Kalau hari Jumat merupakan hari Meditasi Kristiani, maka hari Senin merupakan hari Lectio Divina bagi saya. Walaupun masih gamang, tapi sedikit demi sedikit saya mulai mampu mengusir kegelisahan karena perbedaan pola antara dua metode doa ini. Saya masih merasa kehilangan keakraban Lectio Divina yang lama, tetapi saya juga sudah belajar untuk berkawan dengan keheningan pikiran. Saya percaya Tuhan akan membantu saya dalam menemukanNya melalui jeruji-jeruji doa yang kugunakan.
Bacaan hari Jumat kemarin dan bacaan yang kami gunakan hari Senin ini kebetulan sama, diambil dari Injil hari Minggu yakni Markus 1:21-28. Hari Jumat kemarin ayat yang sangat memikat saya adalah ayat 22; "Mereka takjub mendengar pengajaranNya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat," Ketika itu saya terutama ingin sekali mengenal wibawa Yesus, bagaimana Ia mengajar, mengapa pengajaranNya berbeda dengan para ahli Taurat. Seperti biasa, bila melakukan Meditasi Kristiani maka kejernihan itu tidak pernah langsung muncul. Seperti sirup yang dimasukkan ke dalam gelas berisi air dan diaduk-aduk, maka butuh waktu sejenak agar tampak jernih.
Hari Jumat itu saya memperoleh betapa Yesus tidak mempertunjukkan kuasaNya dengan sok kuasa. Hari itu saya sungguh ingin tahu bagaimana resep mengajar untuk menghadapi anak-anak di rumah, dan anak-anak di sekolah. Bagaimana mengajar tanpa sok kuasa, tanpa sok otoriter tapi mereka bisa sungguh-sungguh bisa belajar dengan disiplin pribadi. Kemudian, pada homili hari Minggu di gereja, saya kembali diberikan pencerahan bahwa Yesus bukan sekedar mengajar saja. ia mengajar dengan perbuatan. Hal ini yang membedakanNya dengan para ahli Taurat. Para ahli Taurat mengajarkan isi kitab Taurat tapi tidak melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Yesus mengajarkan tapi melaksanakannya. Hari Senin ini semuanya itu dilengkapi dengan sharing dari suster pembimbing Lectio Divina yang kami peroleh melalui surat elektronik. Yesus mengajarkan dengan Kuasa Kasih. Yesus mengajarkan cinta kasih dan tidak sekedar mengajarkannya, melainkan melaksanakan ajaran kasihNya itu.
Suster mangatakan bahwa Yesus menunjukkan kuasa kasih. Ia berusaha membebaskan kita dari kuasa jahat. Kita semua masih terbelenggu dengan pelbagai kuasa dalam hidup sehari-hari misalnya:
menbanggakan diri karena berhasil berkat kepandaian, kecerdasan, popular, disanjung umat, dsb. Intinya, percaya diri yang berlebih-lebihan sehingga tidak menyadari adanya kuasa yang melebihi kuasaku sebagai manusia, yaitu kuasa Tuhan. Kuasa yang Tuhan lakukan adalah kuasa kasih, ingin membagikan bahagia dan damai pada kita yang berbeda dengan konsep duniawi yang lebih mengutamakan materi; kekuasaan, uang, keserakahan, dll.
Hari Senin ini hampir semua peserta meditasi Kitab Suci terpanggil untuk aktif. Seorang teman membuka perbincangan kami dengan mengajukan ayat 21 sebagai ayat yang menyentilnya. Sabat mulai Yesus segera masuk ke rumah ibadat dan mengajar. Ia merasa diingatkan untuk tetap setia dalam melakukan meditasi harian. Seringkali menyediakan waktu khusus untuk diam dalam kehadiranNya merupakan hal yang sangat sulit kami sediakan. Kemajuan zaman bahkan seringkali menjadi kuasa jahat yang menggapai. Begitu bangun tidur maka yang dijangkau adalah Blackberry. Ada yang mungkin memeriksa chatting anaknya, ada yang memeriksa jadwal sehariannya nanti.... Akhirnya pagi sudah menjadi terlalu siang untuk meditasi. Doa singkat atau doa sembari berjalan kembali menjadi jalan keluar. Menyadari godaan dan kuasa-kuasa gelap yang rajin menggoda kami merupakan satu hal penting yang akan membantu di masa depan.
Dari percakapan mengenai memeriksa chatting anak, kami masuk ke dalam pemikiran akan makna berserah pada Allah. Sebenarnya sudah sewajarnya kami memberikan keleluasaan pribadi bagi anak-anak remaja kami. Begitu juga perasaan was-was yang terkadang memenuhi batin karena situasi zaman ini yang jauh begitu berbeda dari situasi di masa kami dahulu. Ketika kami harus tugas semalam suntuk di rumah teman, maka kami hanya akan mengerjakannya di rumah teman itu. Anak zaman ini terkadang tidak lagi sekedar bekerja di rumah teman, tetapi mengungsi ke tempat umum yang menyediakan Wifi. Kekhawatiran ibu-ibu akan pergaulan dan keamanan anak menjadi mencuat. Melalui ayat 27 kami diingatkan bahwa kuasa Yesus lebih besar daripada kuasa kegelapan. Dan bila kita mengingat betapa Yesus mengingatkan kita bahwa dengan iman yang sebesar biji sesawipun kita akan mampu membuat mukjizat seperti diriNya, maka dengan iman kepadaNya kita pasti sanggup mengusir roh jahat itu keluar dari tubuh kita. Roh kecemasan, roh keragu-raguan, roh ketidak-percayaan, roh ketakutan, dll.
Dari meditasi kali ini saya merasa terpanggil untuk membaca kitab Yesaya 31:1-9 yang intinya mengatakan bahwa Tuhanlah penolong yang satu-satunya. Seringkali kita kehilangan kekuasaan duniawi, artinya kita tidak memiliki kekuasaan, tidak memiliki uang atau ketenaran yang cukup untuk mengubah situasi secara duniawi. Tetapi bila kita senantiasa berserah kepadaNya maka kita akan mengerti betapa kuasa Tuhan adalah satu-satunya penolong bagi kita.
Langkah pertama kami barangkali hanya sederhana, memperbaiki hubungan doa kami denganNya. Bila kami merasa kurang memberi prioritas bagi waktu khusus bersamaNya, maka akan kami usahakan. Bila kami merasa memerlukan banyak percakapan singkat denganNya melalui setiap aktivitas harian kami, maka kami akan selalu mengundangNya hadir. Kemudian kami ingin belajar untuk berserah sepenuhnya kepada kerahimanNya, memasrahkan suami, anak-anak, dan keluarga lainnya kepada Tuhan, karena Ialah satu-satunya penolong kami.
Tuhan,
terima kasih atas kasihMu,
atas contoh dan ajaranMu yang penuh kuasa,
yang memampukan kami mengusir kegelapan dari diri kami,
dan memberi cahaya pengharapan bagi kehidupan kekal.
Amin.
No comments:
Post a Comment