Semula aku merasa hidup sebagai penolong saudara-saudari yang membutuhkan itu tidak susah. Demikian juga keterikatan pada harta dunia itu tidak berguna. Tuhan akan mencukupi setiap kebutuhan kita, sama seperti Dia mencukupi kebutuhan burung-burung di ladang.
Tapi kehidupan melajang berbeda dengan kehidupan dengan tiga orang anak. Sebagai lajang aku tidak perlu takut miskin karena pasti ada pekerjaan yang akan mencukupi kebutuhan harianku. Sebagai lajang aku tidak perlu takut beramal karena kebutuhanku tidak perlu besar. Aku merasa cukup mampu berhemat dan memilah kesenangan yang murah. Buku mungkin adalah kemewahan terbesar buat diriku yang tidak bisa aku lepaskan. Sebagai lajang tentunya hidup jauh lebih mudah.
Tapi menjadi seorang ibu dengan tiga orang anak yang sedang bertumbuh dan berkembang membuat aku gamang dan mudah mengeluh kepada Tuhan. Keinginan-keinginan untuk anak-anak, atau keinginan anak-anak yang menyentuh haruku membuat kehidupan konsumtif mulai memasuki duniaku. Bukan dalam artian konsumtif yang sebenarnya tetapi dalam arti mataku dibukakan bahwa uang itu berarti. Uang itu punya peran penting dalam kehidupan dan pelayanan.
Hal yang tidak pernah aku kejar dalam kehidupan, hal yang mungkin membuatku terus hidup berjauhan darinya (menurut teori My Rich Dad and My Poor Dad). Dan ketika urusan di rumah saja sudah pontang panting, bagaimana dengan kegiatan amal? Sebagai lajang kegiatan amal juga bisa dari bantuan tenaga, sebagai ibu dengan tiga anak yang butuh waktu dan perhatian terkadang enerji sudah habis di rumah sebelum sempat menyisihkan waktu untuk kerja sosial. Dengan memiliki dana mungkin kegiatan amal bisa berjalan (walaupun kegiatan ini bukan hanya bertumpu pada dana!) tapi tanpa kekuatan finansial maka rasanya sungguh tak berdaya.
The Power of Now juga menyiratkan hal yang sama, semakin tidak terpikirkan olehmu maka akan semakin jauh hal itu. Semakin aku menjaga jarak dari uang semakin menjauh ia dariku. Semakin aku merasa tidak bahagia semakin tidak bahagia diriku. Maka itu pikiran positif itu senantiasa perlu dibina.
Tetapi aku sulit membina pikiran positif dengan pola pikir manusiawi. Bayangkan biaya untuk sekolah sangat mahal. Anak kembarku akan masuk SD. Terbayang betapa besar kebutuhan biaya yang dibutuhkan. Sekolah Dasar Katolik di daerah BSD ini mematok kurang lebih 15 juta rupiah per anak. Sementara tabungan yang aku sisihkan untuk pendidikan mereka sudah habis dicairkan pada waktu Lebaran kemarin untuk membayar THR tukang dan kebutuhan asuransi tahunan kami.
Bagaimana tidak berpikir kedepan, dan tidak takut membayangkan masa depan bila harga-harga semakin melonjak dan kebutuhan hidup terus bertambah sementara penghasilan yang tidak seberapa juga seringkali macet.
The Power of Now juga mengatakan tidak ada masa lalu dan tidak ada masa depan, itulah yang membuat kebahagiaan bisa muncul. Benar, terlalu terpukau kepada kehidupan indah yang pernah dikecap akan mendatangkan penyesalan yang terus menerus. Sama saja dengan terlalu terpaku pada kehidupan sulit di masa lalu bisa juga mendatangkan kesedihan terus menerus menangisi nasib. Masa depan bila dipikirkan akan menakutkan bagi pemikiran yang terlalu suka berimajinasi secara negatif. Karena itu fokuslah pada hari ini. Hari ini harinya Tuhan! Bila kita menyanyikan lagu ini setiap hari maka setiap hari adalah hari Tuhan. Puji Dia dan bersyukurlah atas anugerah harian yang kita terima!
Roh Kudus datang untuk menolong dan menguatkan manusia yang lemah. Kita juga sebagai umatNya di minta menjadi bagian dari pertolongan tersebut. Menjadi parakletos (Yunani, artinya penolong), dan menjadi sarana kegembiraan dan damai (shalom) bagi sesama.
Semoga aku bisa menyeimbangkan semua urusan, dari pribadi, keluarga, dan masyarakat. Bisa meluangkan waktu untuk semua hal dari urusan surgawi maupun duniawi.
Ya Allah,
BerkatMu menguatkan kami,
Roh KudusMu menghibur dan menuntun kami,
Biarlah kami percaya sepenuhnya pada kasihMu,
Dan hari ini menjadi persembahan bagiMu,
Sehingga setiap hari dalam kehidupan kami menjadi pelayanan bagiMu.
Berikan air kehidupanMu bagi dahaga kami,
Berikan roti kehidupanMu guna mengobati kelaparan kami,
Karena dariMu kehidupan abadi berasal,
Dan dariMu setiap hari kami meminjam nafas.
Terima kasih Bapa atas semua rahmat dan kasihMu.
Amin.
No comments:
Post a Comment