Thursday, January 20, 2011

Kehadiran lebih penting daripada perbuatan

Dalam salah satu pengantar meditasi Kristiani, saya mendengar pernyataan ini, "Kehadiran lebih penting daripada perbuatan." Kebetulan pernyataan ini merujuk kepada sikap Marta dan Maria yang memang sudah lama menarik perhatian saya.

Merasa lebih dekat kepada Marta daripada Maria, pernyataan ini membuat saya bertanya-tanya. Pertanyaan itu saya bawa ke dalam meditasi, tetapi pada akhir meditasi tetap saya tanyakan kepada suster pendamping kami. Jawaban suster menyentakkan saya, "KehadiranNya...kehadiran Yesus yang penting." Memalukan...itulah saya dengan ego manusiaku, yang melihat dari sudut pandang diriku sendiri! Berulang kali sudah menemukan hal ini melalui renungan dan meditasi, tapi tetap saja bebal! Saya tidak mampu melihat terangNya dalam pernyataan itu karena saya memandang pernyataan tersebut dengan berpusat pada diriku. Kehadiranku...perbuatanku...Padahal maksud buku itu memberikan pernyataan adalah kehadiranNya lebih penting daripada perbuatanNya. Bila Ia hadir di dalam diriku maka otomatis perbuatanku akan mencerminkan hadirNya. Bukan mukjizatNya yang paling penting, melainkan kehadiranNya yang menguatkan dan menuntunku ke dalam perbuatan yang menampilkan kasihNya.

Saya yang bebal awalnya berpikir, "Bukankah tidak cukup saya hanya hadir di gereja tapi tidak melakukan perbuatan apapun bagiNya?", dan, "Saya harus berbuat sesuatu bagi orang-orang di sekitarku...apapun itu...sebagai tanda perbuatanku bagiNya."

PencerahanNya memampukanku untuk melihat betapa tidak pentingnya perbuatan yang kurancang karena Ia yang akan menggunakan diriku untuk perbuatan-perbuatan baikNya selama saya mampu menghadirkan diriNya dalam hatiku.

Dari buku "Discernment, a Way of Life" yang disusun oleh Pater Rex A. Pai, SJ, saya belajar pentingnya untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada tangan Allah dan membiarkanNya bekerja melalui diriku. Dalam buku ini saya diingatkan akan karya yang berorientasi pada diri sendiri dan karya yang berorientasi pada orang lain. Seharusnya muridNya berpusat pada orang lain dan Allah (Yoh 15:5) karena di luarNya kita tidak mampu berbuat apa-apa.

Menjaga kehadiranNya dalam hatiku berarti juga terus berperang melawan godaan untuk mementingkan kepentingan diri sendiri. Dengan menghadirkanNya di dalam batin berarti kita belajar untuk mengerti kehendak Tuhan. HadirNya akan membawa kita melewati tingkat emosional, dan tingkat rasional, dan masuk ke dalam tataran hati.

Tuhan,
anakMu ini masih harus banyak belajar melihat dari mataMu,
belajar untuk merasakan dengan hatiMu,
sehingga mampu bertindak sesuai dengan kehendakMu.
Perbuatan yang paling utama adalah menghadirkanMu di dalam hatiku,
Karena itulah yang akan menyalakan terang di dalam hatiku,
Dan menerangi setiap langkahku bersamaMu.
Terima kasih Tuhan,
Roh KudusMu telah menerangi pikiranku,
Pikiran yang senantiasa sibuk dengan rancangan perbuatan,
tapi melupakan konsekuensinya yang melalaikanMu...
Tuhan,
bimbing kami anakMu
agar mampu memberi tempat yang layak bagi hadirMu.
Amin.