Renungan Minggu Adven I - Tahun C - 29 November 2009
Yer 33,14-16; 1 Tes 3,12-4,2; Luk 21,25-28. 34-36
Oleh: Rm. Victor Bani, SVD
Hari ini Gereja Katolik mulai memasuki masa Adven. Adven (Adventus) berasal dari kata bahasa Latin: ad yang berarti pada atau kepada dan venire yang berarti datang. Secara harafiah, Adven berarti: Datang Kepada. Allah datang kepada manusia, Tuhan mengunjungi umat-Nya.
Bagi banyak orang, Adven identik dengan ,Lilin Adven' yang dipasang pada Karangan / Lingkaran Adven. Bagaimana asal mula tradisi penyalaan Lilin Adven dan kapan itu dimulai, tidaklah diketahui dengan jelas. Namun ada beberapa bukti bahwa rakyat Jerman menggunakan daun-daunan dengan lilin yang dinyalakan selama bulan Desember yang dingin sebagai tanda harapan akan masa depan yang lebih hangat serta banyaknya sinar matahari pada musim semi.
Karangan Adven selalu berbentuk lingkaran. Karena lingkaran tidak mempunyai awal dan akhir, maka lingkaran melambangkan Tuhan yang abadi, tanpa awal dan akhir. Karangan Adven selalu (seharusnya) dibuat dari daun-daun evergreen. Dahan-dahan evergreen, sama seperti namanya "ever green" - senantiasa hijau, senantiasa hidup. Evergreen melambangkan Kristus yang mati namun hidup kembali untuk selamanya. Evergreen juga melambangkan keabadian jiwa kita. Kristus datang ke dunia untuk memberikan kehidupan yang tanpa akhir bagi kita.
Empat batang lilin diletakkan sekeliling Karangan Adven. Tiga lilin berwarna ungu dan yang lainnya berwarna merah muda. Lilin-lilin itu melambangkan keempat minggu dalam Masa Adven. Setiap hari, dalam bacaan Liturgi Perjanjian Lama dikisahkan tentang penantian bangsa Yahudi akan datangnya Sang Mesias. Sementara itu, dalam Perjanjian Baru mulai diperkenalkan tokoh-tokoh yang berperan dalam Kisah Natal. Pada awal Masa Adven, sebatang lilin dinyalakan. Kemudian setiap minggu berikutnya lilin lain mulai dinyalakan. Seiring dengan bertambah terangnya Karangan Adven karena bertambah banyaknya lilin yang dinyalakan, kita pun diingatkan bahwa kelahiran Sang Terang Dunia semakin dekat.
Warna-warni keempat lilin juga memiliki makna tersendiri. Lilin ungu sebagai lambang pertobatan. Warna ungu mengingatkan kita bahwa Adven adalah masa di mana kita mempersiapkan jiwa untuk menerima Kristus pada Hari Natal. Lilin merah muda dinyalakan pada Hari Minggu Adven III yang disebut Minggu "Gaudete". "Gaudete" berasal dari kata bahasa Latin yang berarti "sukacita", melambangkan adanya sukacita di tengah masa pertobatan karena sukacita Natal hampir tiba. Warna merah muda dibuat dengan mencampurkan warna ungu dengan putih. Artinya, seolah-olah sukacita yang kita alami pada Hari Natal (yang dilambangkan dengan warna putih) sudah tidak tertahankan lagi dalam masa pertobatan ini (ungu) dan sedikit meledak dalam Masa Adven. Pada Hari Natal, keempat lilin tersebut digantikan dengan lilin-lilin putih - yang menandakan bahwa masa persiapan kita telah usai dan kita masuk dalam sukacita yang besar.
Ketika kita mempersiapkan diri untuk memasuki masa Adven, terlebih lagi ketika kita mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Tuhan yang berpuncak pada hari Raya Natal nanti, ada beberapa hal yang perlu kita sadari dan patut direnungkan:
Yang pertama: Tuhan mengutus Putera-Nya yang Tunggal untuk datang ke dunia, hidup sebagai manusia biasa sama seperti kita, karena Dia sungguh-sungguh mencintai kita. Cinta Tuhan kepada kita sedemikian besar, sampai-sampai Dia rela menyerahkah Putera yang sangat dikasihi-Nya untuk menyelamatkan kita. Kita begitu berharga di mata Tuhan, kita begitu berarti bagi Dia, tidak peduli siapapun kita, apapun status kita, bagaimana tingkah laku dan hidup kita. Kita tetap berharga dihadapan-Nya. Karena Tuhan telah menghargai kita sebegitu tinggi, maka kitapun wajib untuk menghargai hidup yang telah dianugerahkan-Nya kepada kita. Bukan saja hidup kita, tetapi juga hidup semua mereka yang berada di sekitar kita.
Yang kedua: Tuhan telah datang menawarkan keselamatan kepada kita, tawaran keselamatan yang dapat diterima dengan bebas. Dia tidak pernah memaksa kita untuk menerimanya. Semuanya tergantung pada hati nurani kita. Apakah kita mau menerimanya ataukah menolaknya, sekali lagi, semuanya tergantung pada diri kita sendiri.
Yang ketiga: Kedatangan Tuhan ini dipersiapkan oleh Yohanes pembaptis. Dialah suara yang berseru-seru di padang gurun, persiapkanlah jalan bagi Tuhan, luruskan jalan yang berkelok-kelok, yang bergelombang diratakan. Yohanes mengingatkan kita akan kedosaan kita. Tuhan yang Mahakudus hanya dapat diterima, bila hati kitapun kudus dan murni. Untuk itu, membersihkan hati dan pikiran kita dari segala dosa dan salah merupakan suatu tuntutan yang harus kita penuhi sebelum kita menerima Dia dalam hati kita.
Bila hati dan pikiran kita telah bersih dari segala dosa dan kesalahan, Tuhan boleh datang kapan saja, kita siap untuk menyambut kedatangan-Nya.
Selamat memasuki masa Adven!
(diperoleh lewat milis lingkungan St. Ignatius BSD)
No comments:
Post a Comment