Thursday, March 29, 2007

Hidup Yang Kekal

Kemarin bacaan yang diambil adalah Yohanes 8: 51 – 59 tentang Yesus sudah ada sebelum Abraham. Dari permenunganku hanya satu ayat yang sangat mengusik yaitu ayat 51: Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firmanKu, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.

Aku mengerti dengan jelas bahwa firman ini berkata tentang kekekalan roh di surga, tapi aku terusik untuk menghubungkannya dengan inti dari tulisan (penelitian) Rubiana Soeboer (seorang psikolog) yang dibukukan BIP dengan judul “Mati Suri, Ke manakah Kita Setelah Mati?”

Rubiana menyimpulkan bahwa: “Fenomena mati suri menunjukkan bahwa kehidupan tidak berakhir dengan kematian, dan bahwa kematian tidak lain adalah sebuah peralihan tingkat kesadaran dari satu tingkatan keberadaan kepada tingkatan keberadaan yang lain. Subjek dapat memperoleh pemahaman bahwa kehidupan di Bumi merupakan hal yang istimewa dan masing-masing dari kita memiliki suatu tugas yang menggambarkan rencana ilahi” (hal 84)

Buku Rubiana memang bercerita tentang kekekalan, tapi dalam buku ini juga ada hal yang sebenarnya bukan paham agama Katolik yaitu mengenai adanya pilihan untuk reinkarnasi. Pada saat mati suri ada yang mendapatkan tiga pilihan: kembali ke raganya (berjuang), tetap tinggal (di surga), atau reinkarnasi (terlahir kembali) (hal 63)

Seorang teman bercerita teman kisah temannya yang mengikuti aliran Falun Gong, dalam aliran ini ada surga, ada Nirwana (ini kalau dia tidak salah tangkap). Surga berada dalam tingkatan di bawah Nirwana, dalam konteks Katolik mungkin kita bisa katakan bahwa ini adalah Api Penyucian, sementara Nirwana adalah kekekalan abadi.

Teman yang lain mengingatkan (untuk saya memberi pengetahuan, karena baru pertama mendengar definisi ini), bahwa manusia terdiri dari raga (badan), jiwa, dan roh. Raga dan jiwa bisa sakit, tetapi roh kekal adanya.

Sebenarnya kami juga membicarakan kenyataan bahwa dalam mati suri ini subyek bisa bertemu dengan Yesus, Muhammad, Buddha, atau apapun yang dia imani. Tapi hari ini saya hanya ingin fokus pada hidup yang kekal dan pencarian diri sebagai orang Katolik.

Hal yang sempat saya ungkapkan dalam sesi ini adalah pengalaman penulis buku mati suri ini sendiri, karena saya sangat terkesan pada perumpamaan mengenai permainan solitaire. Dalam keadaan iseng terkadang saya main solitaire di komputer, dan kalau kalah akan saya ulang kembali …Jadi saya merasakan benar bahwa setiap tindakan yang saya ambil di dalam permainan ini bisa membawa akibat yang jauh berbeda daripada bila mengambil tindakan lainnya. Dalam buku mengenai mati suri ini ada juga terkutip pandangan Diana Wood (Chapman, 1995) bahwa: “ Dalam hal sekecil apapun yang anda lakukan memiliki pengaruh”. Pemahaman ini kalau diterapkan ke dalam kehidupan, sungguh benar rasanya!

Ada satu hal yang temukan di buku (tapi tidak sempat saya sharingkan). Dalam kasus Benedict yang mengalami mati suri karena menderita kanker stadium akhir. Diperkirakan usianya tinggal 6-8 bulan, ternyata dalam waktu itu ia mengalami mati suri. Kembali dari mati surinya Benedict sembuh dari penyakitnya dan menjadi penyembuh dengan energi cahaya. Bukan kisah sembuh atau penyembuhannya yang menarik perhatian saya, tapi pengalaman mati surinya yang dituangkan dalam kata-kata ini (lengkapnya hal 45 – 49) yang saya kutip sebagian: “Saya kembali dengan pemahaman bahwa Tuhan tidak berada disana. Tuhan ada disini. Jadi pencarian manusia yang terus menerus untuk mencari dan menemukan Tuhan…, sesungguhnya Tuhan telah memberikan semuanya kepada kita, semuanya ada di sini. Jadi penciptaan merupakan sebuah penjelajahan Diri Tuhan melalui setiap hal yang dapat dibayangkan, dalam sebuah eksplorasi tak terbatas di dalam setiap diri kita yang sedang berlangsung terus menerus. Melalui setiap helai rambut di kepala anda, melalui setiap helai daun pada setiap pohon, melalui setiap atom, Tuhan melakukan eksplorasi Diri. Saya melihat bahwa setiap hal adalah demikian, diri anda, diri kita. Setiap hal merupakan Diri yang Besar. Itu sebabnya mengapa Tuhan tahu bahkan setiap daun yang gugur. Hal itu menjadi mungkin karena di mana pun anda berada, di situ merupakan pusat dari alam semesta. Di mana pun atom tersebut berada, ia merupakan pusat dari alam semesta. Ada Tuhan di dalamnya, dan Tuhan di dalam Void” Pemahamannya sedikit filisofis mungkin, tapi untuk mudahnya saya kembali ke kitab suci (lap top nya agama Kristen) yang intinya Tuhan ada di dalam diri kita. Menjadi orang beriman yang berjalan di jalanNya membuat tempat yang bersih dan nyaman untuk Tuhan. Hal ini mengingatkan saya pada sakramen pengakuan dosa (loncat sedikit ya…sebentar saja!) Kemarin saat menunggu di depan kamar pengakuan (he he he ketahuan pilih hari terakhir) ada sedikit insiden kecil, ada yang mau menyerobot…Saya sempat berpikir ya sudah biarkan saja, toh dia mau mengaku dosa…tapi di belakang saya ada seorang ibu yang tidak terima dan dia akhirnya menegur pria tersebut. Lha piye iki tho? Mau ngaku dosa kok malah bikin dosa baru, membuat orang lain ikut berdosa pula (yang nunggu pasti pada ngomel…Cuma ibu satu itu yang mau menegur langsung…kan kalau kita tidak bisa mengatur kadar emosi kita, bisa jadi dosa baru!).

Ada sedikit oleh-oleh dari pertemuan teman-teman dengan romo Yohanes (ringkasan bu Yanti), tapi saya belum kebagian foto copynya. Intinya (kalau nggak salah) dengan iman kita bisa melihat kehidupan dari kaca mata Allah. Klop kan…Allah di dalam kita, kita melihat dengan kaca mata Allah, kita menjadi tabernakel Allah…jadi janganlah merusakkan dan mengotori tempat kediamanNya.

Sepertinya ini tulisan terpanjang saya untuk blog ini (padahal belum selesai pembahasannya). Ada satu ayat yang kemarin juga menarik perhatian teman-teman yaitu Yoh 8: 54 ; “Jikalau Aku memuliakan diriKu sendiri, maka kemuliaanKu itu sedikitpun tidak ada artinya. BapaKulah yang memuliakan aku, tentang siapa engkau berkata: Dia adalah Allah kami,..”
Dalam pelayanan kepada sesama kita perlu mengingat ayat ini, agar kita tidak terjebak untuk menagih upah balas budi, kemashuran, dll. Allah sendiri yang akan memuliakan segala pekerjaan kita!

Allah yang Maha Baik,
terima kasih atas firmanMu hari ini,
terkadang pikiranku terlalu kecil untuk menampung kebesaranMu,
tetapi aku percaya Dikau membimbing semua dombaMu.
Aku bersyukur ya Bapa,
bersyukur atas kesadaran akan hadirMu,
tanpa perlu harus mengalami peristiwa mati suri,
tanpa perlu mencari di kegelapan.
Engkau hadir di hatiku,
Engkau hadir di sekelilingku,
dalam keluarga dan teman-temanku,
dalam perjumpaan-perjumpaan baru di kehidupanku.
Engkau selalu ada bersamaku,
walau terkadang tak kusadari ya Allahku…
KasihMu membimbingku selalu,mengarungi hidup menuju kekekalan abadi…Amin.

Saturday, March 24, 2007

Doa Untuk Orang-orang di Pengungsian

Bapa,
Dikau begitu pengasih dan penyayang,
Betapa banyak orang yang kini masih berada dipengungsian...
Tidak tahu hendak kemana,
Tidak tahu hendak berbuat apa,
Bahkan tidak tahu hendak mengadu pada siapa...

KepadaMu Tuhan kami datang,
mengadu dan memohon belas kasih...
merintih dan memhon dibukakan jalan...
supaya tiada pupus asa kami...
tiada gelap pandangan kami...
Kasihanilah kami ya Allah...

Lihat ceria anak-anak kami,
Ditengah derita yang menghimpit dada, ceria mereka adalah penyejuk...
Jangan sampai ceria mereka menghilang ya Bapa...
Hilang tertelan penyakit, kelaparan, kegundahan hidup...
Biarkanlah mereka terus ceria...
Sehingga mereka mampu datang padaMu dengan hati terang dan bersih.

(doa untuk orang-orang di pengungsian - terutama bagi korban lumpur panas Lapindo)

Syukur dan Tobat

Tadi malam dalam acara pendalaman iman lingkungan, kami menutup rangkaian pertemuan dengan Syukur dan Sikap Tobat. Bacaan yang direnungkan adalah tentang 10 orang kusta yang disembuhkan, hanya satu yang kembali kepada Yesus. Dalam renungan sebenarnya sikap kembali kepada Tuhan digambarkan sebagai sikap tobat, dimana bertobat diartikan sebagai perubahan cara berpikir tentang Allah, tentang diri, tentang diri, tentang sesama serta lingkungan. Bagi saya pribadi bacaan di atas juga menyiratkan betapa sering saya sebagai manusia hanya datang padanya dalam keputus asaan dan penuh dengan permintaan. Tatkala disembuhkan, tetap bersyukur seperti juga 9 orang kusta yang lain…tapi tidak mendekatkan saya kepada Allah, tidak kembali kepada Bapa! Dalam sukacita seringkali Allah hanya menjadi latar belakang, tidak didekati, tidak disapa dengan akrab …karena sedang terbuai kenyamanan, terkadang doa dan tobat menjadi sesuatu kewajiban belaka, tidak disertai dengan hati dan rasa syukur yang mendalam. Padahal semua yang kita peroleh bukan semata-mata hak kita, tapi kemurahan hati Allah.

Pagi ini saya membuka Mazmur 1: Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh.
Mazmur 2:10-12; Oleh sebab itu, hai raja-raja, bertindaklah bijaksana, terimalah pengajaran, hai para hakim dunia! Beribadahlah kepada Tuhan dengan takut dan ciumlah kakiNya dengan gemetar, supaya Ia jangan murka dan kamu binasa di jalan, sebab mudah sekali murkaNya menyala. Berbahagialah semua orang yang berlindung padaNya!

Ya Allah yang mahabaik, begitu besar kasihMu pada kami umatMu. Seringkali kami lupa diri seperti anak yang hilang itu, seringkali kami lupa bersyukur dan kembalipadaMu seperti 9 orang kusta yang disembuhkan itu. Seorang Samaria ingat untuk kembali dan berterima kasih padaMu …apalagi kami anak-anakMu seharusnya lebih dekat dan lebih bersyukur lagi. Allah Bapa yang baik, kuatkanlah kami dalam setiap pergumulan kami, sembuhkanlah setiap luka batin yang ada dalam hati kami, terangi hati kami agar kami senantiasa kembali padaMu. Terima kasih Tuhan, atas segala berkat dan kasih sayangMu. Amin.

Thursday, March 22, 2007

Kesabaran dan Kepercayaan Dalam Pencobaan

Kemarin saya tidak mengikuti sesi meditasi, tapi pagi ini ketika membuka Kitab Suci saya menemukan kitab Deuterokanonika, yaitu kitab Yesus Bin Sirakh. Ternyata kitab ini sungguh indah dan penuh dengan ajaran kebijaksanaan. Hari ini blog Journey to His words akan mulai berbahasa Indonesia karena saya ingin membuka blog ini untuk anak UKKT. Mungkin akan ada saat tertentu dimana saya menulis dalam bahasa Inggris lagi.

Sirakh 1:1 Segala kebijaksanaan dari Tuhan asalnya, dan ada padaNya selama-lamanya.

Sirakh 1:13 Orang yang takut akan Tuhan akhirnya mendapat sejahtera, dan pada hari ajalnya dipuji.

Sirakh 1: 23 Orang yang sabar bertahan sampai pada waktu yang tepat, kemudian akan terbit sukacita baginya. (Secara keseluruhan berbicara tentang kesabaran dan kejujuran)

Sirakh 2 Kesabaran dan kepercayaan dalam pencobaan

Sirakh 2: 4-6 Segala-galanya yang menimpa dirimu terimalah saja, dan hendaklah sabar dalam segala perubahan kehinaanmu. Sebab emas diuji di dalam api, tetapi orang yang kepadanya Tuhan berkenan dalam kancah penghinaan. Percayalah pada Tuhan maka Iapun menghiraukan dikau, ratakanlah jalanmu dan berharaplah kepadaNya.

Permenungan minggu ini: Seorang pewarta di lingkungan saya kemarin ditinggalkan oleh sang ayah kembali pada Sang Pencipta pada hari Nyepi. Pada saat mencari pastur ataupun dokter untuk melihat atau menemani kepergian sang ayah ternyata sangat sulit untuk kondisi hari libur (serta waktu yang mendesak). Beliau sempat bertemu dengan pastur yang ada di paroki, tapi karena sudah berjanji akan dijemput orang pastur tadi tidak bersedia meluangkan waktu menemani ibu pewarta ini. Mungkin sang pastur tidak terlalu mengenal ibu ini, tapi menurut saya pada saat ini pastur dituntut untuk mampu bersikap fleksibel agar bisa mendampingi orang yang sedang menghadapi kematian.

Saya bisa merasakan kegetiran yang mungkin dirasakan ibu pewarta tersebut, selama ini dia mencoba berkarya untuk Tuhan dan melayani sesama, tetapi tatkala dia sendiri membutuhkan pelayanan ternyata yang ada adalah penangguhan (tidak ditolak, hanya dijanjikan malam...tapi ternyata malaikat maut tidak mau menunggu sang pastur sampai malam). Mungkin inilah bentuk pencobaan terhadap iman pelayanan ibu tadi. Godaan agar dia tergoyahkan dalam melayani. Ada orang-orang yang berpindah agama karena masalah dengan pasturnya. Seharusnya kita ingat bahwa pastur itu manusia, hanya Tuhan sumber kebijaksanaan. Karena itu kita perlu lebih banyak berdoa bagi para pastur dan suster agar mereka senantiasa bernaung dibawah Sang Sumber Yang Kekal.

Saya juga teringat pada cerita ibu saya, pada waktu kakeknya akan meninggal mereka juga memanggil pastur (walaupun sang kakek bukan Katolik). Sang Pastur bertanya apakah orang-orang sudah menangis atau belum (mungkin pertanda bahwa orang yang sakit ini sudah gawat atau belum). Kalau belum dia masih mau menyelesaikan tugas lainnya dulu. Saya tidak begitu ingat bagaimana akhirnya sang pastur bergegas datang, tetapi untunglah karena ternyata sang kakek membuat sebuah pernyataan mengejutkan bahwa sebenarnya dia pernah dibaptis di Cina dan selama bertahun-tahun telah melupakan gereja. Karya Tuhan sungguh luar biasa, karena anak-anaknya tidak ada yang Katolik tetapi cucu-cucu sang kakek ada yang belajar agama Katolik. Sang cucu ini yang membawa pastur, tanpa pernah mengetahui kebenaran yang hanya disimpan di hati sang kakek selama puluhan tahun. Kedatangan sang pastur tidak saja menghangatkan hati orang yang ditinggalkan itu, tapi juga sudah membawa pulang seekor domba yang hilang!

Allah Bapa yang mahabaik, terima kasih atas penerangan yang telah Engkau berikan hari ini. Berkatilah kami senantiasa dengan kebijaksanaanMu agar kami mampu memilih kebenaran di dalam setiap pilihan-pilihan hidup yang senantiasa harus kami hadapi. Berilah kami sinar kebijaksanaan yang dapat menerangi jalan dan memimpin kami untuk keluar dari kesulitan dan pergumulan hidup kami sehari-hari. Amin.

Thursday, March 15, 2007

The Power of God Is Beyond All Humanly Power

Today the reading is Mark 3: 20-30. But I also found Matthew 12:32 as something challenging.

Jesus did all the miracles in the name of God, not of the Devil! But sometimes we do challenge God to prove Himself as God...this action is not the fruit of faith! It only revealed our inconsistency toward His Power. He is the Almighty, but we chanllenge Him to do our will.

Why Matthew 12:32 is challenging for me? Because I thought I found the answer to other religions. Eventhough others did not acknowledge Jesus, but as long as they keep their respect and adoration to the Holy Spirit (God Himself) their spirit will also be freed. This was my meditation, I do not know if it is true or wrong...but for today this is what I've got! My friends took it as challenging too as we sometimes came from different background of family, different tradition and sometimes also from different religion. To respect other beliefs but to keep ourselves in our faith sometimes made us confused (like the Khong Hu Chu's tradition of praying for the death or to the death...how to keep it only tradition, or should we feel wrong in doing all the ceremonies). For me, doing the ceremonies is just my way to respect the people alive who would like to keep the tradition. So, all my prayers address to God, only God! Keeping a good relationship with families and friends is basically a translation of God's love.

Thursday, March 08, 2007

God is Your Priority in Life!

Today we are reading Luke 16: 19 - 31. I did read on my own John 11: 17 - 44. A friend came up with I Corinthians 10: 13.

We need to set up a priority in life, if we do believe that we put our priority in God's hand so the word "RICH" will have a special meaning!

Rich in life is not only about money...but the content of our heart, the reward will not always come in this life, maybe afterward!

What is God's will? In Indonesian language we are familiar with "takdir", but looking through John 11 I'll say we could change our destiny if we do pray a lot (as long as it is still in His way!).
Judas is somebody close to what puzzled me in the word "destiny", but as I realized that he took the option himself, he did regret his action but he didn't come back for His forgiveness...instead he made another sin...suicide!

I Corinthians said that He will not give us a problem (burden) that we could not cope with, evenmore He is always there to help us! That's really true...
I've been in a situation that I felt I could not survive it, but with Him (and Mother Mary) I could rejoice in my misery...strange but true!

Thanks God, for helping me through all my pathway in this world. I know You are always there, although sometimes I felt that You didn't answer my call. Yet, when I fell down You did pick me up! Thank you for accompanying me! Amen.

Thursday, March 01, 2007

He will always answer your prayer!

He said : Ask, and it will be given to you! Search it, and you'll get it!Knock! The door will be opened!
Today we read Matthew 7:7-11

Thank you God, You've heard our prayers! And Your answer comes in Your time...not ours!
Thank you for giving us the patient to wait, for encouraging us to work things out!
Thank you for all the way You've opened for us!
And thank you for directing us on the right track!