“Untukku rahmat Tuhan tlah melimpah. Dengan cuma-cuma sebagai anugrah. Agar hidupku bertumbuh dan berbuah. Mencintai yg lemah dan susah”.Itu bait pertamanya…
Benar juga pilihan kata-katanya, "yang lemah dan susah…" bukan yang “miskin”. Dari Café Rohani Agustus 2008, kaum miskin katanya bisa dikelompokkan dalam 4 jenis:
1. Miskin harta benda
2. Miskin martabat
3. Miskin pengetahuan
4. Miskin karena kerajaan Allah (seperti rohaniwan yang berkaul kemiskinan)
Katanya orang beriman mesti menyerahkan kemiskinannya kepada kehendak Allah. Miskin di hadapan Allah merupakan sikap hidup dan penyembahan total kepada Allah. Tentunya miskin martabat bukan jenis kemiskinan yang patut diserahkan kepada Allah. Atau setidaknya dilihat alasan dia menjadi miskin martabat. Koruptor yang miskin martabat tentunya bukan jenis kemiskinan yang menjadi bagian dari sikap hidup dan penyembahan total kepada Allah. Mereka bukan sejenis manusia yang disebut Yesus “bahagia sebagai yang empunya Kerajaan Sorga” (Mat 5:3), yang disebutkan dalam Injil sebagai “orang yang miskin di hadapan Allah”.
Rasanya bait kedua dan ketiga lagu Soli Deo lebih menerangkan arti “orang yang miskin di hadapan Allah”:
“Hidupku dari Tuhan Untuk Tuhan. Kuberbakti melayani dalam Tuhan. Biar karya Tuhan nyata terlaksana. Hidup jadi semakin bermakna.”(bait 2) “Soli Deo membuat hati bebas. Dalam melaksanakan segala tugas. Saat gagal hati tak terlalu cemas. Percaya berjuang tiada batas” (bait 3).
Bagi orang yang miskin biasanya tiada harta kekayaan yang dimiliki, dan satu-satunya yang bisa dikerjakan adalah pasrah dan berharap. Sikap pasrah ini mungkin bagi orang beriman akan berbeda dengan yang tidak beriman. Pasrah dalam Tuhan bukan berarti berhenti berjuang, hanya saja semua perjuangan berlangsung dalam namaNya. Percaya bahwa Tuhan akan menyertai dan menguatkan sampai kita bisa berbuah banyak. Pengharapan adalah satu hal yang paling penting dalam iman, karena tanpa pengharapan padaNya maka kita hanya mengandalkan kekuatan manusia kita belaka.
Dalam banyak peristiwa terlihat betapa seringkali hal yang mustahil bagi kita ternyata bisa terjadi karena kuasaNya. Mukjizat-mukjizat kecil terjadi di dalam kehidupan kita dan biasanya sesama menjadi perantara kuasaNya.
Hanya mengandalkan diri sendiri seringkali mengakibatkan kita frustrasi ketika gagal dan jatuh, kita marah dan benci ketika ditipu dan terperdaya. Seringkali kita juga lemah dan mudah menyerah kepada keadaan. Menyertakan Tuhan dalam langkah kita dan menjadikanNya satu-satunya pegangan dan sumber kekuatan akan membawa damai sejahtera di dalam hati walaupun kita berada dalam keadaan yang sangat terpukul, jatuh, dan tidak berdaya.
Seorang teman yang suaminya terbelit masalah dan kehilangan semangat untuk bekerja, terpaksa harus berjuang sendirian untuk meneruskan hidup di pinggir Jakarta ini. Satu setengah tahun yang lalu dia berkata: “Entah apa jadinya kami besok, entah kemana kami harus pergi…” Lebih dari satu tahun berlalu, dia masih ada disini, masih berjuang…masih memperoleh kesempatan untuk terus berjuang! Hanya rahmat Tuhan yang bisa memberikan dia kekuatan dan jalan untuk keluar dari masalah-masalahnya. Tidak ada yang mudah! Teman tadi mencoba segala cara yang bisa dilakukannya untuk mencari nafkah bagi keluarga. Dia juga harus berjuang untuk membebaskan diri dari kemarahan kepada suaminya dan kesalahan-kesalahan suaminya. Tidak ada yang mudah, tapi selama kita menyadari bahwa hidup kita dari Tuhan untuk Tuhan, maka perjuangan apapun yang kita persembahkan akan mendapat nilai dariNya. Kita tidak berjuang sendirian, Dia selalu membantu dan menemani kita.
Karena itu berbahagialah orang yang miskin, berduka, lemah lembut, lapar, haus, bahkan dianiaya, difitnah dan dicela. Sebab dalam keadaan tersebut seringkali lebih mudah untuk pasrah dan berharap sepenuh hati kepada Tuhan. Soli Deo…untuk Tuhan saja segala segala jerih payah, pengorbanan dan cinta yang kita bagikan!
Tuhan,
Ajari kami untuk percaya dan berserah diri padaMu saja,
Memperhatikan sesama sebagai persembahan kami untukMu,
Semua perbuatan kami untuk Tuhan saja.
Amin.
No comments:
Post a Comment