Hari Senin kemarin kami berkumpul membaca Injil Yohanes 7: 37-39, Air sumber hidup. Hanya tiga ayat yang di"mamah biak", tapi intinya begitu dalam menyentuh kami. Kalimat yang banyak menyentuh peserta meditasi kami adalah "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepadaKu dan minum!" Rasa kekeringan dan kehausan akan cintaNya seringkali melanda kami terutama di saat-saat kami dipenuhi dengan kesibukan sehari-hari. Secara pribadi, saya merasa semakin sibuk melayani semakin kering terasa. Jadi, saya tersadarkan betapa Yesus sendiri yang memberikan kekuatan untuk melayani sesama. Ketika kita sibuk menjadi Marta yang melayani dan tidak ingat untuk menjadi Maria yang mendengarkan firmanNya, maka kekeringan itu bisa menghabiskan tenaga kita dalam melayani. Ada juga teman yang merasa haus ketika masalah menimpa. Biasanya memang ketika masalah menimpa, kita jauh lebih membutuhkan pegangan, dan saat itulah Air Hidup yang mengaliri relung-relung hati membawa kesegaran yang menguatkan. Beberapa teman merasakan bahwa semakin kita dekat denganNya, semakin banyak masalah yang menyapa. Mungkin memang iblis tidak senang kalau kita aman dan damai dalam kebersamaan denganNya. Tetapi bagaimanapun kita, yang mencari jalan keselamatan abadi, perlu selalu mendekatiNya dan bertumbuh di dalamNya.
Waktu adalah masalah yang paling penting dalam kehidupan manusia. Bagaimana kita menyediakan waktu bagiNya dalam segala kesibukan yang seakan tidak ada habisnya, merupakan kebutuhan utama bagi kami semua. Terkadang tugas dalam lingkungan yang harus merangkap sana sini membuat kami justru semakin jauh dariNya. Aneh bahwa tugas pelayananNya malah membuat kita kering dan jauh dariNya. Tapi itulah kenyataan, bahwa kita harus menyeimbangkan karya dan doa. Kami harus pandai memilah antara kepentingan rumah tangga dan kepentingan di luar rumah tangga tanpa menjadi korban egoisme pribadi. Doa menjadi sumber kekuatan kami. Sama seperti mata air yang menyegarkan, begitulah adalah kasihNya menyegarkan kami. Yesus menjadi sumber air hidup bagi kami.
Pencarian saya pada metoda meditasi yang paling cocok sedang dalam puncak kegalauan. Jumat yang lalu, sebelum meditasi kristiani, saya meminta pencerahanNya agar tahu harus berbuat apa. Selasa sampai Kamis dalam agenda saya sudah penuh karena harus mengajar. Karena sementara ini sulit untuk mendapatkan asisten rumah tangga, maka jadwal dengan asisten pulang hari juga harus dipikirkan. Karena itu jadwal meditasi di pagi hari pada saat lowong mengajar merupakan sebuah beban yang agak mengganggu. Gairah untuk datang mendengarkan firmanNya juga jauh lebih kuat ketika saya menjalani metoda meditasi lectio divina yang memamah biak firman itu daripada sekarang. Tapi di samping itu keinginan untuk belajar disiplin dan fokus membuat saya masih terus bertahan pada meditasi kristiani.
Tetapi, terus terang, kebutuhan akan hadirNya yang lebih terasa dalam kehadiran rekan-rekan ketika meditasi model lectio divina menjadi semacam kehausan yang membutuhkan air hidup. Berkumpul satu kali dalam sebulan untuk meditasi dengan metoda lectio divina terasa masih kurang menyegarkan. Karena itulah saya terpikir untuk memilih, dan memohon pencerahanNya. Tidak dinyana seorang peserta Meditasi Kristiani yang sudah senior memberikan perumpamaan tentang orang yang sibuk memindah-mindahkan pohon yang ingin ditanamnya karena ingin mencoba tanah yang lebih bagus, hasilnya tidak ada pertumbuhan yang signifikan yang terjadi. Saya merasa tercolek, karena sebelumnya saya sempat ingin mengikuti meditasi bersama Romo Sudri untuk mengetahui model meditasi tanpa obyek yang dipimpin Romo. Sebenarnya memang lebih baik kembali ke akar yang sudah menyegarkan dan menguatkanku selama ini.
Berdoa secara khusus untuk satu ujud tertentu memang merupakan hal yang seringkali aku abaikan. Kupikir Bapa selalu tahu kebutuhan anakNya, sehingga aku seringkali lalai untuk menyediakan waktu dan meminta secara khusus padaNya.
Suster yang membimbing kami jarak jauh (terima kasih suster), memberikan beberapa poin penting untuk kami renungkan:
* Yesus peduli pada kita - kita diberi tempat dalam hati-Nya
* Kita diterima apa adanya
* Kita dimengerti oleh-Nya
* Kristus mengerti kesulitan/ permasalahan hidup kita lebih daripada kita mengertinya.
* Kristus hadir ditengah keluarga kita, selama kita juga memberi tempat kepada-Nya, maka
AIR HIDUP itu pun akan mengalir dan mengairi hidup kita
AIR HIDUP itu adalah ROH KUDUS, ROH KRISTUS sendiri
Yang sangat menyentuh saya adalah perkataan bahwa Kristus hadir di tengah keluarga kita, selama kita juga memberi tempat kepadaNya. Bagaimana kita memberi tempat kepadaNya, dan bagaimana kita mengajarkan anak-anak untuk menyediakan tempat bagiNya, itulah yang paling penting saat ini.
KehadiranNya merupakan hal yang paling kami butuhkan, terutama di saat kami merasa letih, lelah dan berbeban berat. Setiap orang memiliki masalah yang berbeda, tapi Dia mengerti kelelahan kami semua, dan Dia menyediakan air kehidupan bagi kami semua.
Ya Tuhan Yesus,
Engkaulah Sumber hidupku,
aku mencari-Mu hari hari ini secara lebih mendalam.
Bersabdalah,
sentuhlah pribadiku agar sumber air hiodupMu tetap dan terus mengalir dalam hidupku
sehingga memancar lagi kepada sesamaku.
Terima kasih ya Tuhan atas kebaikanMu.
Amin.
(Suster Jeanne, terima kasih untuk panduan renungan dan doanya)
No comments:
Post a Comment