Injil Matius 17:1-9 menceritakan tentang Yesus dimuliakan di atas gunung. Ayat emas yang menyentuhku hari ini ada di ayat 7 ketika Yesus berkata, "Berdirilah, jangan takut!" Petrus dan murid-murid lain yang menyaksikan Yesus dalam kemuliaan sedang bercakap-cakap dengan Musa dan Elia menginginkan agar kebahagiaan itu tidak berlalu. KemuliaanNya yang bersinar membawa kedamaian yang nyaman di hati murid-murid itu.
Rasa damai itu pula yang kucari dalam perjalanan mencariNya. Tetapi kehidupan senantiasa memiliki kebahagiaan dan kesedihan, sementara manusia senantiasa memiliki kekhawatiran. Manusia seringkali jatuh ke dalam kesedihan karena terlalu memperhatikan kekhawatirannya. Pikiran yang khawatir akan mengakibatkan pilihan tindakan yang salah. Seorang teman mengirimkan renungan harian yang mengatakan bahwa tidak ada yang kekal di dunia ini. Menganggap kegembiraan itu kekal akan menjadikan manusia menjadi sombong dan lupa diri. Sebaliknya, bila mengira kesedihan itu langgeng maka iri hati, putus asa, dan tidak berpengharapan menjadi teman seperjalanan. Dalam kebahagiaan kita bisa jatuh, dalam kesedihan kita juga bisa terpuruk. Yesus datang menawarkan kekuatan, "Berdirilah, jangan takut!"
Sebagai manusia seringkali kita terjatuh ke dalam dosa, baik yang tidak sengaja maupun yang sengaja. Rasa bersalah, rasa takut, kekhawatiran, semuanya dihapuskanNya dengan ajakan untuk berdiri kembali. Berdirilah, tinggalkan ketakutan itu, bersiaplah melangkah kembali. Bukan kebahagiaan semata yang dijanjikanNya, karena Ia sendiri berkata bahwa Anak Manusia akan menderita, tetapi penyertaanNya dalam kehidupan kita akan menemani dan menguatkan kita.
Seorang ibu yang mempunyai anak kecil sangat tahu arti perkataan ini, "Berdirilah, jangan takut!" Ketika anak baru mulai belajar berdiri, mereka sangat ketakutan akan jatuh. Ibu biasanya membantu memberi semangat, terkadang membantu menopangnya. Ketika anak itu mulai belajar berjalan, sekali lagi ia takut terjatuh. Kembali lagi pengasuhnya memberi semangat untuk berdiri dan mencoba lagi, terkadang membantu menitahnya. Lalu, anak itu mulai belajar naik sepeda...dan jatuh kembali menjadi momok yang menakutkan. Semangat untuk bangkit kembali dan mencoba lagi menjadi sumber kekuatan untuk meneruskan pembelajaran bersepeda hingga mahir. Hampir semua keahlian memerlukan kegagalan sebelum mencapai keberhasilan.
SentuhanNya yang menguatkan, dan ajakanNya untuk kembali berdiri menjadi sumber kekuatan bagi kita untuk senantiasa bangkit kembali. Dalam perjalanan ke bukit Golgota, Yesus juga terjatuh tiga kali, tetapi Ia tidak membiarkan kesakitanNya menghentikan langkahNya yang sudah direncanakan Bapa. Ketika kita jatuh, ingatlah bahwa tanganNya senantiasa ada di sana, menawarkan bantuan sambil menguatkan, "Berdirilah, jangan takut!"
Bapa yang Maharahim,
terima kasih atas pengampunanMu,
atas kekuatan dan bantuan yang senantiasa Dikau berikan
atas contoh dan ketabahan yang luar biasa dari PutraMu,
temani kami anakMu...
agar berani dan mampu untuk senantiasa bangkit kembali,
Amin.
No comments:
Post a Comment