Melalui Injil Yohanes 11:19-27 kami diajak untuk menghadiri peristiwa duka dalam keluarga Marta dan Maria. Lazarus, adik mereka tercinta, berpulang dalam usia yang masih cukup muda. Yesus pada saat itu sangat terkenal sebagai penyembuh. Marta dan Maria sudah mengirimkan kabar sakitnya adik mereka dengan harapan Yesus datang menyembuhkannya. Anehnya, Yesus justru menunggu dua hari sebelum berangkat ke Yudea. Ia berangkat justru ketika Ia mengatakan bahwa Lazarus sudah tiada. (Latar belakang lengkap ada di Yoh 11:1-44).
Pertama-tama perjalanan Yesus kembali ke Yudea, bukan perjalanan tanpa resiko. Para murid merasa cemas akan kemarahan orang Yahudi yang ingin menghakimi Yesus. Tetapi Yesus tetap pergi. Perjalanan itu memakan waktu dua hari lamanya sehingga Yesus baru tiba empat hari setelah Lazarus meninggal. Lazarus sudah berada di dalam kuburnya.
Ada beberapa hal menarik yang saya peroleh dari meditasi hari Jumat ini. Marta dan Maria kedua-duanya menyatakan hal yang sama ketika mereka bertemu dengan Yesus, "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati." Menarik sekali melihat pribadi Marta yang aktif, yang dari bacaan Lukas 10:38-42 seakan melupakan bagian terbaik dalam kehidupan yaitu sabda Allah, justru tampak lebih mantap dengan iman dan kepercayaannya pada Yesus. Hal yang manusiawi timbul dari perbedaan makna perkataan Marta, "Tetapi sekarang pun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepadaMu segala yang sesuatu yang Engkau minta kepadaNya." dengan pernyataannya setelah Yesus memastikan bahwa Lazarus akan bangkit, "Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman." Ketika ia percaya bahwa apapun yang Yesus minta akan dikabulkan Tuhan, tetap saja segi manusiawinya mendorong untuk lebih mempercayai hal yang masuk akal, kebangkitan pada akhir zaman. Suatu hal yang benar sesuai iman walaupun secara logika belum terjamah.
Ayat emas yang sangat kuat adalah perkataan Yesus, "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan hidup walaupun sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepadaKu, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?" Marta menjawab, "Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia."
Setelah sekali lagi menyatakan kepercayaannya pada Yesus, Marta pergi menemui Maria dan mengatakan bahwa Yesus memanggil Maria. Dari segi manusia, rasanya ini adalah salah satu caranya untuk meminta pada Yesus. Bagi Marta, ucapan Yesus yang mangatakan bahwa Maria telah memilih bagian yang terbaik yang tidak akan diambil darinya, menunjukkan bahwa Yesus berkenan pada tindakan Maria. Bagi saya, ada perasaan bahwa Yesus lebih mengasihi Maria daripada Marta, sehingga ia meminta Maria menemui Yesus.
Tindakan Marta ini seakan menguatkan permintaanNya untuk berdoa dan meminta kepadaNya. "Mintalah maka akan engkau peroleh selama engkau percaya."
Sisi manusia Yesus juga tampil dalam kisah ini. Walaupun Ia dengan sengaja memperlambat kedatanganNya agar dapat membangunkan Lazarus dari "tidur"nya, tetapi ketika melihat Maria yang menangis masygullah hatiNya. Kemudian ketika ada dari orang Yahudi yang mencela karena Yesus tidak mampu menyembuhkan Lazarus sehingga ia tidak perlu meninggal, sekali lagi masygullah hatiNya. Padahal sebelumnya Ia menyatakan, "...syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya." Ia juga pernah mengatakan bahwa, "Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan." Ia sudah mengetahui tujuan dan akhir dari kisah ini, tetapi tetap saja hatiNya masygul karena manusia yang tidak percaya. Selama perjalanan bersama kelompok meditasi saya melihat bagaimana musibah seringkali merupakan jalanNya untuk membentuk manusia. Ketika masalah dan pergumulan hidup menempa dan membentuk kita menjadi lebih sabar, dan lebih pasrah kepadaNya.
Keberadaan kelompok doa yang juga mejadi sarana untuk saling menguatkan memang merupakan salah satu faktor pendorong kami untuk kembali datang dalam keheningan bersamaNya. Terkadang tidak mudah untuk menyediakan waktu untuk berkumpul bersama, tetapi bagaimanapun dalam persekutuan itu lebih mudah untuk diam dalam keheningan bersamaNya daripada dalam kesendirian.
Satu hal lain yang saya peroleh dari perjalanan kelompok meditasi kami, suatu pesan yang pernah disampaikan oleh seorang teman yang kini sudah bahagia di rumahNya, bahwa tidak ada pertemuan yang kebetulan. Tuhan ingin memakai kami menjadi alat bagiNya untuk memuliakan namaNya. Sama seperti Lazarus yang dalam kisah ini sangat pasif, hanya menjadi obyek yang tertidur dan kemudian dibangunkan, ada kalanya peran kita sangat kecil, ada kalanya sangat aktif seperti Marta. Mencari keseimbangan dalam kehidupan kita, menyeimbangkan antara tuntutan kehendak bebas dengan kepasrahan kepadaNya, antara keaktifan pelayanan dengan penyerahan diri dalam doa hening. Keseimbangan Marta yang melayani dan Maria yang diam mendengarkan sabdaNya merupakan tantangan dalam mencari kehendakNya.
Tuhan,
Terima kasih atas keluarga yang menjadi bagian kehidupan kami,
Terima kasih atas teman-teman yang Kau hadirkan dalam hidup kami,
Terima kasih atas pergumulan dalam keluarga yang menguatkan iman kami,
Terima kasih atas pergumulan dalam pertemanan yang menempa kesabaran dan kerendahan hati kami,
Terima kasih karena Engkau selalu perduli,
Engkau senantiasa hadir dan mengetahui keadaan kami,
Tetapi pertolonganMu akan datang pada waktuMu,
untuk menguatkan iman kami,
untuk menyatakan kemuliaan Allah.
Amin.
No comments:
Post a Comment