Sunday, August 19, 2012

Arti kemerdekaan

Sebenarnya renungan ini adalah renungan dari hari kemerdekaan Indonesia yang ke 67, pada tanggal 17 Agustus 2012. Renungan ini tidak berasal dari kegiatan meditasi, melainkan semata-mata renungan setelah misa pagi atas bacaan hari itu. Ada dua ayat dari bacaan yang berbeda yang sangat menarik perhatianku hari itu. Yang pertama adalah bacaan dari 1 Petrus 2:16 "Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalah-gunakan kemerdekaan itu untuk meyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah." Ayat yang kedua adalah dari Kitab Sirakh 10: 3 "Raja yang tidak terdidik membinasakan rakyatnya, tetapi sebuah kota sejahtera berkat kearifan para pembesarnya."

Seringkali kemerdekaan bagi kita adalah kebebasan untuk melaksanakan kehendak sendiri. Sebenarnya apa yang baik dan yang tidak baik senantiasa relatif bila dipandang dari sudut pandang manusia. Hanya nilai-nilai Tuhan yang absolut. Manusia seringkali mencari jalan yang menguntungkan dirinya sendiri. Sementara, jalan Tuhan senantiasa mengenal kedalaman hati manusia, dan membuat jalan keselamatan bagi banyak orang. Bacaan ini mengingatkan kembali akan pergumulanku mengenai discernment. Seringkali sebagai manusia saya tidak mau mengambil keputusan karena menginginkan keputusanNya. sesungguhnya Ia memerdekakan manusia untuk memilih jalan masing-masing, tetapi tetap berjalan di dalam jalanNya. Hiduplah bersamaNya dan kenalilah kehendakNya, maka resiko dari setiap keputusan penting yang diambil bersamaNya tidak akan dibiarkanNya untuk dipikul sendirian.

Kutipan dari Kitab Sirakh mungkin lebih berbicara bagiku karena statusku sekarang ini yang bekerja penuh sebagai guru. Sebuah film mengenai guru dari DAAI TV "Untukmu Bintang" pernah membukakan sudut pandang baru dalam pelayanan. Waktu itu pemeran utamanya mengatakan bahwa anak-anak dari kalangan menengah ke atas ini suatu saat pasti menjadi pemimpin di lingkungan maupun negaranya. Karena itu, sangat penting untuk memberikan mereka pendidikan yang baik, terutama dari segi moral dan sikap dalam kelompok. Ketika itu saya seperti mendapat pencerahan. Tidak selamanya pelayanan itu berarti melayani anak-anak yang kurang pandai, atau kurang mampu. Anak-anak yang pandai dan berasal dari keluarga yang berkecukupan bisa jadi juga sangat membutuhkan pelayanan tersebut. Tuhan sudah membuatkan jatah pelayanan bagi setiap orang. Ada masa-masa yang harus dilalui sebagai proses dalam kehidupan. Pelayanan yang mana yang kita pilih merupakan pilihan dalam kehendak bebas kita, tetapi tanpa melupakan keinginanNya. Tugas untuk mendidik pemimpin-pemimpin yang arif merupakan tugas besar dariNya, dan tidak mudah untuk melaksanakannya. Karena pendidikan bukan hanya sekedar berkata-kata dan mengajarkan, melainkan juga melakukan dan memberi contoh yang terbaik.

Tuhan, terima kasih sudah memberiku pencerahan...
Membukakan hati dan pikiran terhadap perjalananku...
Melangkah dan melayani dengan menyesuaikan diri pada proses yang kujalani,
Semoga berkatMu senantiasa menguatkan dan memberiku kebijaksanaan ya Tuhan...
Amin.