Menunda bisa jadi berarti kehilangan kesempatan. Hal ini terasa benar ketika saya menunda menuliskan hasil meditasi saya minggu lalu. Saya sibuk memikirkan bagaimana mengangkat pertemuan di Bali ke dalam sebuah berita artikel. Dan saya menunda dan menunda terus menuliskan pengalaman meditasi saya. Semalam saya pergi ke acara Pendalaman Iman lingkungan bersama anak-anak, dan rupanya pembatas halaman saya berpindah tempat. Sekarang saya kehilangan kutipan yang akan mendasari pengalaman meditasi saya.
Tetapi kehilangan bisa juga menjadi karunia penambahan. Sungguh, ketika mencoba mencari kutipan yang saya cari-cari maka saya membaca begitu banyak kata-kata bijak dari kitab Yesus bin Sirakh.
Saya percaya apa yang ingin dikatakan Tuhan akan diulangiNya kembali. Hari ini biarlah saya memulai meditasi pribadi dengan kitab Sirakh.
Catatan pertama saya ada di kata pengantar penterjemah Yunani yang menuliskan, “…para pembaca jangan menjadi berpengetahuan sendiri saja, tetapi setelah semuanya dipelajari hendaklah kepandaian mereka bermanfaat juga bagi orang-orang luar, baik secara lisan maupun secara tertulis”.
Demikianlah kitab Sirakh dituliskan oleh Yesus bin Sirakh setelah mempelajari kitab Taurat, kitab para Nabi, dan kitab kitab lainnya agar bisa berbagi dengan orang lain yang suka belajar.
Kitab Sirakh 1: 1 – 20; Tuhanlah sumber kebijaksanaan. Takut akan Tuhan adalah awal kebijaksanaan, takut akan Tuhan adalah puncak kebijaksanaan.
Bertahun-tahun aku berdoa untuk memperoleh kebijaksanaan dalam memilih langkah, kebijaksanaan dalam menyikapi hidup. Ternyata jawabnya ada di kitab suci yang mungkin jarang tersentuh di kala hidup sedang berjalan lancar.
Takut akan Tuhan, ikutilah perintah-perintahNya! Perintah Tuhan bukan sekedar 10 Perintah Allah ataupun 5 perintah Gereja, tapi perintah Tuhan yang utama adalah Kasih! Kasih kepada Tuhan dan kasih kepada sesama. Itulah sebabnya kita membuat tanda salib. Hubungan kita secara vertikal dengan Tuhan, dan hubungan kita secara horisontal dengan sesama.
Pangkal kebijaksanaan adalah takut akan Tuhan, dan semua berkat keluar dari menanamkan pohon sumber kebijaksanaan ini.
Takut akan Tuhan tidak berarti ketakutan seorang hamba kepada Tuannya, melainkan ketakutan akan menyakiti HatiNya yang Kudus. Yesus datang untuk memberikan penjelasan itu, bahwa Tuhan itu Maha Kasih dan karena kasihNya maka manusia boleh memperoleh penyelamatan. Setelah semua Kasih yang dicurahkanNya pada diri kita, masih mampukah kita mengkhianati cintaNya?
Tuhan,
Engkau sumber bahagiaku,
Dalam keterpurukan aku mampu berbahagia,
Karena kebijakan yang Dikau bukakan pada mataku,
Betapa besar kasihMu padaku,
Takkan kau biarkan daku sendiri dalam duka,
TanganMu menjamah, kata-kataMu menghibur,
Terima kasih Engkau mau datang padaku Tuhan,
Terima kasih Engkau mau membagi kebijaksanaanMu,
Terima kasih Engkau selalu melindungiku.
Amin.
Catatan: Tiba-tiba saja terasa penting untuk menjadikan tulisan ini saya sebagai bingkisan ulang tahun bagi Romo F.X. Danuwinata SJ yang hari ini berulang tahun (13 Desember).
No comments:
Post a Comment