Bacaan dari kitab Yesaya bab 48 ayat 17-18: “…Akulah Tuhan, Allahmu, yang mengajar engkau tentang apa yang memberi faedah, yang menuntun engkau di jalan yang harus kautempuh. Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintahKu, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti,…”.
Dalam Sirakh 1:27 dikatakan: “Sebab kebijaksanaan dan pengajaran adalah ketakutan akan Tuhan, dan Allah berkenan pada kesetiaan dan hati lembut”.
Sebelumnya dalam Sirakh 1:26 sudah tertulis bahwa bila seseorang menginginkan kebijaksanaan maka perlu memperhatikan perintahNya karena hanya dengan demikian Tuhan akan menganugerahkan kebijaksanaan.
Dalam masa kecilku saya berbahagia karena banyak yang memperkenalkan kitab suci dan bacaan-bacaan rohani kepadaku. Pater Wollf dengan Kuis Kitab Sucinya (yang berhadiah perangko manca negara) membuat saya lebih rajin membaca kitab suci. Sr. Yohanita dengan pinjaman buku-buku kehidupan para santo dan santa juga memperkaya cakrawala kehidupan rohaniku. Ikut kegiatan sekolah minggu (entah di hari minggu atau bukan) bersama anak-anak dari keluarga yang bergabung dalam Ikatan Keluarga Kristen Katolik dan Protestan (kalau tidak salah nama) membuat saya sejak dini sudah kaya akan pemahaman perbedaan cara pandang dalam membaca Firman.
Hanya seringkali saya tidak sabar menunggu kejelasan akan apa yang diinginkanNya dariku, kejelasan akan jalan mana yang patut aku ambil. Sementara senang menunggu perintah, keinginan untuk selalu cepat membuat aku lebih sering mangambil keputusan sendiri tanpa sungguh-sungguh mendengar perintahNya.
Rupanya semakin aku dewasa semakin merasa besar dan lebih pandai daripadaNya. Bagaikan burung kecil yang beranjak dewasa dan sudah memiliki kepakan sayap yang kuat aku mencoba terbang menjauhi sarang. Kepakan sayapku membawaku terlalu jauh dari sarangku dan aku kesulitan mencari jalan kembali kepadaNya.
Tapi ketika aku terpuruk dengan hati remuk redam, dan tidak berkekuatan sama sekali maka Ia tampil menjadi tongkat penahan. Allah menaungiku dengan kasihNya yang besar dan tak terhingga. Kehangatan kasih itu membawa kebahagiaan dalam kesusahan hatiku. Derita itu tidak hilang, tetapi damai sejahtera yang melingkupi tubuhku memberikan rasa aman dan kesejukan yang tiada tara. Tangan-tanganNya mengangkatku kembali ke dalam kehangatan sarang.
Perasaan itu baru datang sekali, alangkah bahagianya bila setiap hari dalam kehidupanku aku bisa merasakan anugerah itu. Kalau boleh tentunya bukan semata dalam kepedihan hidup, tapi dalam setiap suka dan duka kehidupan aku boleh merasakan hadirNya dan kehangatan cintaNya.
Tuhan,
Engkau adalah Maha Guru bagiku,
Ajari daku bahasa kasih yang abadi,
Dan jangan biarkan daku hilang dari pandangan mataMu.
Limpahi aku dengan kehangatan cintaMu,
Dan bimbing langkahku agar menapak di jalanMu.
Terima kasih atas damai sejahteraMu Bapa,
Penuhi jiwaku dengan seruan syukur bagiMu.
Amin.
No comments:
Post a Comment