Thursday, January 26, 2012

Mamon Modern

Hari ini saya tertarik untuk berbagi renungan yang berhubungan dengan Lukas 16:13, "Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."

Dari pergumulan yang terjadi dalam proses perkenalan dengan Meditasi Kristiani, saya belajar lebih mengenal diri sendiri. Kalau selama ini saya menganggap tidak memiliki Mamon karena merasa tidak mengejar materi, kedudukan, maupun nama, ternyata saya masih salah. Ada satu hal yang rupanya menjadi Mamon tanpa saya sadari... Kehausan akan ilmu pengetahuan bisa jadi menjadi Mamon yang bisa menjatuhkan. Tadi pagi tiba-tiba terpikir betapa tidak jauh posisi saya dengan Hawa. Hawa menginginkan buah yang dilarang untuk dimakan karena ia mengira dengan memakannya ia akan mendapatkan pengetahuan, pengertian tentang baik dan buruk.

Ketika harus meninggalkan semua pikiran dalam proses meditasi hening dengan kalimat mantra Marantaha, maka terjadi kekacauan dalam kehidupanku. Bayangkan saja, bagaimana seorang yang ikut menganut pandangan, "Saya berpikir karena itu saya ada," harus melepaskan semua pikiran yang datang silih berganti mengganggu. Pikiran yang sangat aktif tiba-tiba harus berhenti walau hanya dalam waktu yang sangat singkat sebenarnya, tetapi menjadikan waktu begitu terasa berharga.

Belajar disiplin untuk setia dalam perkara kecil. Setia mengadakan waktu untuk diam dan tinggal di hadapanNya tanpa memunculkan "diri" merupakan hal yang terasa berat. Inilah Mamon modern bagi saya. Keinginan untuk mengetahui banyak hal dan mengerti banyak hal. Padahal seperti yang dikatakan oleh St. Agustinus dalam kisahnya mengenai anak kecil yang menimba air laut untuk dipindahkan ke lubang pasir di tepi pantai, otak manusia tidaklah memiliki kemampuan untuk menyerap kebesaranNya. Belajar untuk menerima kehidupan apa adanya, merupakan suatu karunia yang diajarkanNya melalui keheningan.

Bapa,
Biarkan saya setia kepadaMu saja,
dan senantiasa sadar memandang wajahMu semata,
membiarkan tanganMu menuntunku,
dan langkahMu membawaku ke jalanMu.
Membuka hatiku untuk merasakan kasihMu,
dan dengan suka rela membagikan kasihMu kepada sesama.
Amin.

No comments:

Post a Comment