Beberapa waktu belakangan ini, terasa sekali betapa waktu adalah karunia terbesar yang diberikanNya kepada kita. Apakah kita bisa mengisinya dengan sesuatu yang berguna, atau sekedar menghabiskannya sangat tergantung pada kemauan dan usaha kita. Betapa banyak hal yang ingin kutulis tetapi akhirnya terlewat begitu saja. Penting atau tidak menuliskannya, memang akhirnya tergantung dari makna yang bisa diperoleh oleh pembacanya. Bagi saya sendiri, menuliskan untaian kata yang mengalir keluar dari otak sehabis merenung atau membaca Kitab Suci merupakan catatan yang sangat berharga. Ketika berkilas balik terkadang saya sendiri merasa membaca sesuatu yang baru. Mungkin juga pada saat itu posisi pandang saya sudah bergeser lagi, situasi yang kuhadapi sudah berbeda, sehingga tulisan itu tiba-tiba membukakan makna lain yang tiba-tiba terbersit.
Waktu adalah karunia yang terkadang tidak kita nikmati. Kita dikejar waktu ingin menyelesaikan banyak hal sekaligus. Padahal Tuhan sudah memberikan contoh betapa Ia mengerjakan penciptaan secara bertahap, satu demi satu. Kemudian Ia juga membutuhkan menyisihkan satu hari untuk beristirahat.
Memang seringkali waktu terasa terbang begitu saja. Anak-anak yang tadinya bayi mungil tiba-tiba sudah mulai besar. Kemudian masa remaja menghilang, dan tuntutan dunia dewasa mulai menghampiri. Begitulah lingkaran kehidupan. Kita berpacu dengan waktu. Ada hal yang berubah, ada hal yang tidak berubah. Kedegilan manusia mungkin merupakan satu hal yang sulit berubah. Tetapi Ia selalu memaafkan, selalu mencari dombaNya yang hilang. Karena akan ada sukacita di surga karena satu orang yang bertobat, melebihi sukacita karena 99 orang yang tidak perlu bertobat.
Terkadang kita merasa tidak perlu bertobat, karena merasa masih berada dalam kawanan dombanya. Tetapi waktu juga yang menyadarkan betapa seringkali kita melenceng ke luar dari kawanan domba yang digembalakanNya.
Tuhan,
kuingin menghargai waktu yang Kau berikan,
kuingin memanfaatkan waktuku untuk kemuliaanMu,
terkadang godaan besar bagi sukacitaku pribadi terasa besar,
tetapi Dikau mengingatkan betapa sukacita itu menjadi lebih penuh
saat berjalan dalam bimbinganMu.
Tuhan, Gembalaku....
Sumber kekuatan dan ceriaku,
Penuntun jalan kehidupanku,
Jangan tinggalkan diriku tersesat,
Bawalah daku ke padang rumputMu.
Amin.
No comments:
Post a Comment