Monday, August 05, 2013

Hal Berdoa

Dari pertemuan EJ ke-dua aku juga menemukan bahwa semua perjalanan ini adalah proses pembelajaran. Tidak semua orang mempunyai kecepatan yang sama. Menjadi teman seperjalanan berarti harus tetap menjaga kecepatan langkah agar tetap berjalan bersama. Yesus sudah sangat sabar dalam menanti langkah kita. Betapa sering kita seperti orang-orang Israel yang sudah dibawa ke luar dari Mesir, tetapi justru bersungut-sungut kepada Tuhan karena merindukan kenyamanan hidup di Mesir.

Untuk menjadi teman seperjalanan, perlu untuk saling mendengarkan, saling menghormati, dan belajar satu sama lain. Hanya dengan begitu perjalanan bisa menjadi menyenangkan dan tidak terasa akan sampai ke tujuan.

Dalam sesi 3, saya diingatkan kembali mengenai hal berdoa. Dari Lukas 11:13 saya diingatkan bahwa Bapa di Surga akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepadaNya. Sementara dari Yoh 14:26 saya diberitahukan bahwa salah satu tugas Roh Kudus adalah "mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu."

Dari buku EJ, saya menggaris-bawahi perkataan, "Tuhan menghendaki kita untuk memohon kepadaNya, baik hal-hal yang besar dan penting, maupun hal-hal yang kecil dan sepele," juga perkataan "Berdoalah dengan mengungkapkan secara jelas apa yang kau inginkan, bukan hanya meminta Tuhan 'memberkati' seseorang atau sesuatu.

Hal ini saya percaya karena pengalaman iman yang buat saya bagaikan sebuah teguran. Saya tidak ingat apakah sudah pernah membagikannya di blog ini. Saya merasa sedih ketika mengetahui bahwa sakit Romo Marto, pastur yang memberkati pernikahan saya, semakin parah. Saya ingin menengok dan memberi kata-kata yang menguatkan, tetapi urusan keluarga dan pekerjaan tidak memberikan saya kesempatan. Maka ketika itu saya membuatkan ujud untuk kesembuhannya melalui Novena Roh Kudus. Ketika memasukkan kertas ujud, saya sempat membatinkan keinginan agar Romo tahu bahwa saya mendoakannya.

Pada suatu dini hari saya merasa ada ketukan di pintu rumahku. Kebetulan suamiku juga sedang kerja malam. Kukira mungkin kunci rumahnya tertinggal, sehingga saya keluar untuk membukakan pintu. Ternyata tidak ada orang di sana. Yang ada adalah dorongan kuat untuk mendoakan Romo Marto. Maka saya berusaha untuk berdoa, tapi seperti murid-murid yang tertidur, saya hanya berdoa satu kali Bapa Kami dan beberapa kali Salam Maria sebelum kembali tertidur.

Pagi harinya saya menelpon ke rumah orang tuaku untuk menanyakan kabar Romo. Tidak ada kabar apa-apa. Tetapi pukul delapan pagi ada berita bahwa beliau telah berpulang. Hari itu adalah hari Tri Tunggal Yang Maha Kudus. Saya merasa hanya kebetulan saja suara ketukan itu karena waktu berpulangnya tidak sama. Tetapi mengejutkan ketika dalam misa requiem disebutkan bahwa Romo Marto pada dini hari sempat mengumpulkan orang-orang untuk berdoa Salam Maria dalam berbagai bahasa. Saat itu, dari beberapa bahasa yang digunakan, ternyata tidak ada yang mendoakan Salam Maria dalam bahasa Perancis. Tentunya mengejutkan buat saya yang menguasai bahasa Perancis (walaupun terus terang waktu itu sama sekali tidak tahu bagaimana berdoa Salam Maria dalam bahasa Perancis, saya terbiasa hanya membaca saja ketika mengikuti misa dalam bahasa Perancis, yang sangat jarang pula kuikuti).

Kejadian ini kemudian kuceritakan pada sepupuku sambil berkata bahwa aku merasa diingatkan betapa besar kuasa doa. Ia menanggapiku dengan bertanya balik, "Memangnya sebelum ini bagaimana kalau kamu berdoa?" Aku menjawab, "Aku sih fifty-fifty, kalau dikabulkan...terima kasih. Kalau tidak...bukan kehendakNya." Anehnya, ketika mengikuti misa pagi beberapa hari setelah itu, Romo yang mempersembahkan misa sampai mengulang dua kali perkataan, "Mintalah, maka engkau akan mendapatkannya selama engkau percaya." Sesungguhnya ketika berdoa saya tidak pernah meminta dengan rinci. Saya pikir seperti Matius 6:7 Tuhan meminta kita untuk tidak berdoa dengan bertele-tele. Saya pikir Tuhan tahu benar kebutuhan saya, sehingga tanpa memintapun Ia akan memberikan yang kubutuhkan. Tetapi kejadian saat itu membuat aku berpikir, bahwa Tuhan juga menginginkan aku untuk meminta. Ia menginginkan aku tahu persis apa yang kuminta. Aku perlu belajar untuk menjadi dewasa yang mengetahui keinginan dan kebutuhanku.

Lucunya, setelah diingatkan untuk meminta dalam perjalanan bersama EJ, maka keesokan harinya
dalam MK aku diingatkan kembali untuk tidak meminta apa-apa karena Tuhan tahu semua kebutuhan kita. Yang kita butuhkan hanya duduk diam di hadiratNya, seperti Maria yang duduk mendengarkanNya. Roh Kudus yang diberikanNya yang akan mendoakan kita, karena Roh Kudus lebih mengenali kebutuhan kita daripada diri kita sendiri.

Merenungkan kembali semuanya, membawa saya kembali ke kutipan Lukas 11:13, bahwa Tuhan akan memberikan Roh Kudus kepada orang yang meminta dengan percaya. Roh Kudus akan menunjukkan permintaan yang pantas kita majukan, dan akan membantu kita mengenali kebutuhan dan langkah yang perlu kita jalani.

Bapa yang baik,
Terima kasih atas Roh Kudus yang Engkau berikan pada kami,
Dengan kasih dan berkatMu
Kami sanggup melangkah dan berjalan bersamaMu
Semoga kepercayaan kami senantiasa terjaga
Agar bisa memperoleh kebijaksanaan dari Roh Kudus
dalam menyikapi pilihan-pilihan dalam kehidupan.
agar mampu kuat dalam berjalan bersama Yesus
melangkah ke dalam damai sejahtera yang Bapa janjikan.
Amin.

Bacaan terkait http://journey-to-his-words.blogspot.com/2009/07/percaya-dan-mintalah.html
http://journey-to-his-words.blogspot.com/2009/11/berkat-malaikat-pelindung-4.html

Dimensi Marta dan Maria Dalam Proses MenemukanNya

Perjalanan menuju sesi ke-dua membawa saya kembali pada pergumulan Marta dan Maria.Kalau dalam kesempatan membaca perikop ini sebelumnya, saya lebih diingatkan untuk memaknai kehadiranNya di dalam hati, daripada melayani yang bisa jadi untuk kepuasan ego pribadi (baca juga Kehadiran lebih penting daripada perbuatan). Kali ini saya diingatkan untuk menghargai proses dan untuk terus bertahan dalam mendengarkan sabdaNya.

Maria berani mendobrak tradisi yang hanya memungkinkan lelaki untuk duduk menerima tamu dan mendengarkan ucapan-ucapan tamunya. Marta, yang menerima Yesus di rumahnya, dan yang sedang sibuk melayani Yesus, merasa perlu untuk menegur Yesus agar meminta Maria membantunya. Betapa sering saya juga seperti Marta yang mengeluh pada Tuhan ketika beban pelayanan terasa berat dan tidak ada bantuan dari teman-teman lain.

Saya merasa sebagai Marta yang mencoba melayani Yesus. Coba bayangkan ada Yesus yang bertamu di rumahnya dan dia duduk diam bersama Maria menemani Yesus. Tidak ada yang melayani dan memberi Yesus minum. Demikian juga dalam organisasi maupun kegiatan pelayanan lainnya, bila tidak ada yang mau bekerja, lalu siapa yang akan bekerja? Sebenarnya Marta juga ingin seperti Maria. Tetapi ketika keinginan itu menjadi iri hati sehingga ia tidak segan menegur Yesus, maka makna pelayanannya menjadi hilang.

Dari sharing teman-teman MK, kesibukan Marta lebih diartikan sebagai kesibukan bekerja untuk mendapatkan uang atau kebutuhan duniawi lainnya.Tiba-tiba saya merasa sebagai Maria yang lebih berusaha mendahulukan Yesus daripada melakukan pekerjaan yang memberikan hasil. Tetapi akhir-akhir ini terasa kegamangan untuk bertahan dalam jalur pelayanan karena kebutuhan rumah tangga yang semakin meningkat. Waktu yang terbatas yang harus dibagi-bagi menjadi suatu masalah.

Sementara itu, sebagai Maria yang merindukan untuk terus berada di hadirat Tuhan, seringkali tergerus oleh kesibukan harian. Menyediakan waktu secara khusus bagiNya merupakan suatu hal yang diminta Yesus dariku.

Yesus berkata bahwa Maria telah memilih yang terbaik dan tidak akan diambil darinya. Terasa bahwa Yesus berusaha keras menjagaku agar tidak goyah dan menghilang dari hadapanNya. Ia senantiasa menguatkanku ketika aku mulai goyah seperti Petrus yang mulai goyah ketika berjalan di danau. Ia menggapaiku dan membimbingku agar tidak menyimpang dari jalanNya.

Dari 2 Petrus 1:10 saya memperoleh kekuatan baru, "Karena itu saudara-saudara, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jika kau melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung."

Tuhan,
Terima kasih bahwa Engkau mau menjagaku agar tidak tersandung.
Ketika aku goyah dan terjatuh, Engkau mengangkat dan membangunkanku,
Ketika aku lemas dan tidak bertenaga, Engkau menghibur dan membantu menopangku,
Ketika aku ingin berhenti berusaha, Engkau mendekatiku...menghibur dan menguatkanku.
Terima kasih Tuhan,
Aku ingin terus berusaha dengan sungguh-sungguh menemukan panggilanMu
agar bisa berguna dan memberikan talenta yang sudah dikembangkan dengan bahagia.
Terima kasih untuk pendampingan dan kasih sayangMu.
Terima kasih untuk BundaMu yang senantiasa menjaga dan mendoakanku.
Amin.