Dalam bacaan Injil hari Jumat yang lalu, yaitu Injil Yohanes 21:1- 14, terlihat betapa Yesus senantiasa ada mengamati umatNya walaupun terkadang yang diamati tidak mampu melihatNya.
Seorang teman memperhatikan betapa kebutuhan pokok manusia akan makanan juga sangat diperhatikan Yesus. Yoh 21:5 Yesus bertanya kepada murid-muridNya (yang tidak mengenalinya): "Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk pauk?"
Terkadang kita melupakan kehadiran Yesus bersama kita dalam perjalanan kita di dunia ini. Ketika kesengsaraan datang mendera maka kita tidak teringat akan jalan salib Yesus yang begitu sulit dan penuh kesengsaraan. Beban yang kita pikul tidak ada artinya dibandingkan dengan beban yang dipikulNya. Sebagai manusia aku tidak bisa membayangkan betapa memalukan dan menderitanya perjalanan ke bukit Golgota itu. Terus terang kecenderunganku yang lebih besar adalah menolak cawan pahit penderitaan itu. Siapa yang ingin hidup menderita? Siapa yang ingin dihina dan dipermalukan di depan orang banyak? Siapa yang ingin disiksa untuk hal-hal yang tidak pernah dilakukannya? Yesus secara manusiawi merasakan ketakutan itu, tapi Ia berani menjawab Allah Bapa dengan kepatuhan yang penuh "Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagiMu, ambillah cawan ini daripadaKu, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki." (Markus 14:36)
Yesus meminta murid-murid itu menebarkan jala mereka ke sebelah kanan perahu, dan mereka berhasil mendapatkan banyak ikan. Yohanes segera teringat pada Tuhan Yesus yang ketika pertama kali memanggil mereka untuk menjala manusia juga melakukan hal yang sama (Luk 5:6). Petrus mendengar hal itu segera berpakaian dan terjun ke dalam danau untuk mendatangi Yesus.
Seorang peserta doa kami terkesan pada ayat 7 Injil ini dimana Petrus yang tidak berpakaian segera mengenakan pakaiannya untuk menemui Yesus. Memang secara logika, jika ingin terjun ke danau tentunya lebih enak tidak berpakaian (apalagi yang model jubah) dan nanti setelah naik ke darat barulah berpakaian yang kering, dan terasa nyaman. Teman kami itu merasakannya sebagai ajakan untuk lebih memperhatikan pakaian kita ketika ingin menghadap kepada Tuhan. Betapa sering kepatutan berpakaian tidak lagi terlihat di gereja. Memang kepatutan yang paling utama adalah kesiapan dan kebersihan hati, tetapi sikap menghormati Tuan rumah biasanya juga terpantul dari cara berpakaian.
Mengapa Petrus yang dipilih oleh Yesus sebagai Paus pertama? Mengapa bukan Yohanes, murid yang dikasihiNya? Tampaknya Petrus senantiasa secara spontan siap mendekati Yesus. Ia yang berani menjawab "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" (Matius 16:16), ia pula yang (walaupun sambil menyamarkan diri) setia mencari jalan untuk melihat Yesus yang ditangkap...hal yang akhirnya membuatnya menyangkal Yesus sebanyak tiga kali. Petrus sedih karena kesalahan itu sebenarnya sudah diberitahukan sebelumnya oleh Yesus kepadanya (Matius 26:75). Ia kemudian mengingatkan kita untuk menjadikan penderitaan Kristus sebagai teladan (1 Petrus 2:18-25). Ia meminta kita untuk menyerahkan segala kekhawatiran kepada Tuhan karena Ia yang memelihara kita (1 Petrus 5:7). Iblis berjalan mencari orang yang dapat ditelannya, dan Petrus mengajak kita untuk "Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama. Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaanNya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan, dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya...." (1 Petrus 5:9-10). Ia juga mengingatkan untuk mengabdikan diri bukan karena mencari keuntungan pribadi, tetapi semata karena ingin turut serta mewujudkan kehendak Allah. Peringatan ini bisa untuk rohaniwan, tetapi tidak tertutup juga untuk kita umat biasa yang mendapat panggilan untuk mengabdikan diri melalui sesama dan lingkungan.
Tuhan memantau kita, Ia akan bertindak ketika kita sungguh-sungguh membutuhkan bantuan. Jangan pernah berpikir kita sendirian, karena Ia senantiasa memantau kebutuhan kita.
Tuhan,
Ampuni kami yang sering tidak mengenaliMu,
yang lebih sering menuntut dan menggerutu
daripada berusaha lebih keras lagi.
Terima kasih atas kasih karuniaMu,
Atas pendampinganMu dan pantauanMu,
Karena kami sungguh membutuhkanMu
walau terkadang kami lupa dan terlalu bersandar pada kekuatan manusia...
Tuhan, berkatilah kami...
Amin.
No comments:
Post a Comment