian bukan hal yang menakutkan bagi diriku, bahkan terkadang terasa sebagai jalan terbaik untuk berhenti berjuang. Suatu kesalahan besar untuk berfokus kepada kehidupan kekal tanpa keinginan berjuang melalui cobaan hidup ini. Bila kerikil-kerikil kecil saja sanggup membuatku terantuk, bagaimana bila harus melawan badai menyeberangi sungai air mata? Tidakkah akan hilang tempatku di rumahNya yang kekal?

Kalau sekarang ini aku mulai takut pada kematian, itu adalah karena kehadiran anak-anak yang dititipkanNya. Terkadang aku lupa bahwa itu adalah anak-anakNya yang dititipkan kepadaku. Hal ini membuat aku takut dipanggilNya sebelum tugasku sebagai seorang ibu rampung. Aku kembali lupa bahwa Dia yang menitipkan akan menjaga yang dititipkanNya walaupun aku tidak ada. Bahkan disaat aku ada, kelalaianku senantiasa tertutupi oleh penjagaanNya.

Ya Bapa yang Maha Kuasa,
Maha Baik dan Penyayang,
Kuasa dan KasihMu senantiasa melindungi kami anak-anakMu,
Terima kasih atas cinta yang berlimpah yang terkadang tidak kami syukuri Bapa.
Terkadang kami jatuh karena kesalahan kami sendiri dan kami marah merasa Engkau tidak menjaga,
Betapa kami belum juga menjadi dewasa di dalam diriMu ya Bapa,
Dewasakan kami ya Bapa,
Bimbing kami dalam jalan berbatu dan berliku.
Ingatkan kami untuk membantu sesama,
Menjadi perpanjangan tanganMu di kala menyeberangi sungai yang berbahaya,
Saling menolong dan berpegangan tangan ,
Melalui rintangan yang mengahadang di depan.
KekuatanMu adalah sumber tenaga kami,
PelitaMua adalah sumber terang dalam kelam malam.
Tuhan,
Temani kami selalu agar tak jauh dari kerajaanMu.
Amin.

Thursday, November 22, 2007

Rumahku Adalah Rumah Doa

Menjadi orang Katolik dengan segala tata cara ekaristi yang bagi sebagian orang menjemukan sesungguhnya merupakan berkat. Bila bisa bertekun dalam doa sepanjang ekaristi maka sungguh hubungan personal dengan Allah yang dapat kita tuai. Sementara itu segala tahapan doa yang sama persis di seluruh dunia membantu kita untuk merasa satu dan bersaudara di dalam gereja Katolik dimanapun kita berada. Gereja Allah adalah umatNya. Demikian juga kataNya dalam Lukas 19:46: “RumahKu adalah rumah doa”. Sanggupkah kita umatNya menjadikan diri kita rumah doa?

Dalam renungan kelompok hari ini seorang teman menceritakan pengalamannya ke Eropa. Betapa tercengangnya dia melihat keindahan dan kemegahan Katedral di Koln. Betapa terbantunya dia mengikuti perayaan ekaristi dalam bahasa Jerman yang asing bagi telinganya karena kemiripan tata cara dengan yang kita jalani di Indonesia. Demikian juga lagu-lagu yang digunakannya betapa mirip dengan lagu-lagu di Puji Syukur. Sungguh makna universal atau umum dari agama Katolik terasa.

Saya beruntung karena lebih dari sepuluh tahun lalu pernah juga merasakan ke gereja Katolik di berbagai kota di Eropa. Yang teringat adalah betapa mudahnya kita melaksanakan niat bila Tuhan ada bersama niat itu sendiri. Saya teringat betapa sering saya kebingungan dimana letak gereja Katolik, tetapi senantiasa berhasil menemukannya. Bukan hanya menemukan, tetapi senantiasa muncul di saat yang tepat…mendekati misa kudus! Pengalaman menjadi satu dalam doa sungguh terasa di Lourdes terutama dalam upacara cahaya di sore hari, melihat orang-orang sakit dibantu oleh para relawan, merasakan kebersamaan dalam doa-doa dalam berbagai macam bahasa. Saat itu sungguh terasa betapa Tuhan menyatukan kita semua.

Lonceng gereja juga menjadi pertanda bagi saya. Beruntung karena di Eropa lonceng Angelus senantiasa berbunyi, jadi begitu tiba di suatu kota maka pada jam 12 siang saya akan mendengar bunyi lonceng gereja dan bisa berusaha mencarinya. Pernah di suatu kota di Perancis (lupa dimana, bukan di Paris…mungkin di Angers) saya sudah mendengar lonceng itu dan berusaha mencarinya keesokan paginya. Betapa kecewa ketika menemukan pintu gereja terkunci. Hal ini sebenarnya hal biasa di Indonesia (senang bahwa sekarang semakin banyak yang membuka pintu gereja sepanjang hari), tapi waktu itu tidak biasa saya temui di Eropa. Kecewa karena jadwal saya yang sangat singkat di kota itu mungkin tidak akan memungkinkan saya berdoa di dalam gereja itu, sementara keinginan saya adalah untuk berdoa di dalam gereja di setiap kota yang saya kunjungi. Dengan sedih saya berbalik untuk pulang, tapi tiba-tiba saya mendengar suara koor yang bagaikan nyanyian para malaikat di telinga saya. Mengikuti asal suara itu saya berhasil menemukan pintu kecil yang membawa saya masuk ke sebuah ruang kecil dimana sedang diadakan misa pagi. Puji Tuhan, tanganNya menuntun saya ke dalam GerejaNya. Komunitas yang berdoa adalah komunitas biara dan beberapa umat yang tentunya sudah hadir tepat waktu karena tidak terlihat orang masuk lagi setelah saya.

Mengenai masalah tepat waktu saya juga bingung, apakah lebih baik terlambat daripada tidak ke gereja atau lebih baik tidak ke gereja karena terlambat? Orang di Indonesia sepertinya memilih yang pilihan pertama sementara sebagian besar orang di Eropa tampaknya lebih memilih opsi kedua. Mungkin ini bukan pengamatan yang akurat. Selain waktu yang saya habiskan di Eropa tidak cukup lama, kejadian ini juga sudah terlalu lama berlalu mungkin yang teringat tidak lagi sepenuhnya benar.

Melihat tapi tidak tahu, mendengar tapi tidak mengerti, merupakan ungkapan betapa sering kita tidak berhasil menangkap keinginan Allah. Mencari peneguhan dariNya, mencari kedamaian yang timbul dari pengambilan keputusan yang tepat, hanya dapat diperoleh melalui doa. RumahKu adalah rumah doa!

Tuhan,
Terima kasih atas kemurahan hatiMu kepada kami,
ajarilah kami untuk berdoa,
ajari kami untuk mengajak keluarga kami berkumpul dan bersatu dalam doa.
Bantulah kami menyediakan waktu,
terkadang 24 jam tidak terasa cukup,
tapi sesungguhnya bila kuhitung
tak cukup sejam daku sungguh diam dan berdoa…
Ajari dan bantu kami berdoa yang benar ya Bapa,
karena kami perlu belajar dari cintaMu yang mahabesar.
Amin.

Wednesday, November 21, 2007

Damai Sejahtera

Siapa yang tidak ingin memperoleh damai sejahtera bagi dirinya dan juga bagi sesama di sekitarnya? Saya sungguh ingin memperolehnya. Rasanya setiap langkahku kutujukan untuk hal itu. Tapi seringkali ke “Aku”an membuat kita buta dan bodoh.

Dalam Lukas 19:41-42 Yesus menangisi sebuah kota, alangkah baiknya jika penduduk kota itu mengerti apa yang perlu untuk damai sejahtera mereka. Mungkin Yesus juga menangisi saya, betapa buta dan degil saya yang terus berjuang untuk sesuatu yang tidak akan membawa damai sejahtera dalam kehidupanku.

Jalan menuju damai sejahtera ada padaNya. Tapi yang mengendalikan mobil itu di atas jalanan adalah kita sendiri. Alangkah sulitnya mengharmonisasi permainan gas, kopling dan rem dalam mengemudikan mobil itu. Membiarkan Tuhan yang bekerja terus bagi kita juga tidak benar, Allah menginginkan kita dengan kehendak bebas kita untuk ikut berpikir dan memilih. Berpikir dan memilih sendiri sarat dengan ancaman akan jatuh pada kepercayaan akan “Aku” yang terlalu besar. Ada saatnya kita lupa mengandalkan Tuhan. Ada saatnya kita berpikir hanya dalam kacamata pribadi dan melupakan kacamata sesama.

Menjadi pendengar bagi sesama yang berbeban berat juga sangat menyulitkan. Beban mereka seringkali terasa ringan dibandingkan beban kita sendiri. Alih-alih memberikan dukungan yang menguatkan, kita malah memberikan komentar yang mengecilkan arti kesulitannya. Akan adakah damai sejahtera? Tidak!

Tuhan,
Terima kasih atas berkat kehendak bebas yang kami peroleh,
tolong aku untuk mengerti
bagaimana memperoleh damai sejahtera dalam kehidupanku,
bagaimana membagikan damai sejahtera ke dalam kehidupan di sekitarku.
Bantu daku untuk lebih mengenalMu,
lebih mengenal jalanMu yang perlu kupilih.
Bantu daku untuk lebih mendengarkan
sabdaMu maupun kesah sesamaku…
Beri daku kekuatan dan kebijaksanaanTuhan,
Dalam menuju damai sejahteraMu.
Amin.

Monday, November 19, 2007

Kesetiaan

Beberapa hari yang lalu saya di undang menghadiri sakramen perkawinan seorang teman. Ketika melihat acara dengan koor yang indah, ditambah denting-denting harpa merdu dari Heidy Awuy saya sempat berpikir:"Kebahagiaan hari ini sebenarnya adalah langkah awal dalam menjalani segala tantangan hidup".

Pastur kemudian berkothbah tentang kesetiaan dan kepercayaan. Betapa seringkali kepercayaan yang disalah gunakan membuat kita sulit untuk mempercayai kembali seseorang. Dan juga tentang sulitnya menjalankan janji kesetiaan itu sendiri. Pada waktu melihat pengantin memasuki gereja yang terpikirkan adalah komitmen yang mereka akan janjikan dan yang akan merubah kehidupan mereka setelah keluar dari gereja. Maka pada saat mendengar kothbah pastur yang terbayang adalah betapa sering kita sebagai GerejaNya mengecewakan Allah yang Maha Setia. Betapa sering kita tidak setia kepadaNya tapi dia selalu rela untuk mengampuni kita dan menerima kita kembali kedalam damaiNya.

Sabtu sebelumnya bacaan dari Luk 16:10 mengatakan: "Barang siapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar". Betapa sering kita menuntut Allah untuk diberi kepercayaan akan rezeki yang lebih besar, kebahagiaan yang lebih besar padahal kita tidak pernah mampu mengelola berkat-berkat kecil yang senantiasa dilimpahkanNya kepada kita. Betapa rasa sayang pada diri sendiri, ketidak mampuan untuk berkorban bagi orang lain membuat kita tersandung dalam membagikan kasihNya kepada orang di sekeliling kita. Bila berkat kecil tidak mampu kita kelola bagi kemuliaan namaNya, bagaimana Ia bisa memberikan kita berkat yang lebih besar?

Hari itu saya juga diingatkan kembali akan makna kasih. Kasih itu sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersuka cita karena ketidak adilan, tapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.

Dalam suratnya kepada umat di Korintus, Rasul Paulus berkata:" Sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku" (Baca 1 Kor 13: 1-7, 13).

Tuhan Allah yang Maha Baik dan Maha Kasih,
tolong hamba umatMu,
untuk lebih dalam mengerti dan mengamalkan kasihMu,
bukan karena imbalanMu yang berlimpah,
tapi lebih karena kasihMu sendiri.
Teladan kasih PutraMu Yesus Kristus,
yang rela menanggung segala kepedihan, hina dan cerca,
dan menerima segala siksa demi menebus manusia dari kelam dosa.
Ya Allah, biarkan kasihMu meraja di hati kami semua umat manusia.
Jangan biarkan kehidupan membunuh bibit kasih di hati manusia,
karena Maha Agung dan Kekal KasihMu Ya Allah.
Berkati kami umatMu ya Bapa,
Amin.

Friday, November 16, 2007

Selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu (Luk 18:1)

Sesungguhnya Tuhan ada di dalam setiap percakapanku. Dalam setiap langkahku kusebut namaNya. Tapi karena Ia begitu dekat terkadang aku lupa untuk secara khusus meluangkan waktu menemuiNya. Sama dengan orang tua kita yang senantiasa dekat dengan kita. Terkadang kita terlalu sibuk dengan urusan lain sehingga mereka hanya ada di pikiran kita tapi tidak sempat sungguh-sungguh kita perhatikan.

Membaca renungan hari ini membuat saya berpikir. Terutama ketika membaca tentang Santa Elisabeth dari Hungaria, betapa salib tidak menjadikan dia patah. Dia bangkit dan terus berdoa. Betapa sering saya berputus asa dan mengeluh dalam kehidupan. Dan doa-doaku menjadi penuh dengan keluh kesah dan kegundahan. Doa yang seharusnya menjadi ungkapan cinta kepada Tuhan menjadi tuntutan kepada Tuhan.

Pernahkah saya jemu berdoa? Sebenarnya tidak ada kejenuhan untuk berdoa walaupun saya pernah mngatakan bahawa Tuhan itu diam. Tetapi kesulitan terutama saya sebenarnya adalah konsentrasi. Sangat sulit untuk duduk sendiri dan berkonsentrasi pada Tuhan. Konsentrasi baru bisa saya capai (tidak sepenuhnya) bila bersama teman-teman sekomunitas. Ini hal yang menyedihkan, karena hubungan saya dan Tuhan seharusnya personal. Dalam hal ini saya mungkin harus belajar dari rekan-rekan muslim yang sanggup menyediakan waktu minimal 5 kali dalam sehari untuk secara serius berhadapan dengan Tuhan secara personal.

Mengapa konsentrasi saya kurang sekali? Karena seringkali saya lebih mengandalkan diri sendiri dan membiarkan pikiran saya mengelana sendiri. Percayalah kepada Tuhan kata Sirakh 34. Barangsiapa takut akan Tuhan akan hidup, sebab harapannya tertaruh pada Dia yang menyelamatkannya. Barangsiapa takut akan Tuhan tidak kuatir terhadap apapun, dan tidak menaruh ketakutan sebab Tuhanlah pengharapannya. (Sirakh 34:13-14). Mata Tuhan tertuju kepada orang yang cinta kepadaNya. Tuhan menjadi perisai yang kuat dan sandaran yang kokoh, naungan terhadap angin yang panas dan perlindungan terhadap panas terik siang hari, penjagaan sehingga tidak tersandung dan pertolongan sehingga tidaklah runtuh. Tuhan menegakkan hati dan menerangi mata, member kesembuhan, hidup, serta berkat.(Sirakh 34:16-17).

Ketika saya sanggup menjadi Maria yang mampu duduk diam mendengarkan sabda Yesus, dan berhenti menjadi Martha yang sibuk melayani orang tetapi melupakan dirinya sendiri, maka saya akan berhasil dalam berdoa.

Ya Tuhan,
Ajari saya untuk berdoa,
Untuk mengarahkan pikiranku semata kepadaMu,
Dan tunduk diam hanya memikirkan diriMu semata,
Untuk mengisi seluruh pikiranku dengan keagunganMu,
Dan bersembah sujud dalam naungan cintaMu belaka,
Ajari daku bahasa cintaMu ya Allah,
Agar kumampu menebarkan kasihMu,
Dalam kehidupanku, kehidupan suami dan anak-anakku,
Dalam lingkungan dan semua komunitasku,
Berkati pikiranku ya Bapa,
Semoga semua dimurnikan dalam namaMu,
Amin.

Monday, September 03, 2007

Rendah Hati, Sabar, Setia, Jujur, dan Bertanggung Jawab

Tanggal 2 September 2007 adalah hari Minggu Kitab Suci Nasional. Dahulu seringkali saya menuding Tuhan itu diam. Ada beberapa hal yang sulit dipahami manusia karena pada dasarnya manusia juga harus ikut memilih. Inilah buah dari pohon ilmu pengetahuan yang sudah dimakan oleh Adam dan Hawa.

Kalau saya melihat masalah sandera di Afghanistan, saya sungguh bersyukur bahwa mereka yang tersisa bisa kembali dengan selamat ke Seoul. Tapi kalau tidak ada perundingan maka kebebasan ini tidak akan pernah terjadi. Apakah hanya berdoa akan memberikan jalan keluar seperti buah yang jatuh dari langit? Tidak! Manusia harus berusaha juga. Sementara banyak pihak mengecam proses pembebasan karena dipandang bernegosiasi dengan teroris(?), saya pribadi lebih senang dengan hasil damai yang terjadi. Saya berharap Tuhan yang bekerja di balik semua ini. Terkadang agama memecah belah manusia, membuat manusia yang satu merasa lebih baik dan lebih berakhlak karena agamanya. Padahal hanya Tuhan semata yang Maha Tahu. Dia tahu sampai kedalaman hati manusia yang terdalam. Dia bahkan tahu sebelum kita sendiri menyadari diri kita sendiri.

Kerendahan hati, kesabaran, kesetiaan, kejujuran, dan rasa tangung jawab menjadi hal yang sangat sulit untuk dipelihara dalam zaman global yang penuh dengan konsumerisme ini. Jebakan untuk menikmati kesombongan pribadi, keinginan untuk memperoleh sesuatu secara instan seringkali membuat hal-hal baik ini terkubur di dalam mengejar kebahagiaan sesaat. Dan terkadang, tuduhan bahwa Tuhan itu diam muncul pada saat keinginan-keinginan itu tidak terjawab.

Tuhan tidak pernah diam, Kitab Suci merupakan sabdaNya yang senantiasa sedia memberikan jawaban bila kita mau mendengarkan. SabdaNya senantiasa ada, kita yang memilih untuk mendengarkanNya atau mengabaikanNya.

Santo Gregorius Agung merupakan seorang gembala yang dengan setia membantu umat mendengarkan sabdaNya. Dengan lebih mendekatkan umat kepada Tuhan, maka Sang Sabda akan lebih hidup di dalam hati umatNya. Betapa besar kuasa Tuhan dalam kehidupan orang yang beriman.

Allah Bapa yang Maha Baik,
Terima kasih atas segala berkatMu...
Atas Sabda yang Hidup ditengah manusia...
Berkati kami dengan Roh KudusMu ya Bapa...
Agar senantiasa sabar dan setia ...
Jujur dan rendah hati...
Serta bertanggung jawab atas talenta yang Dikau berikan...
Bertanggung jawab atas dunia yang Dikau titipkan...

Santo Gregorius doakan kami,
Karena berat jalan kehidupan dan seringkali kami terjatuh dan tersesat...
Doakan kami agar slalu setia...
Dalam hal besar maupun hal kecil...
Setia pada Bapa di surga...
Percaya pada kerahimanNya...
Dan setia menanti panggilanNya
Untuk ikut bersamaNya di dalam rumahNya yang indah penuh damai sejahtera...
Amin.

Sunday, August 19, 2007

Keresahanku

Sebuah keresahan menggelayut benakku. Kemarin saya mengikuti sebuah misa peringatan 40 hari meninggalnya seorang tetangga. Pertama misa bisa diadakan di rumah pada hari Minggu. Baru saja tanggal 17 Agustus lalu kami diberitahu seorang romo bahwa tanggal 17 Agustus termasuk sama dengan hari besar Gereja/ hari Minggu sehingga dia tidak bersedia mengadakan misa kudus di rumah. Sebenarnya adakah peraturan yang baku?

Kemudian pada saat komuni, pihak keluarga yang non Katolik yaitu yang beragama Kristen ikut menyambut komuni. Saya sempat memberitahukan pada ketua lingkungan, tapi beliau tidak berbuat apa-apa. Kemudian beberapa anggota keluarga yang lain, yang saya tidak tahu persis Katolik atau Kristen (saya pikir tadinya Kristen) ikut menyambut komuni. Sikap mereka sopan dan hormat, dan juga berdoa setelah komuni. Tidak ada tanda-tanda pelecehan terhadap Sakramen MahaKudus. Tapi apakah benar sebagai awam saya boleh diam dan tidak menginformasikan hal ini kepada pastor? Apakah tidak menjadi masalah membiarkan mereka ikut berbagi sakramen dalam perayaan Ekaristi? Setahu saya hal ini tidak diperbolehkan gereja. Terkadang kita bisa menjadi orang aneh dan bersikap mencari gara-gara karena hal prinsip yang orang lain tidak tahu atau tidak mau tahu.

Tuhan,
Tolong bimbing hatiku agar senantiasa berani mengatakan kebenaran,
Agar tidak takut tersingkir dan terisolir karena kebenaran,
Agar mampu mengetahui kebenaran itu sendiri,
Hanya Engkau Yang Maha Benar sumber segala kearifan Ya Bapa,
Dampingilah dan kuatkanlah kami,
Amin.

Trust in Providence

I’ve been searching the news of Rev. Frans Madhu, SVD for quite a long time. May be I have misspell the name, or I’ve just not doing the search intensively in the google. Yesterday I found a blog revealing a personal view of the incident.

This morning I found in my meditation a wise word “There is no need to be afraid, little flock, for it has pleased your Father to give you the kingdom” (Luke 12:22)
Before, in Luke 12: 4-5 it is written “To you my friends I say: Do not be afraid of those who kill the body and after that can do no more. I will tell you whom to fear: fear him who, after he has killed, has the power to cast into hell. Yes, I tell you, he is the one to fear.”

It is not the fear of death that made me looking out for personal news on Rev. Frans Madhu, SVD. I was just curious about what is happening in a country known to us as a Catholic-majority country. I do know there is also regional problem on religion, but it was shocking news for us to hear a priest had to end his life without any explanation like that.

Dear God,
Thank you for giving our lives,
Thank you for protecting us,
Thank you for accompanying us in all the miseries,
Please let the Holy Spirit helps us and be our leading torch,
In working, in speaking, in writing, in arranging our heart…
Amen.

Friday, August 17, 2007

Renungan Hari Kemerdekaan

Bacaan misa hari Kemerdekaan RI ke 62 mengambil dari Kitab Sirakh 10:1-8. Pemerintah yang bijak mempertahankan ketertiban pada rakyatnya, dan pemerintahan orang arif adalah teratur (ayat 1). Pemerintahan beralih dari bangsa yang satu kepada bangsa yang lain akibat kelaliman, kekerasan, dan uang (ayat 8).

Kitab suci yang sudah berumur ribuan tahun memiliki kearifan yang sungguh mendalam dan tetap saja aktual. Pasti dalam kitab-kitab penuntun setiap agama memiliki kearifan yang sama. Hanya saja manusia yang terus menerus kalah dari nafsu pribadi dan egoismenya, tidak pandai menerapkan ajaran-ajaran baik yang sudah tertulis sejak ribuan tahun lalu ini.

Romo Donatus dalam kothbah singkatnya mengambil contoh filosofi di balik tradisi lomba panjat pinang. Dalam lomba ini kemenangan bukanlah semata-mata kemenangan pribadi. Kemenangan pribadi adalah kemenangan semu! Karena sesungguhnya pemenang lomba panjat pinang perlu mempergunakan akal dan bekerja sama agar salah satu dari mereka bisa mencapai tujuan yang tertinggi. Dari segi negatif tradisi ini menggambarkan bagaimana kemenangan diperoleh dari menginjak teman sendiri. Tapi segi positif selain kemungkinan adanya kerjasama antar peserta adalah kegigihan untuk mencapai tujuan. Betapa segala kesulitan dan sandungan tidak mematahkan semangat juang untuk memperoleh kemenangan akhir.

Dalam Mutiara Iman 2007, renungan hari kemerdekaan lebih menitik beratkan pada sikap jujur, berani, dan tulus terhadap sesama dan terhadap Tuhan.

Dari renungan pribadiku sendiri, ada satu ayat dari kitab Sirakh yang menarik yaitu ayat 6: Hendaklah engkau tidak pernah menaruh benci kepada sesamamu apapun juga kesalahannya, dan jangan berbuat apa-apa terpengaruh oleh nafsu. Betapa indah kalau hal ini juga bisa dilaksanakan dalam dunia politik. Pak Harto sebagai seorang bapak bangsa tidak bisa juga dinihilkan perjuangannya karena kesalahan yang diperbuatnya. Pemerintahan beralih karena kelaliman, kekerasan, dan uang. Betapa benar mahzab ini berbunyi. Yang sulit adalah memisahkan antara kepentingan memaafkan dengan pencegahan agar tidak terulang lagi. Tanpa proses peradilan yang jelas mungkin akan susah untuk memberi contoh kepada calon pemimpin baru agar tetap berjalan pada koridor yang benar. Tapi proses peradilan ini juga akan membuat kita membongkar borok besar bangsa Indonesia, karena semua berjalan dalam satu hirarki besar. Yang penting sebenarnya agar kemerdekaan saat ini tidak lagi disalah artikan sebagai kebebasan yang mutlak tak memiliki aturan main, atau hanya dipimpin oleh aturan kepentingan pribadi dan golongan.

Secara pribadi saya lebih suka menutup buku, membuka halaman baru. Biarlah Allah juga yang menjadi hakim atas kesalahan yang sudah berlalu. Sebagai awam terhadap masalah peradilan, sosial dan politik, saya tidak tahu yang mana kewajiban untuk kaisar, yang mana kewajiban untuk Allah (sedikit membalik kata dari Matius 22 ayat 21). Bila kita memberikan apa yang wajib kita berikan bagi kaisar, dan apa yang wajib bagi Allah, maka mungkin ada juga penghakiman yang wajib datang dari kaisar (pemerintah yang sedang berjalan) dan ada juga penghakiman yang wajib datang dari Allah.

Allah Bapa yang Maha Baik,
Terima kasih atas kemerdekaan yang telah diperoleh bangsa Indonesia,
Bantulah kami untuk menjaga dan mengisinya,
Masih banyak celah dan ketidak adilan yang terasa,
Beban hidup semakin hari terasa semakin berat,
Kejujuran semakin menjauh dan menjadi langka,
Keberanian untuk berjuang melawan kebathilan semakin meredup,
Yang timbul dipermukaan hanya keberanian semu yang berakar pada kepentingan pribadi,
Ketulusan menjadi semu dan tersamar,
Atau lagi-lagi tersandung pada kepentingan pribadi dan kelompok.
Allah sumber kekuatan dan keadilan,
Bantu kami untuk tegar dan senantiasa bangkit dan berjuang,
Dalam mempertahankan kemerdekaan dan keadilan bagi seluruh manusia,
Tidak lagi terjajah oleh batasan teritori dan ras kebangsaan,
Tapi sungguh memperjuangkan keadilan dalam cinta kasih yang Dikau ajarkan,
Semoga bangsa Indonesia tetap mampu bersatu dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan sejati,
Kemerdekaan yang berasal dari sang Maha Pencipta.
Amin.

Sunday, August 12, 2007

Renungan di Hari Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga

Bunda Maria adalah gambaran penderitaan seorang wanita. Hamil tanpa menikah merupakan aib besar bagi kaum wanita. Memang semakin banyak wanita sekarang yang tidak malu-malu menabrak norma ini, tapi Bunda Maria tidak pernah berjalan keluar garis kesantunan. Apa yang terjadi adalah buah ketaatannya ketika menjawab: “Terjadilah padaku menurut perkataanMu”.

Tatkala kita berjalan dalam jalur yang benar, seringkali kita meminta imbalan kepada Tuhan. Apabila hal yang menimpa kita justru adalah kesusahan dan aib, apakah kita cukup beriman untuk tetap memuji namaNya?

Maria kemudian menikah dengan Yosef, dan mereka harus pergi berkilometer jauhnya ke Bethlehem untuk mendaftarkan diri. Perjalanan yang sangat berat bagi seorang wanita yang sedang hamil tua, tapi dia dengan tabah menjalaninya. Ia menjalani peran yang harus ditanggungnya dengan sabar dan tawakal, termasuk ketika tidak ada sebuah rumahpun yang mau menampungnya tatkala saatnya untuk melahirkan sudah terasa. Maka lahirlah Yesus di sebuah kandang di Bethlehem.

Peringatan kepada Yosef melalui mimpi membuat ibu muda yang baru saja melahirkan anaknya ini harus mengungsi ke Mesir. Sekali lagi perjalanan yang melelahkan dan kehidupan baru di negeri asing harus dilaluinya.

Ketika Yesus berusia dua belas tahun, dia tinggal di Bait Allah. Maria dan Yosef mencariNya selama tiga hari sebelum menemukanNya di Bait Allah. Kecemasan seorang ibu yang kehilangan anaknya bisa terasa begitu menghunjam. Seringkali seorang ibu mempersalahkan dirinya sendiri yang lalai bila suatu musibah menimpa sang anak. Kecemasan yang menggunung ini biasanya terhapuskan oleh tangis sang anak yang juga mencari dirinya. Tapi yang Maria temukan adalah seorang anak yang sedang santai bercerita kepada kerumunan orang di Bait Allah. Yesus bahkan menjawab teguran yang diterimaNya: “Mengapa mencari saya? Tidak tahukah kalian bahwa saya harus berada di rumah Bapa?”

Kepercayaan Maria kepada Yesus sangat besar, maka ketika pemilik perjamuan di Kana kehabisan anggur dia mengandalkan Yesus putranya. Walaupun Yesus awalnya menolak, sekali ini Maria menggunakan haknya sebagai seorang ibu dengan berkata kepada para pelayan: “Lakukan apa yang Dia perintahkan kepadamu!”

Terkadang orang tua menyimpan cita-cita untuk anaknya, kepercayaan Maria akan kuasa anaknya seperti yang terlihat di pesta pernikahan di Kana sangat besar. Bisa terasa betapa pedih hati Maria ketika harus melihat penderitaan Yesus dalam proses penangkapan, peradilan dan jalan salibNya. Tidak ada kedukaan yang lebih dalam dari seorang wanita daripada saat melihat buah tubuhnya dihina dan disiksa tanpa mampu membela sang putra.

Kesedihan ini menjadi lengkap ketika setelah dengan kesulitan untuk menguburkan Putranya, ia harus menyaksikan tubuh Putranya hilang dari kuburNya. Tapi ketabahan dan kepercayaannya pada Allah telah membantu dia untuk sabar dan menanggung segala pertanyaan dan kesedihan di dalam hatinya. Kehilangan kali ini ternyata adalah untuk kemuliaan Yesus.

Dalam misa di gereja saya bertemu seorang pemuda yang sangat ramah kepada anak-anak saya. Ternyata dia akan masuk ke seminari di Cikanyere. Biara Karmel. Saya berdoa agar panggilannya terus dikuatkan. Pada zaman ini cukup sulit mencari bibit panggilan. Entah dari tiga anak lelaki saya apakah akan ada yang terpanggil ke ladangNya. Saya juga menyaksikan betapa banyak pastur yang tidak setia pada janji imamatnya, sebagian bahkan menanggalkan jubah. Saya tidak ingin menghakimi orang lain, karena setiap manusia memiliki keterbatasan dan masalahnya sendiri. Tapi saya ingin sedikit membandingkan panggilan ini dengan panggilan berumah tangga. Walaupun semakin banyak pasangan yang bercerai, sebenarnya sakramen perkawinan seharusnya hanya diberikan sekali seumur hidup. Artinya apapun pilihan yang sudah kita buat harus kita terima dan kita jalani dengan sepenuh hati. Penyesuaian diri pasti memiliki porsi yang besar. Proses menerima dan memaafkan kesalahan pasangan juga membutuhkan pengorbanan dan kekuatan iman. Bagi saya sakramen imamat seharusnya juga memiliki konsekuensi yang sama, untuk terus terikat pada pilihan hidup itu.

Allah Bapa yang Maha Baik,
Bunda Maria telah memberi teladan bagaimana menjadi ibu yang baik,
Kesabaran masih menjadi pelajaran yang amat sulit untuk diterapkan.
Bapa,
kepadaMu aku memohonkan kepekaan bagi anak-anak ini,
agar mampu mendengar suaraMu,
bagi para pemuda yang Kau panggil bekerja di ladangMu,
agar mampu bertahan dalam segala godaan dan tantangan yang mereka hadapi,
bagi kami keluarga-keluarga yang hadir di hadapanMu,
agar senantiasa dipenuhi damai dan kasih sejahteraMu.
Amin

Saturday, August 11, 2007

Tuhan Yang Diam

Seringkali Tuhan terasa sungguh sibuk dengan urusan lain. Tuhan diam dan membisu tak menjawab segala jeritan doa. Mungkin ini yang dirasakan perempuan Kanaan yang meminta pertolongan Yesus (Mat 15:21-28). Setelah membisu dan tidak menjawab permohonan perempuan ini, Yesus bahkan mengeluarkan pernyataan diskriminatif yang cukup menghina. Kebulatan tekad dan besarnya iman perempuan itu tidak tergoyahkan oleh ujian ini. Ujian yang dijalaninya berbuah pujian dari Tuhan atas besarnya iman yang dimilikinya.

Terkadang kesabaran, ketekunan, dan kesetiaan kepada Tuhan tergerus dengan kepanikan kita menghadapi suatu masalah. Seringkali kita tidak sabar menginginkan Tuhan bekerja untuk kita. Padahal bukan waktu kita yang digunakanNya. Seringkali kita melupakan bahwa Tuhan adalah Tuan di kebunNya dan kita adalah pekerjaNya. Kita memaksakan kehendak kita untuk terjadi pada saat yang kita rasa kita butuhkan.

Tetapi sering juga kita terlalu fokus pada hal yang kita inginkan sehingga melupakan berkat-berkat kecil yang hadir setiap saat. Berpasrah kepada kehendak Tuhan, tetapi tetap bertekun dalam doa merupakan hal yang diinginiNya dari para pekerja di kebunNya. Mintalah, maka akan diberikan!

Seorang teman mendapat kesempatan untuk bepergian ke luar negeri bersama suaminya, tetapi ia tidak merasakan kegembiraan karena situasi dan kondisinya yang sedang hamil tua membuat perjalanan itu merepotkan. Kemudian suaminya sekali lagi mendapatkan kesempatan untuk pergi ke luar negeri pada saat ia dijadwalkan akan melahirkan. Berkat yang juga menandakan keberhasilan pencapaian dalam pekerjaan sang suami menjadi beban bagi sang istri yang akan melahirkan. Bila ia hanya terfokus pada pikiran yang mendahulukan dirinya sendiri, maka berkat ini tidak lagi terasa sebagai berkat. Ungkapan iri yang saya lontarkan membuat sang istri kembali tersadar betapa Tuhan sebenarnya telah memberi lebih kepada mereka.

Bergaul dengan tetangga dan anggota komunitas bisa banyak membantu bila kita mau saling terbuka. Betapa sering kekecewaan terhadap suami menjadi beban berat dalam kehidupan sebagai istri. Tapi ternyata bila bergumul dengan keseharian anggota komunitas yang lain, baru terasa betapa setiap orang memiliki salib masing-masing. Kekurangan suami yang terasa berat menjadi ringan setelah mengetahui betapa banyak hal-hal kecil yang terlalaikan sebagai istri dan tidak pernah dituntutnya. Saling menyesuaikan dengan kepribadian dan tuntutan masing-masing dalam kehidupan berkeluarga sungguh menjadi suatu pekerjaan rumah yang membutuhkan kesabaran dan kesetiaan. Saling mengampuni dan saling mencintai dalam Tuhan akan menjadi perisai terhadap goncangan dan angin badai yang menerpa.

Tuhan Allah Bapa yang Maha Kasih,
Karena kasihMu kami senantiasa terpelihara dengan baik di dunia ini.
Terkadang kesabaran, ketekunanm dan kesetiaan kami menipis dalam menghadapi cobaan hidup.
Dengan bantuan Roh KudusMu, bantulah kami ya Tuhan.
Nyalakan pelita iman di dalam hati kami dan biarkan ia terus menuntun kami.
Agar senantiasa sabar, tekun dan setia kepada Allah pencipta yang senantiasa setia mendampingi kami.
Amin.

Monday, July 30, 2007

Doa pada St. Ignatius Loyola

Santo Ignatius yang baik,
Berkat karyamu dan karya pengikut-pengikutmu kami bisa lebih mengenal belas kasih, kerahiman dan kemurahan Allah.
Bantulah keluargaku ya Santo Ignatius supaya senantiasa mampu bertobat, serta senantiasa mampu menangkap panggilan Tuhan bagi kami.
Bantulah anak-anak Indonesia supaya dapat memperoleh pendidikan yang layak untuk masa depannya.

Santo Ignatius yang penuh dengan kasih sayang,
Tuhan sudah menyapamu melalui bacaan-bacaan,
Doakanlah aku supaya mampu berkarya menampakkan kehadiran Allah yang murah hati dan berbelas kasih di dalam kehidupanku.
Di dalam kehidupan keluargaku, lingkunganku, negaraku, dan dunia.
Ketegaran adalah hal yang sulit, ajarilah aku untuk tegar dan sabar.

SAnto Ignatius bimbinglah dan doakanlah kami, Amin.

Tuesday, July 17, 2007

Tuhan Yang Membebaskan.

Kegiatan saya di portal citizen journalism banyak membawa pengalaman baru dan pengetahuan baru. Salah satu yang menyeruak dari berbagai topik hangat di portal wikimu.com adalah keinginan teman-teman dari Papua untuk memisahkan diri dari Indonesia. Secara pribadi saya lebih senang mereka tetap bersatu dengan Indonesia. Mereka adalah salah satu mutiara indah bangsa Indonesia yang kaya dalam berbagai hal, baik hasil bumi, adat kebudayaan, maupun ekosistem.

Hari ini bacaan Renungan Harian Mutiara Iman 2007 mengambil topik meditasi Kitab Keluaran 3:1-6, 9-12. “Bukankah Aku akan menyertai engkau?”. Di bawah ini akan saya kutip meditatio dari buku mutiara iman:
Bacaan pertama hari ini mengisahkan perutusan Musa oleh Tuhan untuk membawa umat Israel keluar dari Mesir. Dengan kekuatan manusiawi tentu Musa tidak mungkin mampu melaksanakan tugas pembebasan bangsa Israel itu, apalagi yang dihadapi adalah bangsa dengan raja yang kejam. Maka Tuhan meneguhkan bahwa Tuhan akan menyertai. “Aku akan menyertai engkau”. Pernyataan Tuhan inilah yang membawa keberhasilan. Dan berkat tangan Tuhan, Israel kembali menjadi bangsa yang merdeka dan terbebas dari segala penindasan bangsa Mesir.

Pengalaman Musa ini bisa memberi inspirasi bagi para pemimpin bangsa kita. Untuk menjadi bangsa yang merdeka, bebas dari segala penderitaan dan ketertindasan, pemimpin bangsa harus bertindak bukan seperti raja Firaun, yang bertindak kejam dan menindas ribuan orang demi kejayaan pribadi. Pemimpin harus memiliki jiwa kepemimpinan seperti Musa. Ia mempunyai komitmen terhadap tugas yang diembannya, yaitu membebaskan bangsanya dari segala penderitaan dan melindungi dari kuasa-kuasa apapun yang merusak. Tugas itu dia perjuangkan bukan dengan kekuatan senjata atau militer tetapi dengan kekuatan Allah. Karena ia percaya bahwa Allah turut campur tangan dalam perjuangan membangun bangsa yang merdeka lahir batin dan sejahtera dalam kehidupan.


Renungan saya pribadi tidak bisa tidak lari kepada pemikiran terhadap artikel teman-teman dari Papua. Tapi renungan saya bisa jadi bertolak dari dasar pemikiran saya yang memang pro NKRI.

Tuhan yang membebaskan manusia dari belenggu dosa, Tuhan pula yang menjamin kebebasan dan kemerdekaan kita lahir dan batin. Bahkan sebagai manusia yang dipenjara kita tetap bisa menjadi orang yang merdeka lahir dan batin selama kita tetap teguh berpegang pada Allah sang Pencipta.

Kemerdekaan harus diperjuangkan. Bahkan di dalam keluarga terkadang kita tidak merdeka. Entah sebagai anak, entah sebagai orang tua. Sebagai anak terkadang saya merasa terbelenggu oleh peraturan dan ketakutan orang tua saya terhadap saya sebagai anak perempuan satu-satunya. Sebagai orang tua terkadang saya merasa terbelenggu dengan kewajiban saya menjadi ibu yang baik bagi anak-anak saya, banyak kegiatan yang ingin saya jalani harus saya kesampingkan untuk memberi prioritas waktu bagi keluarga. Masih banyak belenggu lain yang bisa kita cari dari kehidupan berkeluarga. Mungkin bagi yang lajang belenggu itu akan berujud lain, entah kurangnya kepercayaan diri, atau hal-hal lainnya.

Bagi saya masalah rekan-rekan entah dari Papua, Ambon, ataupun Aceh (sama seperti dahulu saya memandang masalah Timor Timur) adalah masalah perjuangan untuk memerdekakan diri dari ketertinggalan. Berjuang di dalam NKRI dengan kesatuan tekad dan kebersamaan di bawah lindungan Allah pasti akan berbuah lebat. Pada intinya perjuangan itu sama, tapi dengan bersama-sama dan bersatu kita lebih kuat.

Timor Timur sudah merdeka dan berdiri sendiri, tapi perjuangan mereka masih panjang. Sanggupkah mereka melangkah terus? Sementara ini saya mendengar bahwa mereka akan dimasukkan ke dalam daftar negara gagal. Daftar apa pula ini? Kita hanya bisa mendoakan mereka. Setidaknya sebagai tetangga terdekat Indonesia sangat bekepentingan dengan kemajuan dan kemandirian Timor Timur, tapi disamping itu stigma sebagai penjajah juga melekat pada diri bangsa kita.

Meditasi saya hari ini lebih banyak bermain dengan logika. Mungkin saya butuh waktu yang lebih tenang dan lama untuk sungguh-sungguh mendengar suaraNya. Tapi yang saya peroleh adalah satu penguatan bahwa pemimpin harus punya komitmen kuat terhadap tugas yang diembannya, yakni memerdekakan bangsanya dari penderitaan, melindunginya dan yang terpenting melaksanakan semua komitmen ini dalam persetujuan Allah. Selama pemimpin berjalan menjauhi Allah dengan segala tindakan yang hanya memikirkan diri sendiri atau keluarga sendiri, atau golongannya, maka mereka tidak akan bisa menjalankan komitmen yang diembannya dengan dukungan Allah. Vox Populi Vox Dei, suara rakyat adalah suara Tuhan. Wahai pemimpin bangsa (termasuk yang duduk di kursi DPR, MPR, atau kursi empuk lainnya), dengarkan suara rakyat maka kalian akan mendengar suara Allah.

Allah Bapa yang Maha Baik, tolonglah para pemimpin bangsa Indonesia agar sungguh dapat bijaksana membimbing bangsa kami dari keterpurukan dan perpecahan. Berkatilah pemimpin kami agar senantiasa mengingat komitmennya kepada rakyat dan Allah Yang Maha Esa. Bimbinglah mereka agar mampu memimpin kami keluar dari belenggu kebodohan, kemiskinan, keserakahan, dan kesombongan diri. Terima kasih atas kasihMu Tuhan, kami percaya hanya dengan lindunganMu kami mampu sungguh-sungguh merdeka. Amin.

Thursday, June 14, 2007

Orang Buta Yang Disembuhkan.

Kisah Bartimeus pada Injil Markus 10: 46 -52 tentang orang buta yang disembuhkan Yesus sangat menarik perhatianku. Ayat terakhir sangat mengena di hatiku. “Pergilah, imanmu sudah menyembuhkanmu!” Sebagai orang buta tentunya banyak hal yang sangat didambakan oleh Bartimeus, banyak keinginan yang tidak mungkin terlaksana karena kondisinya yang buta. Setelah disembuhkan dan disuruh pergi, Bartimeus tidak pergi mengejar impiannya melainkan terus ikut bersama Yesus.

Saya membayangkan diri saya dalam keterikatan yang menyesakkan, hal pertama yang ingin dicapai adalah melepaskan diri dari keterikatan itu. Keluar dari kungkungan penyakit maupun derita hidup menjadi tujuan utama permohonan penyembuhan. Setelah sembuh dan berterima kasih, seringkali yang tertuju pertama-tama adalah mengisi kegembiraan dengan hal-hal yang sudah lama diimpikan. Betapa jarang saya ingat untuk tetap duduk diam mendengarkan Tuhan, apalagi untuk tetap bermati raga mengikuti jalan salibNya.

Terkadang mengikut Yesus kita terjemahkan sebagai mendapatkan kebahagiaan dan kesembuhan semata. Meminta menjadi ciri utama percakapan kita dengan Dia. Tatkala suasana sedang baik dan senang keberadaanNya terlupakan. Kesenangan hidup terkadang membutakan kita pada kehadiranNya, membuat kita buta terhadap hukum-hukumNya, membuat kita buta terhadap permasalahan sesama kita manusia.

Tuhan, Dikau menyembuhkan daku dari sakitku…
Mengobarkan semangat untuk terus berjuang berjalan bersamaMu…
Jangan sampai kebahagiaanku menyilaukan daku…
Dan terlupa untuk ikut terus berjalan denganMu.
Roh Kudus, dampingilah kami yang lemah ini…
Agar senantiasa merasakan kehadiran Tuhan,
Dan memiliki cukup iman untuk disembuhkan…
Amin.

Sunday, May 27, 2007

A Birthday Prayer

Dear God,
Thanks for all the blessings through all the years.
Thanks for the chance to see the world in this new episode of life.
Thanks for all the experiences awaiting me in the future.
Thanks for the Holy Spirit which guided me through my past and to the future.
Thanks for the strength and patience through all the obstacles of life.

I’d like to pray for all my friends.
Those who are still here with me…
And those who passed this world to be closer to You.
Let our spirits be free to adore You.

My thoughts are also towards my country,
We need Your blessings to reach the enlightenment,
To help our leaders to think about all their peoples,
To try their best to unite and build the nation.

I know it is Your time and not mine that will count,
I know that sometimes Your way seemed difficult to cope with,
But I believe in Your goodness that leads us to a brighter life.
Amen.

Monday, May 21, 2007

Do not be Desperate!

Life sometimes seemed so difficult to live in, the only way to see it was desperation. I heard the crying for help from Porong. I heard the same cries from Papua…What can I do? Nothing!

Ony Suryaman wrote in his blog that Religion is a higher authority. I do think religion is only the way to lead us to God, the Alpha and Omega. But may be he is right, we are seeking for a higher authority so we could ask our reward, we could ask Him to do our revenge. We do say that He will punish the wrongdoers.

I took God as my conscience. He resided in me. But He is also far out beyond me. He gives me hopes during all my miseries. He gives hopes for my desperation. When I was worried about the future of my country I offered all my worries to Him.

Desperation is something that kills your creativity. It could also kill your spirit to live the life on.

Dear God,
Today I am going to stand up and fight the problems of life together with You and all my fellow human beings. Please help us to be strong and patient. Help us to be able to take the right decision in making our steps. Help us to build our families, to build our country, and to build the world to glorify Thy name.
Amen.

Thursday, May 17, 2007

The Wheel of Life

The wheel of life made our lives up and down. There were happiness, there were also sadness. We could not find eternal happiness but in God.

God helps us in the most unexpected way, if we do come to seek for His love and protection.

While seeking for His love, we have to remember to love others as John has put it his letter (1 John 4:20): Anyone who says “I love God” but hates his brother, is a liar, since whoever does not love the brother whom he can see cannot love God whom he has not seen.

What is religion? For me it is a source of hope and strength. It is a rope which is leading us to His presence. A rope that would not tie you up as it is your free choice to hold on to that rope.

Dear God,
You’ve love me so much that You were even search me when I was lost.
A good shepherd You are always be…
A naughty goat I was…
Please help me find happiness in my heart no matter how hard the life is!
Please help those people who were lost in desperation…
They might have asked silently in their heart for Your help…
Don’t let them choose suicide as their way out…
Bless my country dear God,
So we could come out this economic problem…
And bring peace back to the paradise on earth…our world!
Amen.

Tuesday, May 15, 2007

The Coming of the Paraclete

I was really confused on publishing my article about the May riot. I’ve put all my worries into prayer.

And today’s reading is John 16 The coming of the Paraclete.
I was really attracted to the phrase: “ And when he comes, he will show the world how wrong it was, about sin, and about who was in the right, and about judgement:…”

The mission today is to realize my human capacity and let the Holy Spirit works in me. I should write all my weakness and give it as my offering to God.
I translate that as an obligation to write all my thoughts even if I am scared of the consequences. I should present it to Him as my offering. Let Him guide me with the Holy Spirit. Let Him protect me with His love.

Dear God,
You’ve shown me that You wants me to work with my pen,
Yet I feared things that might not be real,
I was worried with things that You alone could provide me,
Help me God, please hold my hands…
Give me strength and wisdom to know Your will,
And to work to glorify Thy Name.
Amen.

Sunday, May 06, 2007

Mengasihi Tuhan, mengasihi manusia

Hari ini saya mengakhiri doa pagi saya dengan memohon: “Tuhan, semoga saya melakukan semua perbuatan baik bukan karena ingin upah di bumi maupun di surga, tapi terlebih karena kasih yang tulus kepadaMU”

Sungguh aneh rasanya karena mutiara iman meditasi hari ini adalah: ”Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firmanKu…” (Yoh 14:21a)

Ia memberi jawabanNya…

Saya yang seringkali menuduh Tuhan itu diam (sama seperti kisah dari penulis Jepang Shusaku Endo), tapi sekarang pada saat berpegang teguh pada tanganNya sering sekali saya menemukan jawaban-jawabanNya.

Sebenarnya doa saya berasal dari meditasi minggu lalu, ada sedikit kebingungan yang saya temui dari bacaan mengenai Gembala yang baik (Yohanes 10: 1-19). Pada ayat 11-12 ada firmanNya: “ Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu.

Dari bacaan itu saya tidak ingin menjadi seorang upahan yang hanya mengerjakan sesuatu hal karena dibayar. Dalam meditasi saya menemukan Kolose 3: 22-25, yang menarik disini adalah pernyataan: “Apapun yang kamu perbuat , perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah.” Ternyata selama ini dalam setiap perbuatan baik saya masih mencari upah, walaupun itu adalah upah dari Bapa di surga.

Dari situ muncul doa pagi saya, dan dari meditasi pribadi singkat pagi ini saya menemukan Yoh 15:9-17. “Inilah perintahKu, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.”, dan juga “Kamu adalah sahabatKu, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari BapaKu”.

Ya Tuhan yang maha baik,
Berkatilah hari ini,
Berilah daku kemampuan untuk mencintai sesama,
Seperti Dikau mencintaiku,
Bantulah daku dengan Roh Kudus,
Agar sungguh terang pilihan jalan yang harus kuambil,
Agar tak tersesat daku dalam persimpangan yang gelap.
Amin.

Sunday, April 29, 2007

Jesus is the Door to God’s Kingdom

John 10:9, I’m the door, whoever entered through Me, will be saved…

I’ve written that internet is a door that opens a lot of opportunity, yet I really realized that God is the One who opens new worlds, new possibilities for me.

Today He tells me that the most important thing is He is opening the door for my soul to enter His Kingdom. He is helping us to overcome our sins and be safely arrived in heaven.

Dear God,
Thanks for all the doors that opened for me…
But most of all, thanks for the Door that open my way to the eternity…
Bless us during our voyage in the world…
Please keep the Light to help me find my way to the Greatest …
The Door that open the serenity of Heaven…
Amen

Thursday, April 26, 2007

The Modern Judas.

While Seng-Hui Cho addressed his death as the way Jesus died, he actually did the same action Judas did thousands of years ago! He sold his soul to the devil and had chosen a suicidal action to justify it.

Problems are always there for us, it is our choice of steps that will differentiate it. If we choose to stick near Him, hold His hands, then the misery will not be as heavy as it should be.

The reading today is Luke 24: 13-35. I was really attracted to Luke 24: 16. Something holds their eyes in recognizing Jesus. Sometimes we do not recognize Him as we have our obstacles. Pride, prejudice, over self confidence, and most of all our sins prevent us from seeing His helping hands.

He came through other humans, He came through our self-conscious, He was always there beside us, but we were blinded.

God, please help us...
Open our eyes to see Your presence...
Help us to fight anger in our heart...
Help us to walk just right behind You...
Amen.

Monday, April 23, 2007

Tebarkan Jalamu BersamaNya

Bacaan hari Minggu kemarin sungguh berkesan. Segala lelah dan kepandaian menjala sudah dikeluarkan oleh para murid, tapi hasilnya tak jua muncul. Tatkala Yesus meminta mereka menebar jala maka penuhlah jala mereka dengan ikan. Walaupun penuh, jala tak menjadi koyak.

Sungguh dalam bekerja terkadang kita terlalu percaya pada kemampuan pribadi, tak pernah mencoba pasrah dan mohon bantuan dariNya. Dengan bantuanNya, bukan hanya hasil berlimpah yang didapat melainkan juga ketangguhan hati sehingga iman tidak akan terkoyakkan oleh segala pesona hasil duniawi itu.

Tuhan,
Aku sadar akan keterbatasanku,
Aku berharap sepenuhnya pada bimbinganMu,
Semoga segala jerih lelah yang telah kulakukan,
Semua untuk kemuliaan namaMu,
Semoga berkatMu selalu menyertaiku,
Memberiku kekuatan dan kecakapan dalam melaksanakan tugasku,
Dalam NamaMu Tuhan kuberpasrah.
Amin.

Tuesday, April 17, 2007

Terang dan Gelap Adalah Pilihan Manusia

Habis gelap terbitlah terang, tapi dalam hati manusia terang dan gelap adalah pilihan bebas.

Kontemplasi hari ini mengajak kita menyadari kehadiran Tuhan, dan memperbaharui cara pandang kita padaNya.

Adakah dia Sang Penolong? Atau sudahkah Dia menjadi Sang Penyelamat?
Memandang Dia sebagai penolong membuat kita hanya datang padaNya dalam kesulitan-kesulitan kita. MemandangNya sebagai Sang Penyelamat berarti menjadikan Dia bagian dari kehidupan kita yang telah diselamatkanNya.

“Ibu, itulah anakmu…!” Betapa kasih Tuhan yang besar memberikan begitu banyak bantuan bagi kita. Betapa banyak yang membantu kita untuk senantiasa dekat padaNya. Selain malaikat pelindung kita, diberiNya juga ibuNya untuk menjaga kita. Betapa kasih Bunda begitu hangat mendekapku, membawaku mendekat kepada Bapa dan Putra tatkala hatiku gelisah dan takut karena salah.

Ya Allah, sungguh besar kebaikan hatiMu. Engkau memberi kami lebih dari yang patut kami terima. Terima kasih Bapa atas segala rahmatMu. Semoga dengan segala rahmat yang kami peroleh kami dapat ikut menjaga terangMu di dunia. Amin.

Sabda Tuhan Kekal Adanya

Bacaan Kamis kemarin adalah Lukas 24:35-48

Arahan dari buku Mutiara Iman 2007 adalah kehadiran Yesus membawa damai dalam diri kita. Bukan berarti bahwa kehadiranNya menghilangkan sama sekali penderitaan atau beban dalam kehidupan kita, tapi karena di dalam Dia kita memperoleh kedamaian hati.

Berpalinglah padaNya setiap saat, maka kegirangan menjadi bermakna tanpa ternodai kesombongan. Kesulitan akan terasa ringan karena luapan kasihNya yang menentramkan.

Aku pribadi sangat terkesan pada Lukas 24: 44-45, Sabda Allah kekal adanya. Dari Perjanjian Lama ada keterkaitannya dengan Perjanjian Baru. Dan sekarangpun, kedua Kitab Suci itu masih terus dapat menjadi pegangan yang hidup.

Yesus sudah meneguhkan isi dari Perjanjian Lama. Para rasul telah menyampaikan sabda yang disampaikan oleh Tuhan Yesus. Ada pada kita Alkitab, tetapi hati yang kurang percaya senantiasa ragu-ragu.

Ya Bapa, bukakan pikiran kami agar sungguh dapat menerima sabdaMu dan mengerti apa yang ingin Dikau sampaikan. Semoga kami bukan hanya mengerti, tapi juga menjalaninya. Amin.

Wednesday, April 11, 2007

Sejarah Paskah dan Easter

Selasa, 10-04-2007 15:57:53 oleh: Melinda N Wiria Kanal: Opini

Anak-anak sekolah minggu dengan gembira menjinjing keranjang kecil yang dihias dengan cantik sembari berlari-lari disekeliling halaman gereja berlomba mencari telur-telur Paskah yang disembunyikan oleh guru sekolah minggu. Aktivitas didalam gereja tidak kalah seru, para remaja sibuk dengan kreativitas masing-masing berlomba menghias telur Paskah. Ini adalah sekilas aktivitas Paskah yang pernah saya alami semasa kecildan masih terus berlanjut hingga sekarang di gereja-gereja lain di seluruh dunia.
Waktu kecil, rasa ingin tahu saya cukup besar. Saya suka membaca Alkitab lalu membandingkan kegiatan / tradisi yang dilakukan orang Kristen dengan apa yang ditulis di Alkitab. Saya sering mempertanyakan kenapa ada pohon Natal? Padahal di Alkitab tidak ditulis tentang pohon itu. Saya mempertanyakan kenapa harus merias dan mencari telur saat Paskah padahal dalam Alkitab tidak tertera hal tersebut. Jawaban yang saya dapat dari guru sekolah minggu saya adalah "mungkin waktu Yesus disalib, banyak kelinci yang bertelur di sekitar Golgota" (WHAT??). Namun, saya harus puas dengan jawaban seadanya.
Paskah atau Easter?
Sebelum saya mulai, saya akan membedakan antara Paskah dan Easter. Penting diingat bahwa Paskah dan Easter mempunyai makna dan pengertian yang berbeda.
Paskah yang kita rayakan.
Apa sih latar belakang perayaan Paskah? Mari kita lihat di Keluaran 12:13-18
(13) Dan darah itu menjadi tanda bagimu pada rumah-rumah di mana kamu tinggal: Apabila Aku melihat darah itu, maka Aku akan lewat dari pada kamu. Jadi tidak akan ada tulah kemusnahan di tengah-tengah kamu, apabila Aku menghukum tanah Mesir.
(14) Hari ini akan menjadi hari peringatan bagimu. Kamu harus merayakannya sebagai hari raya bagi TUHAN turun-temurun. Kamu harus merayakannya sebagai ketetapan untuk selamanya. (15) Kamu makanlah roti yang tidak beragi tujuh hari lamanya; pada hari pertamapun kamu buanglah segala ragi dari rumahmu, sebab setiap orang yang makan sesuatu yang beragi, dari hari pertama sampai hari ketujuh, orang itu harus dilenyapkan dari antara Israel.
(16) Kamu adakanlah pertemuan yang kudus, baik pada hari yang pertama maupun pada hari yang ketujuh; pada hari-hari itu tidak boleh dilakukan pekerjaan apapun; hanya apa yang perlu dimakan setiap orang, itu sajalah yang boleh kamu sediakan.
(17) Jadi kamu harus tetap merayakan hari raya makan roti yang tidak beragi, sebab tepat pada hari ini juga Aku membawa pasukan-pasukanmu keluar dari tanah Mesir. Maka haruslah kamu rayakan hari ini turun-temurun; itulah suatu ketetapan untuk selamanya.
(18) Dalam bulan pertama, pada hari yang keempat belas bulan itu pada waktu senja, kamu makanlah roti yang tidak beragi, sampai kepada hari yang kedua puluh satu bulan itu, pada waktu senja.
Paskah awalnya adalah perayaan dimana Tuhan meluputkan bangsa Israel dari malapetaka maut dimana semua anak pertama bangsa Mesir dicabut nyawanya oleh malaikat Tuhan. Dalam Alkitab bahasa Inggris di ayat Keluaran 12:13 ditulis "And the blood shall be to you for a token upon the houses where you are and when I see the blood, I will pass over you, and the plague shall not be upon you to destroy you, when I smite the land of Egypt". Dari kata ‘pass over' itulah maka Paskah dalam bahasa inggris diterjemahkan menjadi Passover sedangkan dalam bahasa Yunani ditulis "Pascha".
Kapan Paskah diadakan? Paskah ditetapkan oleh Tuhan untuk dirayakan pada bulan Abib (atau bulan April) pada tanggal ke empatbelas (Keluaran 12:18). Mari lihat di Ulangan 16:1-3 dan 6-7 tentang tata cara perayaan Paskah:
(1) "Ingatlah akan bulan Abib dan rayakanlah Paskah bagi TUHAN, Allahmu, sebab dalam bulan Abib itulah TUHAN, Allahmu, membawa engkau keluar dari Mesir pada waktu malam.
(2) Maka engkau harus menyembelih kambing domba dan lembu sapi sebagai korban Paskah bagi TUHAN, Allahmu, di tempat yang akan dipilih TUHAN untuk membuat nama-Nya diam di sana.
(3) Janganlah engkau makan sesuatu yang beragi besertanya; tujuh hari lamanya engkau harus makan roti yang tidak beragi besertanya, yakni roti penderitaan, sebab dengan buru-buru engkau keluar dari tanah Mesir. Maksudnya supaya seumur hidupmu engkau teringat akan hari engkau keluar dari tanah Mesir.
(6) Tetapi di tempat yang akan dipilih TUHAN, Allahmu, untuk membuat nama-Nya diam di sana, engkau harus mempersembahkan korban Paskah itu pada waktu senja, ketika matahari terbenam, bertepatan dengan saat engkau keluar dari Mesir.
(7) Engkau harus memasaknya dan memakannya di tempat yang akan dipilih TUHAN, Allahmu; kemudian paginya engkau harus pulang kembali ke kemahmu.
Perayaan Paskah dimulai pada bulan pertama, yaitu bulan Abib, tanggal 14 dimana bangsa Israel mulai memotong hewan kurban persembahan pada waktu senja. Kemudian tanggal 15 bulan Abib, bangsa Israel akan memasak hewan kurban dan memakannya bersama. Perlu diperhatikan bahwa perhitungan penggantian hari yang kita kenal sekarang dimulai setelah jam 12 malam, sedangkan perhitungan penggantian hari bagi bangsa Israel dimulai setelah matahari terbenam. Jadi, ketika bangsa Israel mulai memotong hewan kurban kira-kira jam 6 sore ketika matahari terbenam maka saat itu masih tanggal 14 dan ketika sudah mulai gelap berarti sudah masuk tanggal 15. Saat makan daging hewan kurban itulah hari pertama perayaan Roti Tidak Beragi.
Mari kita lihat apa yang dilakukan oleh Yesus Kristus pada malam sebelum Ia disalib. Di Lukas 22 ditulis bahwa Yesus memerintahkan kedua murid-Nya untuk mempersiapkan perjamuan Paskah. Dalam Imamat 23:5-7 ditulis :
(5) Dalam bulan yang pertama, pada tanggal empat belas bulan itu, pada waktu senja, ada Paskah bagi TUHAN.
(6) Dan pada hari yang kelima belas bulan itu ada hari raya Roti Tidak Beragi bagi TUHAN; tujuh hari lamanya kamu harus makan roti yang tidak beragi.
(7) Pada hari yang pertama kamu harus mengadakan pertemuan kudus, janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan berat.
Kembali lagi ke Lukas 22, pada tanggal 14 bulan Abib, Yesus memerintahkan murid-Nya untuk mempersiapkan tempat untuk mengadakan perjamuan Paskah. Perjamuan ini disebut 'pertemuan kudus' dalam Imamat 23:7 (dan hingga sekarang disebut sebagai Perjamuan Kudus atau Holy Communion). Saat malam, tanggal 15 bulan Abib yaitu hari pertama perayaan Roti Tidak Beragi, Yesus dan kedua belas murid-Nya mengadakan perjamuan Paskah. Yesus Kristus kemudian disalib pada hari pertama perayaan Roti Tidak Beragi dan Ia bangkit dari kubur pada hari ketiga perayaan Roti Tidak Beragi.
Paskah terus dirayakan oleh bangsa Israel hingga sekarang. Namun makna perayaan Paskah terbagi menjadi dua ketika mulai lahirnya ke-Kristenan. Para pengikut Kristus merayakan Paskah untuk memperingati hari kebangkitan Yesus Kristus mengalahkan kematian. Perlu diingat bahwa orang Yahudi tidak mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat oleh sebab itu orang Yahudi merayakan Paskah sebagai peringatan akan perlindungan Tuhan yang meluputkan bangsa Israel dari bahaya kematian di Mesir dan hingga sekarang orang Yahudi masih menantikan Mesias yang dijanjikan di Perjanjian Lama.
Easter yang seharus tidak kita rayakan.
Kata Easter berasal dari kata "Ishtar" dimana Ishtar adalah perayaan kebangkitan seorang dewa bernama Tamus. Siapakah Tamus? Kisah ini kembali ribuan tahun lalu ke jaman setelah Nabi Nuh dan keluarganya selamat dari banjir besar. Nuh punya 3 orang anak dan salah satu anaknya bernama Ham. Ham memiliki seorang anak bernama Cush dan menikah dengan seorang wanita bernama Semiramis. Cush dan Semiramis kemudian memiliki seorang putra bernama Nimrod (Kejadian 10:8-10). Nimrod dalam bahasa Ibrani berarti 'pemberontak'. Nimrod adalah pencipta sistem Babilonia dimana ia menciptakan tatanan pemerintahan dan hukum dasar perdagangan ekonomi. Melalui sistem Babilonia inilah Nimrod mendirikan kerajaan pertama di bumi, mendirikan kota-kota megah dan mencetuskan ide mendirikan menara Babel. Nimrod adalah orang pertama yang memperkenalkan penyembahan kepada setan (satanic worship). Nimrod begitu bejat sampai ia bersetubuh dengan ibu kandungnya sendiri yaitu Semiramis. Sang ibu kemudian hamil dan melahirkan anak bernama Tamus.
Ketika Nimrod meninggal, Semiramis ingin nama Nimrod menjadi abadi dan dipuja orang. Semiramis mendoktrinasi pengikutnya bahwa Nimrod telah naik ke tahtanya di matahari dan harus dipuja sebagai Baal yaitu sang dewa matahari. Semiramis sendiri menyatakan bahwa ia datang di Bumi melalui peristiwa dimana ia turun dari bulan dengan mengendarai 'telur besar' dan 'mendarat' di sungai Efrata (sekarang negara Irak). Peristiwa peringatan kedatangan Semiramis ditandai dengan telur yang dihias dan dinamai Ishtar eggs atau telur Easter. Kenapa dipilih telur? Karena telur dilambangkan sebagai kelanjutan dari hidup. Kemudian tradisi di jaman itu berkembang dimana orang-orang saling memberi telur yang telah dihias sebagai simbol untuk 'memberkati' orang lain dengan hidup baru. Bagaimana dengan kelinci? Bagi Semiramis, kelinci adalah binatang keramat dan kelinci dipakai sebagai hewan kurban di setiap perayaan Easter.
Sama seperti anaknya (atau 'suaminya') Nimrod yang dipuja sebagai dewa matahari, Semiramis dipuja orang sebagai dewa bulan. Tidak cukup sampai disitu, ketika Tamus tewas saat ia sedang berburu (sama seperti ayahnya, Nimrod, Tamus adalah seorang pemburu ulung), Semiramis menyatakan bahwa Tamus memiliki kedudukan yang sama seperti Nimrod dan harus disembah. Semiramis kemudian memberi gelar baru pada dirinya sendiri, yaitu Queen of Heaven atau Ratu Surga (Yeremia 7:18 dan Yeremia 44:17-25).
Adakah praktek penyembahan Tamus tertulis di Alkitab? Tentu saja ada. Dalam Yehezkiel 8:14- 16 ditulis :
(14) Lalu dibawa-Nya aku dekat pintu gerbang rumah TUHAN yang di sebelah utara, sungguh, di sana ada perempuan-perempuan yang menangisi dewa Tamus.
(15) Firman-Nya kepadaku: "Hai anak manusia, kaulihatkah apa yang mereka perbuat? Engkau masih akan melihat perbuatan-perbuatan kekejian yang lebih besar lagi dari pada ini."
(16) Kemudian dibawa-Nya aku ke pelataran dalam rumah TUHAN; sungguh, dekat jalan masuk ke bait TUHAN, di antara balai Bait Suci dan mezbah ada kira-kira dua puluh lima orang laki-laki, yang membelakangi bait TUHAN dan menghadap ke sebelah timur sambil sujud pada matahari di sebelah timur.
Ayat Alkitab ini menceritakan bagaimana Bait Allah di Jerusalem telah dirusak dan dinajiskan dengan praktek penyembahan dewa Tamus. Tembok-tembok Bait Allah telah bolong dan penuh dengan grafiti atau gambar-gambar berbagai macam mahluk dan binatang. Hal ini merupakan satu kekejian dihadapan Tuhan.
Kapan Paskah dan Easter dirayakan?
Perayaan Paskah dan Easter (atau Ishtar) adalah dua perayaan yang berbeda dan sama sekali tidak berhubungan. Perayaan Easter dirayakan setiap minggu pertama setelah pergantian dari musim dingin ke musim semi atau dikenal dengan perayaan Equinox. Perlu diketahui bahwa musim semi bisa maju atau mundur sehingga otomatis perayaan Easter pun bisa maju atau mundur dan berkisar di tanggal 22 Maret hingga 25 April. Sedangkan perayaan Paskah diadakan di bulan April tanggal 14. Oleh sebab itu tidak heran bila kadang-kadang Paskah dan Easter bisa jatuh pada hari atau minggu yang sama.
Apakah Raja Herodes merayakan Paskah atau Easter di Kisah Para Rasul 12:3-4? Dalam Kis 12:1-4 ditulis
(1) Kira-kira pada waktu itu raja Herodes mulai bertindak dengan keras terhadap beberapa orang dari jemaat.
(2) Ia menyuruh membunuh Yakobus, saudara Yohanes, dengan pedang.
(3) Ketika ia melihat, bahwa hal itu menyenangkan hati orang Yahudi, ia melanjutkan perbuatannya itu dan menyuruh menahan Petrus. Waktu itu hari raya Roti Tidak Beragi.
(4) Setelah Petrus ditangkap, Herodes menyuruh memenjarakannya di bawah penjagaan empat regu, masing-masing terdiri dari empat prajurit. Maksudnya ialah, supaya sehabis Paskah ia menghadapkannya ke depan orang banyak.
Ingat bahwa Raja Herodes bukanlah orang Kristen dan ia sangat membenci orang Kristen. Ketika Raja Herodes membunuh Yakobus dan ingin membunuh Petrus kebetulan saat itu sedang dalam masa perayaan Roti Tidak Beragi. Raja Herodes kemudian memenjarakan Petrus karena ia ingin merayakan Easter (bukan Paskah). Hal ini mungkin membingungkan karena Alkitab bahasa Indonesia menggunakan satu kata untuk dua perayaan yang berbeda maksud dan tujuan.
Apabila kita lihat ayat Kis 12:4 dalam Alkitab bahasa inggris versi King James (King James Version) maka akan terlihat perbedaannya:
(4) And when he had apprehended him, he put him in prison, and delivered him to four quaternion of soldiers to keep him; intending after Easter to bring him forth to the people.
Pada Alkitab bahasa inggris, kata "Paskah" diterjemahkan sebagai "Passover" bukan "Easter".
Sebagai contoh kita lihat salah satu ayat di Matius 26:17-19:
(17) Now on the first day of the Feast of the Unleavened Bread the disciples came to Jesus, saying to Him, "Where do You want us to prepare for You to eat the Passover?"
(18) And He said, "Go into the city to a certain man, and say to him, `The Teacher says, "My time is at hand; I will keep the Passover at your house with My disciples."
(19) So the disciples did as Jesus had directed them; and they prepared the Passover.

Dari sini bisa terlihat perbedaan penggunaan kata Passover dengan Easter di Alkitab bahasa Inggris. Kita kembali pada kisah Petrus, ketika Petrus ditahan saat itu sedang perayaan Roti Tidak Beragi. Seperti yang telah dijelaskan diatas, perayaan Roti Tak Beragi dirayakan setelah Paskah sedangkan Raja Herodes ingin merayakan Easter yang saat itu akan dirayakan beberapa hari kemudian. Jadi jelaslah bahwa Raja Herodes merayakan Easter yang menyembah dewa Tamus dan Raja Herodes tidak pernah merayakan Paskah peringatan kebangkitan Yesus dari kematian.
Kesimpulan
1. Paskah atau Passover yang kita rayakan adalah perayaan kebangkitan Yesus Kristus mengalahkan kematian. Awal dari perayaan Paskah adalah perayaan dimana Tuhan meluputkan bangsa Israel dari malapetaka maut dimana semua anak pertama bangsa Mesir dibunuh oleh malaikat Tuhan.
2. Perayaan Easter (atau Ishtar) adalah perayaan kebangkitan seorang dewa bernama Tamus yang ditandai dengan perayaan menghias telur dan bersimbol kelinci.
3. Tradisi menghias telur Easter dan kelinci Easter adalah ritual okultisme yang merupakan kekejian bagi Tuhan.
4. Marilah kita menyembah Tuhan bukan berdasarkan tradisi yang ada tetapi berdasarkan perintah dari Tuhan.

Disadur dan diterjemahkan dari berbagai sumber:
?? The Easter Story by Denise Snodgrass (www.onenesschristian.org/easter.htm)
?? The Pagan Origin of Easter by David J. Meyer (www.lasttrumpetministries.org/tracts/tract1.html)
?? Is Easter A Mistranslation? by Dr. Samuel C. Gipp, Th.D. (www.av1611.org/kjv/easter.html)
?? The Truth About Easter (www.ministriesofchrist.org/Easter.htm)

Selamat merayakan Paskah 2007. Tuhan Yesus memberkati kita semua.

ditulis oleh : Pdt. Theodorus


4 komentar pada warta ini
Selasa, 10-04-2007 16:36:16 oleh: marc
Nice and good article Sis JBU

Rabu, 11-04-2007 06:17:20 oleh: Retty
Sangat informatif! Tapi bagimanapun dalam berbahasa Inggris kita mau tidak mau kan harus berkata "Happy Easter!", dalam kamus Oxford sendiri terjemahan Easter adalah " anniversary of the Resurrection of Christ, observed on the first Sunday after a full moon on or after 21 March. Mengenai bagaimana tradisi mempengaruhi agama, tentunya ada sejarahnya. Sangat berguna untuk mengetahui sejarahnya. Tulisan ini saya vote sangat berguna. Hanya saya kurang setuju dengan poin kesimpulan no 3, karena pemeliharaan tradisi telur Paskah tidak lagi berdasar kepada okultisme, melainkan sebagai bagian dari perayaan iman terhadap kelahiran kembali manusia. Dengan penderitaan, kematian, dan kebangkitan Yesus, manusia dibebaskan dari kematian kekal (dosa) dan dilahirkan kembali sebagai manusia baru. Dalam agama Katolik setiap malam Paskah ada upacara lilin atau upacara terang (maaf kalau salah istilah) dimana janji baptis diulangi, sebagai tanda pembaharuan diri. Telur menjadi tanda dari kehidupan baru tersebut. Mungkin cara pandang ini adalah suatu perbedaan antara agama Kristen Katolik dengan Kristen lainnya dalam menerjemahkan tradisi. Komentar ini hanya sebagai penyeimbang sudut pandang yang mungkin bersifat pribadi.

Rabu, 11-04-2007 08:13:51 oleh: bajoe
Yup, itulah pentingnya membaca sejarah. Kalau belajar sejarah banyak agama, semua tumbuh kembang tanpa lepas dari konteks dan tradisi sebelumnya. Walaupun kemudian dimaknai berbeda. Contoh yang sama di agama Nasrani soal perayaan Natal tanggal 25 Desember, yang mengadopsi tradisi sebelumnya yaitu perayaan / pemujaan Dewa Matahari. Tetapi tentu saja orang Nasrani tidak lagi memuja dewa Matahari, walau tanggalnya sama. aku setuju dengan pendapat Retty bahwa tradisi menghias telur Paskah di kalangan Nasrani sudah bukan lagi dimaknai okultisme. Mungkin kalau disurvei, sebagian besar orang Nasrani tidak tahu soal okultisme ini. Jadi aku berbeda pendapat dengan Bapak Pendeta penulis artikel ini. Kalau menghias telur bagian dari kemeriahan sikap religius seorang Nasrani, ya kenapa tidak? Toh, kalau mengaca lagi ke sejarah agama-agama dunia, berdialog dengan tradisi (lokal maupun globa) adalah sesuatu yang tak dapat dihindari oleh agama apapun. Sampai saat ini juga.

Rabu, 11-04-2007 12:28:21 oleh: Febri
Memang manusia cenderung mencari jalan yang paling susah untuk mencapai tujuan akhirnya. Ditambah lagi seringnya 'terlalu kreatif' dalam melakukan sebuah tindakan tanpa tahu latar belakang sesungguhnya, bahkan tidak tahu akibat yang ditimbulkannya. Sudah begitu menyeret-nyeret orang lain untuk menyetujui tindakannya dan sedikit 'memaksa' untuk melakukannya juga. Anyway...kita perlu tahu mengapa kita melakukan sesuatu dan mengujinya semuanya itu.

Tuesday, April 10, 2007

Pilihan Atas Kehendak Bebas

Bacaanku yang pertama adalah 1 Samuel 1: Lahirnya Samuel.

1 Samuel 1: 15-17 …aku seorang perempuan yang sangat bersusah hati; anggur ataupun minuman yang memabukkan tidak kuminum, melainkan aku mencurahkan isi hatiku di hadapan Tuhan. Janganlah anggap hambamu ini seorang perempuan dursila; sebab besarnya cemas dan sakit hati aku berbicara demikian lama”. Jawab Eli:”Pergilah dengan selamat, dan Allah Israel akan memberikan kepadamu apa yang engkau minta daripadaNya”.

Dalam derita yang mendalam, tiada yang lebih menghibur daripada berlari dan mengadu kepadaNya. Kuasa manusia bagai setitik abu di dunia, KuasaNya sungguh indah dan menakjubkan. Derita dan tangismu akan terhapus dengan bahagia surgawi. Percayalah, maka engkau akan mendapatkannya.

Satu hal yang agak membingungkan, sehubungan dengan nazar Hana untuk mempersembahkan anaknya kepada Allah (ayat 11), bila dihubungkan dengan ayat 23:
“…tinggallah sampai engkau menyapih dia; hanya, Tuhan kiranya menepati janjiNya.”
Bukankah Tuhan sudah menepati janjiNya? Justru kita manusia yang seringkali bernazar dan kemudian melupakannya setelah menerima yang dipinta?

Bacaan kedua adalah Yohanes 8: 30 -36 : Kebenaran yang memerdekakan.

Ayat 34: Kata Yesus kepada mereka: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa”

Menjadi orang yang merdeka bukan sekedar memiliki kehendak bebas, tapi juga mampu menggunakan pilihannya untuk tetap tinggal di dalam Kebebasan itu sendiri. Keluar dari jalanNya berarti membelenggu diri kepada dosa, kembali menjadi manusia terpasung yang kehilangan martabat kekal.

Yohanes 17:12 Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam namaMu, yaitu namaMu yang telah Engkau berikan kepadaKu; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain daripada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci.

Misteri Allah, Yang Maha Tahu dan Multidimensi, sungguh terletak pada takdir dan nasib Yudas Iskariot. Kehendak bebas menjadi hak pribadi kita, tapi Allah melihat jauh melampaui mata dan pikiran manusia. Pilihan yang diambil Yudas, bisa jadi menjadi pilihan kita juga! Kebinasaan yang dipilih Yudas, mungkin saja menjadi pilihan kita juga bila penyesalan kita tidak disertai penyerahan diri kembali kepadaNya.

Allah Bapa Yang Mahabaik,
Tolonglah kami untuk menjernihkan suara hati kami,
Agar hanya suaraMu yang senantiasa bergaung dari dalamnya.
Berilah kami kejernihan pikiran,
Agar kami mampu senantiasa bijaksana dalam menggunakan kehendak bebas kami,
Senantiasa mengambil pilihan yang sesuai dengan kehendakMu.
Dan senantiasa mensyukuri rahmat kebebasan yang Dikau berikan, Amin.

I Thank Thee Lord.

My heart thank Thee Lord,
For all the rejoice You’ve given me.
My mind praise Thee Lord,
For all the wandering thoughts inside.
My body praise Thee Lord,
For the strength that blessed me.

I thank Thee Lord,
For the beauty of the world,
For all the miracles of life,
For my being me.

I thank Thee Lord,
For the blessings disguising in misery,
For Your grace beneath the cross,
For the everlasting freedom!

Saturday, April 07, 2007

Mari Berjalan BersamaKu!

Pagi hari merekah,
Burung-burung berkicau riang menyanyikan lagu kebangkitan,
Embun pagi menyelimutiku menyapa selamat datang manusia baru,
Semilir angin pagi membelai pipi menyelamati kebebasanku.
Lihat batu kubur terguling,
TubuhNya entah kemana menghilang,
Tangisku mencari yang kasat mata,
Tanganku menarik orang-orang untuk mencariNya.

Perempuan, mengapa engkau menangis?
Tidakkah kau dengar kicau riang burung-burung itu?
Tidakkah kau rasakan dekapan menyejukkan sang embun pagi?
Tidak cukupkah belaian angin pagi untuk menyadarkanmu?
Sang Penyelamat sudah menang!
Maut sudah dikalahkanNya!
Dikau dan dunia sudah tertebus dari gelimang dosa.
Dia sudah membuka pintu ke surga!

Rabuni,
Dikau sudah mengalahkan kelam dosa,
Tubuh dan darahMu sudah menjadi tumbal penebusan kami,
Tapi mengapa dunia masih penuh dengan tikai dan peperangan?
Mengapa negaraku masih penuh dengan bencana dan kemiskinan?
Mengapa agama menjadi pemecah belah di antara kami?
Mengapa jurang-jurang perbedaan semakin menajam dan menebar bisa?
Mengapa hati manusia semakin membeku dingin?

Anakku,
Aku menjalani jalan penderitaan untuk menebus kalian semua,
Tapi kalian tidak terbebas dari kewajiban untuk ikut berjalan ke Golgota,
Sekarang Aku akan pergi kepada BapaKu dan Bapamu,
Aku akan pergi kepada AllahKu dan Allahmu,
Penebusan kalian kekal adanya, jembatan ke surga sudah Kuturunkan.
Tapi jalan kesana berliku dan berbatu,
Pegang tanganKu erat-erat agar tidak hilang dan terjatuh!

Friday, April 06, 2007

Via Dolorosa

Renungan dari Yohanes 16:16-33

Seorang perempuan berdukacita pada saat dia melahirkan anaknya, tetapi sesudah ia melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia.

Sungguh benar, bahwa penderitaan yang terasa selama hamil dan melahirkan menjadi tidak bernilai dengan karunia mungil yang selalu menjadi perwujudan karunia dan keajaiban Allah. Sembilan bulan bersama di dalam lindungan rahim dan keluar melalui lubang yang tidak pernah tampak bisa dilalui sebuah kepala dengan diameter kepala bayi normal, sebuah keajaiban besar dari Yang Kuasa. Menyaksikan mereka bertumbuh setiap hari, berkembang dan menyerap kecerdasan dari hidupnya sehari-hari, sekali lagi hanya kuasa dan kebesaran Allah yang nampak.

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikanNya kepadamu dalam namaKu…Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu.

Dalam Markus 14:36 ada perkataanNya: “Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagiMu, ambillah cawan ini dari padaKu, tetapi janganlah apa yangAku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki” Seringkali dalam meminta kepada Bapa, kita hanya mengingat janji Yesus untuk memenuhi sukacita kita, melupakan kehendak dan waktu Allah. Via Dolorosa menunjukkan jalan penderitaan yang harus dilalui Yesus untuk menjadi Via Salutis. Dialah Jalan Keselamatan yang membuka hubungan antara kita manusia dengan Bapa di surga.

…kamu akan meninggalkan Aku seorang diri. Namun Aku tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku.

Dalam kesendirian, dalam keputus-asaan, kembalilah menangis kepada Allah, sebab Dia senantiasa bersama putra-putriNya, bahkan bagi sang anak yang hilang!

Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.

Yesus menjalani jalan kesengsaraan untuk menaklukkan penderitaan kekal, dengan melalui Via Dolorosa Dia membukakan pintu kehidupan kekal bagi kita anak-anakNya. Penderitaan mungkin memang identik dengan kehidupan di dunia ini, tapi janjiNya untuk memberikan sukacita dengan memintanya kepada Bapa perlu kita ingat. Hal yang terasa mustahil akan terwujud, dalam kesedihan yang amat mendalam rasa bahagia yang dicurahkanNya sungguh terasa menyejukkan. Suatu kemustahilan di mata manusia untuk merasa bahagia dalam kondisi yang tetap sama, tetapi kehadiranNya dalam hatimu akan memberikan gelombang kebahagiaan yang tak terperi dan tak terlukis dengan kata-kata!
Allah Bapa yang Maha Baik,
Dalam nama putraMu yang telah menjalani penderitaan, penghinaan, dan siksaan dalam melengkapi jalan penebusanNya,
Hamba ingin memohon kekuatan untuk bisa terus berjalan dalam bimbingan kasihMu.
Hamba ingin memohon diberi ingatan panjang untuk mengingat kasih, karunia, dan keajaiban yang tlah Dikau berikan.
Hamba ingin memohon kerendahan hati untuk terus menerus bergantung kepadaMu
Hamba ingin memohon kesabaran untuk menunggu saat yang Dikau tetapkan.
Diatas semuanya, hamba ingin memohon kemampuan untuk senantiasa bersyukur padaMu.

Dalam kasihMu, takkan hilang jalanku.
Dalam genggamanMu, takkan terasa sepi sendiri.
Dalam naunganMu, keteduhan dan kasih memenuhi jiwaku
Di dalam Dikau daku bersuka cita.

Amin.