Perjalanan menuju sesi ke-dua membawa saya kembali pada pergumulan Marta dan Maria.Kalau dalam kesempatan membaca perikop ini sebelumnya, saya lebih diingatkan untuk memaknai kehadiranNya di dalam hati, daripada melayani yang bisa jadi untuk kepuasan ego pribadi (baca juga Kehadiran lebih penting daripada perbuatan). Kali ini saya diingatkan untuk menghargai proses dan untuk terus bertahan dalam mendengarkan sabdaNya.
Maria berani mendobrak tradisi yang hanya memungkinkan lelaki untuk duduk menerima tamu dan mendengarkan ucapan-ucapan tamunya. Marta, yang menerima Yesus di rumahnya, dan yang sedang sibuk melayani Yesus, merasa perlu untuk menegur Yesus agar meminta Maria membantunya. Betapa sering saya juga seperti Marta yang mengeluh pada Tuhan ketika beban pelayanan terasa berat dan tidak ada bantuan dari teman-teman lain.
Saya merasa sebagai Marta yang mencoba melayani Yesus. Coba bayangkan ada Yesus yang bertamu di rumahnya dan dia duduk diam bersama Maria menemani Yesus. Tidak ada yang melayani dan memberi Yesus minum. Demikian juga dalam organisasi maupun kegiatan pelayanan lainnya, bila tidak ada yang mau bekerja, lalu siapa yang akan bekerja? Sebenarnya Marta juga ingin seperti Maria. Tetapi ketika keinginan itu menjadi iri hati sehingga ia tidak segan menegur Yesus, maka makna pelayanannya menjadi hilang.
Dari sharing teman-teman MK, kesibukan Marta lebih diartikan sebagai
kesibukan bekerja untuk mendapatkan uang atau kebutuhan duniawi
lainnya.Tiba-tiba saya merasa sebagai Maria yang lebih berusaha mendahulukan Yesus daripada melakukan pekerjaan yang memberikan hasil. Tetapi akhir-akhir ini terasa kegamangan untuk bertahan dalam jalur pelayanan karena kebutuhan rumah tangga yang semakin meningkat. Waktu yang terbatas yang harus dibagi-bagi menjadi suatu masalah.
Sementara itu, sebagai Maria yang merindukan untuk terus berada di hadirat Tuhan, seringkali tergerus oleh kesibukan harian. Menyediakan waktu secara khusus bagiNya merupakan suatu hal yang diminta Yesus dariku.
Yesus berkata bahwa Maria telah memilih yang terbaik dan tidak akan diambil darinya. Terasa bahwa Yesus berusaha keras menjagaku agar tidak goyah dan menghilang dari hadapanNya. Ia senantiasa menguatkanku ketika aku mulai goyah seperti Petrus yang mulai goyah ketika berjalan di danau. Ia menggapaiku dan membimbingku agar tidak menyimpang dari jalanNya.
Dari 2 Petrus 1:10 saya memperoleh kekuatan baru, "Karena itu saudara-saudara, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jika kau melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung."
Tuhan,
Terima kasih bahwa Engkau mau menjagaku agar tidak tersandung.
Ketika aku goyah dan terjatuh, Engkau mengangkat dan membangunkanku,
Ketika aku lemas dan tidak bertenaga, Engkau menghibur dan membantu menopangku,
Ketika aku ingin berhenti berusaha, Engkau mendekatiku...menghibur dan menguatkanku.
Terima kasih Tuhan,
Aku ingin terus berusaha dengan sungguh-sungguh menemukan panggilanMu
agar bisa berguna dan memberikan talenta yang sudah dikembangkan dengan bahagia.
Terima kasih untuk pendampingan dan kasih sayangMu.
Terima kasih untuk BundaMu yang senantiasa menjaga dan mendoakanku.
Amin.
No comments:
Post a Comment