Perayaan Misa Kudus hari Minggu, 7 Agustus 2011 menjadi istimewa bagiku sekeluarga karena hari itu adalah peringatan 45 tahun pernikahan orang tuaku. Dari bacaan I, Kitab I Raja-raja 19:9a, 11-13a, yang paling menarik dari bacaan ini adalah pertanyaan Tuhan kepada Nabi Elia, "Apakah kerjamu di sini, Elia?" Elia merasa bekerja hanya demi Tuhan, tetapi apa yang dikerjakannya bukan apa yang Tuhan inginkan ia kerjakan. Kata Tuhan kepadanya, "Keluarlah dan berdiri di atas gunung itu di hadapan Tuhan."
Lalu angin besar dan kuat membelah gunung-gunung dan memecahkan bukit batu. Tidak ada Tuhan di situ. Lalu datanglah gempa, tetapi tidak ada juga Tuhan di situ. Kemudian muncullah api, dan tetap tidak ada Tuhan di situ. Ketika angin sepoi-sepoi basa berhembus, Elia bisa merasakan kehadiranNya. Kita seringkali mencari Tuhan dalam perbuatan yang besar dan menakjubkan, tetapi seperti Elia, kita tidak akan menemukanNya di sana. Ia datang dalam hal-hal yang tampak sederhana, tidak bombastis, dan terlihat biasa. Angin sepoi basa yang berhembus itu membawa rasa nyaman, begitulah hadirNya membawa rasa nyaman di hati. Bagaimana kita mengenali kehendakNya, bagaimana ketakutan kita disirnakan merupakan karunia dariNya. Tetapi kita perlu memiliki kemauan untuk datang padaNya.
Injil Matius 14:22-33 menceritakan bagaimana Petrus dengan imannya mampu berjalan di atas air menuju pada Yesus. Di tengah jalan kebimbangan menggayutinya dan memberatkan langkahnya. Tiupan angin kemudian membuatnya tenggelam sehingga ia berteriak, "Tuhan, tolonglah aku!" Iman kita terkadang seperti Petrus yang mengalami kebimbangan dan kehilangan kepercayaan dalam menjalankan perintah-perintahNya. Padahal Ia memanggil dengan sangat menguatkan, "Tenanglah! Ini Aku, jangan takut!" , lalu disambungNya, "Datanglah."
Dalam dua kesempatan yang berdekatan ini saya diberikan penguatan dengan ucapanNya, "Jangan takut!" Kehidupan di zaman ini terkadang memang penuh dengan ketakutan. Kehadiran kehidupan modern yang canggih dan serba cepat membuat hidup terasa semakin kencang berlari. Tuntutan kehidupan seakan menghabiskan waktu dan energi kita yang berlari di dalamnya. Kekhawatiran akan masa depan, terutama bagi anak-anak yang dipercayakanNya. Kekhawatiran akan ketidak mampuan menyenangkan orang tua yang sudah menghidupi dan membesarkan. Kekhawatiran akan kehabisan waktu tanpa pernah melakukan sesuatu apapun yang berarti. Semua itu terkadang mendera kehidupan manusia.
Dua bacaan di atas menyapaku dengan mengingatkan betapa Tuhan tidak selalu hadir dalam kemegahan, kebesaran, dan tindakan-tindakan yang luar biasa. Ia hadir dengan sederhana tapi menyejukkan. Menjadi berarti bisa jadi menjadi orang yang tidak berarti tetapi mampu membagikan rasa nyaman pada sesama.
"Jangan takut, datanglah kepadaKu," merupakan penguatan bahwa Ia yang memanggil dan Ia akan membantu kita menjalani perjalanan itu, semustahil apapun tampaknya, selama kita senantiasa percaya kepadaNya.
Bapa Yang Maha Baik,
Besar kasihMu bagi kami,
manusia yang senantiasa meragu dan ketakutan,
Indah cintaMu yang menguatkan,
menghalau keraguan dan ketakutan,
Tumbuhkanlah terus iman kami,
agar tiada tenggelam kami karena kurang percaya
hapuskan kebimbangan kami
ulurkan tanganMu dan bimbing kami,
Amin.
No comments:
Post a Comment