Renungan harian hari ini dari Matius 13: 10-17 yang berkisah tentang perumpamaan seorang penabur. Saya terpikat dengan Matius 13:16 "Tetapi berbahagialah matamu karena melihat, dan telingamu karena mendengar." Mengikuti meditasi dengan merenungkan firmanNya membantu saya untuk melihat dan mendengar kebenaran sabdaNya. Satu hal yang saya sadari benar adalah perlunya menggali ke dalam diri. Hal ini yang sudah saya peroleh melalui meditasi dalam tuntunan firmanNya.
Kalau bacaan Injil di atas dilanjutkan, maka kita bisa membaca mengenai arti perumpaan tentang tanah tempat benih ditaburkan. Tanah yang berbatu-batu merupakan orang yang menerima firman dengan gembira tapi tidak membiarkan firman itu berakar di dalamnya, sehingga mudah mati. Tanah yang bersemak duri merupakan orang yang mendengar firman itu tapi dilumpuhkan oleh kekhawatiran dunia sehingga tidak mampu berbuah. Yang terakhir adalah orang yang menerima sang Firman dan berbuah di dalamNya. Meditasi ini membantuku untuk menyiangi tanah yang kusediakan untuk pertumbuhan buah-buah dari benih yang ditanamNya.
Baru saja, ketika ingin menuliskan renungan tadi pagi di atas, saya tidak sengaja membuka surat Yakobus 4: 13-17, "Jangan melupakan Tuhan dalam perencanaan." Itu adalah gambaran diriku dahulu yang membuat semua perencanaan kehidupanku. Menghadap kepadaNya untuk meminta restu, tetapi melupakan membaca kehendakNya. Mencoba mengetahui kehendakNya tapi tidak menyediakan cukup waktu hening untuk mendengar kehendakNya. Yakobus 4:14 mengatakan, "...sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap."
Begitulah waktu berlalu bagaikan berlari. Usia bertambah, dan kehidupan berputar terus. Anak bayi menjadi besar, lalu remaja, lalu dewasa, kemudian tua... Apa yang kita lakukan hari ini akankah berarti untuk masa depan? Terkadang rasa hati ingin mengisi kehidupan dengan kegiatan yang berguna, tetapi apakah itu sungguh berguna? Bagi siapa? Menghabiskan waktu semata untuk keluarga, apakah itu kehendakNya? Bukankah itu juga bisa menjadi egoisme semata? Melayani ke luar keluarga, apakah itu yang menjadi kehendakNya? Tidakkah kebanggaan diri untuk berguna bagi banyak orang juga merupakan batu sandungan egoisme?
Pohon hanya bisa bertumbuh dan berbuah bila dijaga dan diberi air. Air kehidupan sudah disediakanNya, tanah yang baik sudah dipersiapkanNya, bagaimana menjaga pohon agar mampu berbuah melimpah membutuhkan keaktifan dari kita untuk mendekati sumber air kehidupan dan memberi kesegaran bagi pertumbuhan itu.
Tuhan,
bagai rusa yang letih dan berbeban berat,
anakMu mencari air kehidupan yang menyegarkan,
yang menguatkan di kala terpuruk,
tatkala tak mengerti pilihan yang harus dibuat,
tatkala lelah bertubi mendera dalam pergumulan kehidupan.
Bapa,
yang penyayang dan pengampun,
terima kasih atas air kehidupan yang menyegarkan ini,
bantulah keluarga-keluarga yang membutuhkan air hidup ini
agar mampu berbuah melimpah-limpah.
Amin.
No comments:
Post a Comment