Sunday, December 23, 2007

Dengarkan, Maka Ia Berbicara!

Ketika kita mulai lebih tekun mendengarkan maka rasanya Tuhan tidak berhenti memberikan ucapanNya. Bukan dalam pengertian mimpi atau hal ajaib lainnya, tapi dari setiap kejadian dalam kehidupan kita. Ia bersabda melalui semua orang, termasuk melalui dirimu!

Setelah bimbang dan ragu terus menerus, rasanya Dia semakin mengenal saya dan mengetahui betapa anakNya ini harus senantiasa dikuatkan. Tiba-tiba saja dalam kothbah hari minggu Adven ke empat di gereja, pastur mengatakan sesuatu tentang suara hati.

Ketika mengaku dosa kemarin, pastur yang berbeda juga berbicara tentang suara hati. Katanya suara hati itu sebenarnya suara pertama yang hadir di hatimu.

Hari ini pastur lain berkata, hati-hati bila suara hatimu sudah ditumpulkan oleh pengalaman hidupmu. Cari dengan seksama yang mana suara hatimu yang sebenarnya.

Kembali ke pemikiran buku the Power of Now (yang belum selesai juga kubaca), ternyata suara hati bisa bercampur dengan pikiran-pikiran yang senantiasa bergejolak di dalam otak kita. Ketika aku ketakutan menghadapi tantangan hidup, maka suara hatiku berkata: "lari!". Tapi Tuhan melalui Kitab Suci dan pastur sudah berkata:" Jangan takut! Hadapi!" Ketika suara-suara itu mencari pembenaran dan menggoyahkan kekuatan dan keinginanku untuk berjuang, kembali seorang pastur berkata:"Kenali suara hatimu yang asli!"

Tuhan,
Terima kasih Engkau mau menyapaku,
Berulang kali menegur dan menguatkanku,
Setelah kutuduh Engkau senantiasa diam melihat penderitaan di dunia,
Ternyata mataku tidak melihat dalam kegelapan,
Betapa kasihMu bersinar ingin menyelimuti mereka yang menderita.

Tuhan,
Terima kasih Engkau mau mengajakku,
Berjalan menempuh perjalanan ini,
Setelah senantiasa mencari jalan yang nyaman,
Ternyata kasihMu menguatkan langkahku dalam jalan bergelombang ini,
Hanya karena aku mau diam dan mendengarMu.

Terima kasih Tuhan atas pendampingan selama tahun ini,
Malam ini ku akan kembali mencari kanak-kanak Yesus,
Yang tidur di palungan berselimut jerami,
Yang terlelap tidak memikirkan penolakan penginapan-penginapan yang dilaluiNya.
Karena gembala dan raja-raja tetap menemukan pembaringanNya.
Dalam tuntunan sang bintang dari timur.

Engkaulah Bintang dari Timur,
Yang menyinari dan menuntun langkahku,
Dan memberi kehangatan dalam malam hariku,
Memberi bisikan arah dalam terang siang hari,
Terima kasih Tuhan,
Terima kasih.

Amin.

Wednesday, December 19, 2007

Hidup Dalam Keseimbangan

Semula aku merasa hidup sebagai penolong saudara-saudari yang membutuhkan itu tidak susah. Demikian juga keterikatan pada harta dunia itu tidak berguna. Tuhan akan mencukupi setiap kebutuhan kita, sama seperti Dia mencukupi kebutuhan burung-burung di ladang.

Tapi kehidupan melajang berbeda dengan kehidupan dengan tiga orang anak. Sebagai lajang aku tidak perlu takut miskin karena pasti ada pekerjaan yang akan mencukupi kebutuhan harianku. Sebagai lajang aku tidak perlu takut beramal karena kebutuhanku tidak perlu besar. Aku merasa cukup mampu berhemat dan memilah kesenangan yang murah. Buku mungkin adalah kemewahan terbesar buat diriku yang tidak bisa aku lepaskan. Sebagai lajang tentunya hidup jauh lebih mudah.

Tapi menjadi seorang ibu dengan tiga orang anak yang sedang bertumbuh dan berkembang membuat aku gamang dan mudah mengeluh kepada Tuhan. Keinginan-keinginan untuk anak-anak, atau keinginan anak-anak yang menyentuh haruku membuat kehidupan konsumtif mulai memasuki duniaku. Bukan dalam artian konsumtif yang sebenarnya tetapi dalam arti mataku dibukakan bahwa uang itu berarti. Uang itu punya peran penting dalam kehidupan dan pelayanan.

Hal yang tidak pernah aku kejar dalam kehidupan, hal yang mungkin membuatku terus hidup berjauhan darinya (menurut teori My Rich Dad and My Poor Dad). Dan ketika urusan di rumah saja sudah pontang panting, bagaimana dengan kegiatan amal? Sebagai lajang kegiatan amal juga bisa dari bantuan tenaga, sebagai ibu dengan tiga anak yang butuh waktu dan perhatian terkadang enerji sudah habis di rumah sebelum sempat menyisihkan waktu untuk kerja sosial. Dengan memiliki dana mungkin kegiatan amal bisa berjalan (walaupun kegiatan ini bukan hanya bertumpu pada dana!) tapi tanpa kekuatan finansial maka rasanya sungguh tak berdaya.

The Power of Now juga menyiratkan hal yang sama, semakin tidak terpikirkan olehmu maka akan semakin jauh hal itu. Semakin aku menjaga jarak dari uang semakin menjauh ia dariku. Semakin aku merasa tidak bahagia semakin tidak bahagia diriku. Maka itu pikiran positif itu senantiasa perlu dibina.

Tetapi aku sulit membina pikiran positif dengan pola pikir manusiawi. Bayangkan biaya untuk sekolah sangat mahal. Anak kembarku akan masuk SD. Terbayang betapa besar kebutuhan biaya yang dibutuhkan. Sekolah Dasar Katolik di daerah BSD ini mematok kurang lebih 15 juta rupiah per anak. Sementara tabungan yang aku sisihkan untuk pendidikan mereka sudah habis dicairkan pada waktu Lebaran kemarin untuk membayar THR tukang dan kebutuhan asuransi tahunan kami.

Bagaimana tidak berpikir kedepan, dan tidak takut membayangkan masa depan bila harga-harga semakin melonjak dan kebutuhan hidup terus bertambah sementara penghasilan yang tidak seberapa juga seringkali macet.

The Power of Now juga mengatakan tidak ada masa lalu dan tidak ada masa depan, itulah yang membuat kebahagiaan bisa muncul. Benar, terlalu terpukau kepada kehidupan indah yang pernah dikecap akan mendatangkan penyesalan yang terus menerus. Sama saja dengan terlalu terpaku pada kehidupan sulit di masa lalu bisa juga mendatangkan kesedihan terus menerus menangisi nasib. Masa depan bila dipikirkan akan menakutkan bagi pemikiran yang terlalu suka berimajinasi secara negatif. Karena itu fokuslah pada hari ini. Hari ini harinya Tuhan! Bila kita menyanyikan lagu ini setiap hari maka setiap hari adalah hari Tuhan. Puji Dia dan bersyukurlah atas anugerah harian yang kita terima!

Roh Kudus datang untuk menolong dan menguatkan manusia yang lemah. Kita juga sebagai umatNya di minta menjadi bagian dari pertolongan tersebut. Menjadi parakletos (Yunani, artinya penolong), dan menjadi sarana kegembiraan dan damai (shalom) bagi sesama.

Semoga aku bisa menyeimbangkan semua urusan, dari pribadi, keluarga, dan masyarakat. Bisa meluangkan waktu untuk semua hal dari urusan surgawi maupun duniawi.


Ya Allah,
BerkatMu menguatkan kami,
Roh KudusMu menghibur dan menuntun kami,
Biarlah kami percaya sepenuhnya pada kasihMu,
Dan hari ini menjadi persembahan bagiMu,
Sehingga setiap hari dalam kehidupan kami menjadi pelayanan bagiMu.
Berikan air kehidupanMu bagi dahaga kami,
Berikan roti kehidupanMu guna mengobati kelaparan kami,
Karena dariMu kehidupan abadi berasal,
Dan dariMu setiap hari kami meminjam nafas.
Terima kasih Bapa atas semua rahmat dan kasihMu.
Amin.

Jangan Melarikan Diri Dari Cobaan!

Kemarin saya dikuatkan dengan bacaan dari Kitab Yehezkiel, yaitu Panggilan Yehezkiel. Pada Yehezkiel 2: 6 dikatakan:”Dan engkau, anak manusia, janganlah takut melihat mereka maupun mendengarkan kata-kata mereka dan janganlah gentar melihat mukanya,…”.

Hari ini sabda itu diperkuat dengan perkataan Romo di ruang pengakuan: “…jangan melarikan diri dari ketidak benaran, cobalah bertahan dan memperbaikinya dari dalam”. Suatu tugas perutusan yang berat, tapi saya senang karena Tuhan semakin sering menyapa saya. Mungkin juga dari dulu Ia selalu menyapa saya, tapi saya terlalu sibuk dengan diri saya sendiri sehingga tidak mendengarkan suaraNya.

Benar, mungkin saya terlalu sibuk dengan pikiran-pikiran saya sendiri sehingga pemikiranNya tak saya acuhkan. Buku the Power of Now juga sangat membantu pencerahan saya. Sekarang saya mengerti kenapa saya merasakan bahagia yang penuh kedamaian itu. Ketika itu saya tidak sanggup lagi berpikir karena sedih, malu, dan kecewa yang bercampur aduk. Saya menghentikan semua kegiatan berpikir saya dan pasrah kepadaNya, “Tuhan, apapun yang terjadi temani anakMu. Beri aku kekuatan”. Dan kegembiraan itu seperti cahaya yang menyeruak menghangatkan hatiku sementara air mata terus deras mengalir.

Kebahagiaan yang kurindukan itu belum pernah muncul kembali. Mungkin karena aku masih belum pernah berhasil memasrahkan diri sepenuh hati seperti pada hari itu. Dalam setiap kesulitan, ego manusiaku selalu sibuk memikirkan alternatif jalan keluar yang mungkin dicapai. Atau ketidak sabaranku mengakibatkan aku melibatkan banyak tambahan pikiran dari orang-orang di sekitarku untuk menambah beban lalu lintas pergerakan pikiran yang membuat kehadiranNya tidak terasakan.

Sedikit demi sedikit terasa aku menuju ke jalan yang lebih terang. Dalam Sirakh 3:21 dikatakan “Apa yang terlampau sukar bagimu jangan kau cari, dan apa yang melampaui kemampuanmu jangan kau selidiki”. Kesombongan seringkali membuatku mencari hal yang terlalu sukar bagiku, dan menyelidiki masalah yang terlampau rumit bagiku.

Tetapi Ia juga bersabda melalui Sirakh 32:16-24 yang kugaris bawahi pada perkataan :
“Orang berdosa menolak teguran, dan akan menemui dalihnya untuk mengikuti kehendak sendiri. Sebaliknya orang arif tidak mengabaikan suatu pikiran tepat, sedangkan orang pongah yang congkak tidak bersembunyi karena takut. Jangan berbuat apapun tanpa timbang menimbang, supaya setelah mengerjakan sesuatu jangan menyesal. Jangan menempuh jalan yang jendal jendul, nanti engkau tersandung karena batu-batunya. Jangan merasa diri aman terhadap penyamun di jalan, dan di lorong-lorongmu hendaklah berjaga. Hendaklah waspada dalam segala pekerjaanmu, sebab demikianlah kaupenuhi segala perintah. Barangsiapa percaya akan hukum Taurat pasti memperhatikan segal perintah, dan orang yang percaya pada Tuhan takkan ditimpa kerugian apapun”.

Jadi sementara kita harus terus hidup dalam percobaan dan pergumulan di tengah masyarakat luas, kita juga perlu berhati-hati. Pikiran merupakan alat untuk menimbang baik dan buruk, tapi berpegang pada kehendakNya merupakan pengasah hati nurani yang menjadi pelita dalam melangkah.

Tuhan,
Terima kasih atas berkat dan karuniaMu,
Betapa sering kulupakan hadirMu di dalam hatiku,
Dan membiarkan otakku mengambil alih kendali keputusan langkahku,
Betapa sering kutakut merugi dan menyimpan erat talenta dariMu,
Tapi sekarang terangMu membimbingku untuk keluar sejengkal demi sejengkal.
Waktu manusia adalah sekarang, waktu Tuhan adalah sepanjang masa…
Tuhan, bantu anakMu untuk berserah sepenuh hati dan pikiran kepada kebenaranMu.
Amin

Thursday, December 13, 2007

Tuhan Sang Guru Kebijaksanaan

Bacaan dari kitab Yesaya bab 48 ayat 17-18: “…Akulah Tuhan, Allahmu, yang mengajar engkau tentang apa yang memberi faedah, yang menuntun engkau di jalan yang harus kautempuh. Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintahKu, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti,…”.

Dalam Sirakh 1:27 dikatakan: “Sebab kebijaksanaan dan pengajaran adalah ketakutan akan Tuhan, dan Allah berkenan pada kesetiaan dan hati lembut”.

Sebelumnya dalam Sirakh 1:26 sudah tertulis bahwa bila seseorang menginginkan kebijaksanaan maka perlu memperhatikan perintahNya karena hanya dengan demikian Tuhan akan menganugerahkan kebijaksanaan.

Dalam masa kecilku saya berbahagia karena banyak yang memperkenalkan kitab suci dan bacaan-bacaan rohani kepadaku. Pater Wollf dengan Kuis Kitab Sucinya (yang berhadiah perangko manca negara) membuat saya lebih rajin membaca kitab suci. Sr. Yohanita dengan pinjaman buku-buku kehidupan para santo dan santa juga memperkaya cakrawala kehidupan rohaniku. Ikut kegiatan sekolah minggu (entah di hari minggu atau bukan) bersama anak-anak dari keluarga yang bergabung dalam Ikatan Keluarga Kristen Katolik dan Protestan (kalau tidak salah nama) membuat saya sejak dini sudah kaya akan pemahaman perbedaan cara pandang dalam membaca Firman.

Hanya seringkali saya tidak sabar menunggu kejelasan akan apa yang diinginkanNya dariku, kejelasan akan jalan mana yang patut aku ambil. Sementara senang menunggu perintah, keinginan untuk selalu cepat membuat aku lebih sering mangambil keputusan sendiri tanpa sungguh-sungguh mendengar perintahNya.

Rupanya semakin aku dewasa semakin merasa besar dan lebih pandai daripadaNya. Bagaikan burung kecil yang beranjak dewasa dan sudah memiliki kepakan sayap yang kuat aku mencoba terbang menjauhi sarang. Kepakan sayapku membawaku terlalu jauh dari sarangku dan aku kesulitan mencari jalan kembali kepadaNya.

Tapi ketika aku terpuruk dengan hati remuk redam, dan tidak berkekuatan sama sekali maka Ia tampil menjadi tongkat penahan. Allah menaungiku dengan kasihNya yang besar dan tak terhingga. Kehangatan kasih itu membawa kebahagiaan dalam kesusahan hatiku. Derita itu tidak hilang, tetapi damai sejahtera yang melingkupi tubuhku memberikan rasa aman dan kesejukan yang tiada tara. Tangan-tanganNya mengangkatku kembali ke dalam kehangatan sarang.

Perasaan itu baru datang sekali, alangkah bahagianya bila setiap hari dalam kehidupanku aku bisa merasakan anugerah itu. Kalau boleh tentunya bukan semata dalam kepedihan hidup, tapi dalam setiap suka dan duka kehidupan aku boleh merasakan hadirNya dan kehangatan cintaNya.

Tuhan,

Engkau adalah Maha Guru bagiku,

Ajari daku bahasa kasih yang abadi,

Dan jangan biarkan daku hilang dari pandangan mataMu.

Limpahi aku dengan kehangatan cintaMu,

Dan bimbing langkahku agar menapak di jalanMu.

Terima kasih atas damai sejahteraMu Bapa,

Penuhi jiwaku dengan seruan syukur bagiMu.

Amin.

Wednesday, December 12, 2007

Tuhan Adalah Sumber Kebijaksanaan

Menunda bisa jadi berarti kehilangan kesempatan. Hal ini terasa benar ketika saya menunda menuliskan hasil meditasi saya minggu lalu. Saya sibuk memikirkan bagaimana mengangkat pertemuan di Bali ke dalam sebuah berita artikel. Dan saya menunda dan menunda terus menuliskan pengalaman meditasi saya. Semalam saya pergi ke acara Pendalaman Iman lingkungan bersama anak-anak, dan rupanya pembatas halaman saya berpindah tempat. Sekarang saya kehilangan kutipan yang akan mendasari pengalaman meditasi saya.

Tetapi kehilangan bisa juga menjadi karunia penambahan. Sungguh, ketika mencoba mencari kutipan yang saya cari-cari maka saya membaca begitu banyak kata-kata bijak dari kitab Yesus bin Sirakh.

Saya percaya apa yang ingin dikatakan Tuhan akan diulangiNya kembali. Hari ini biarlah saya memulai meditasi pribadi dengan kitab Sirakh.

Catatan pertama saya ada di kata pengantar penterjemah Yunani yang menuliskan, “…para pembaca jangan menjadi berpengetahuan sendiri saja, tetapi setelah semuanya dipelajari hendaklah kepandaian mereka bermanfaat juga bagi orang-orang luar, baik secara lisan maupun secara tertulis”.

Demikianlah kitab Sirakh dituliskan oleh Yesus bin Sirakh setelah mempelajari kitab Taurat, kitab para Nabi, dan kitab kitab lainnya agar bisa berbagi dengan orang lain yang suka belajar.

Kitab Sirakh 1: 1 – 20; Tuhanlah sumber kebijaksanaan. Takut akan Tuhan adalah awal kebijaksanaan, takut akan Tuhan adalah puncak kebijaksanaan.

Bertahun-tahun aku berdoa untuk memperoleh kebijaksanaan dalam memilih langkah, kebijaksanaan dalam menyikapi hidup. Ternyata jawabnya ada di kitab suci yang mungkin jarang tersentuh di kala hidup sedang berjalan lancar.

Takut akan Tuhan, ikutilah perintah-perintahNya! Perintah Tuhan bukan sekedar 10 Perintah Allah ataupun 5 perintah Gereja, tapi perintah Tuhan yang utama adalah Kasih! Kasih kepada Tuhan dan kasih kepada sesama. Itulah sebabnya kita membuat tanda salib. Hubungan kita secara vertikal dengan Tuhan, dan hubungan kita secara horisontal dengan sesama.

Pangkal kebijaksanaan adalah takut akan Tuhan, dan semua berkat keluar dari menanamkan pohon sumber kebijaksanaan ini.

Takut akan Tuhan tidak berarti ketakutan seorang hamba kepada Tuannya, melainkan ketakutan akan menyakiti HatiNya yang Kudus. Yesus datang untuk memberikan penjelasan itu, bahwa Tuhan itu Maha Kasih dan karena kasihNya maka manusia boleh memperoleh penyelamatan. Setelah semua Kasih yang dicurahkanNya pada diri kita, masih mampukah kita mengkhianati cintaNya?

Tuhan,

Engkau sumber bahagiaku,

Dalam keterpurukan aku mampu berbahagia,

Karena kebijakan yang Dikau bukakan pada mataku,

Betapa besar kasihMu padaku,

Takkan kau biarkan daku sendiri dalam duka,

TanganMu menjamah, kata-kataMu menghibur,

Terima kasih Engkau mau datang padaku Tuhan,

Terima kasih Engkau mau membagi kebijaksanaanMu,

Terima kasih Engkau selalu melindungiku.

Amin.

Catatan: Tiba-tiba saja terasa penting untuk menjadikan tulisan ini saya sebagai bingkisan ulang tahun bagi Romo F.X. Danuwinata SJ yang hari ini berulang tahun (13 Desember).