Thursday, April 24, 2008

Tinggallah di Dalam KasihKu!

Bacaan meditasi kami kemarin diambil dari kitab Yohanes 15: 9-17, ada satu ayat yang mengetuk hati beberapa orang dari kami yang mengikuti meditasi kitab suci tersebut; "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu."

Buat saya pribadi sempat terpikir betapa kontras perkataan bahwa bukan kita yang memilihNya dengan ajakannya untuk tinggal di dalam kasihNya. Ajakan itu memberikan gambaran akan pilihan dan kehendak bebas yang juga diberikan kepada manusia. Tapi dari sharing kelompok bisa saya simpulkan betapa sering manusia melenceng keluar dari naungan kasihNya dan Dia terus menerus berusaha mencari dan membawa kita kembali ke rumah BapaNya.

Hari ini saya lelah sekali karena pagi-pagi sudah berargumentasi dengan anak saya yang kecil. Sulit sekali untuk mengajak dia bangun pagi dan bersiap ke sekolah, apalagi dia masih harus makan sedikit supaya bisa minum obat. Lagi-lagi saya kalah terhadap emosi, karena itu saya mencoba mencari Kitab Suci untuk meredakan kekacauan batin yang bisa merusak satu hari ini.

Yang terbuka adalah kitab Yesaya yang berkisah tentang keselamatan dari Tuhan. Yesaya 55 dan 56 memang berkisah tentang ajakan untuk memperoleh keselamatan dan juga bahwa keselamatan adalah bagi semua orang! Tapi yang menarik perhatian saya adalah pembukaan Yesaya 55: "Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran! Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah kerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat. Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepadaKu; dengarkanlah, maka kamu akan hidup!"

Stefan Leks dalambuku Percakapan Jiwa Dengan Tuhan (Misteri Hidup Spiritual Gabrielle Bossis) menuliskan bahwa penyangkalan diri adalah menghilangkan diri dalam diriNya maka Ia akan tampil dalam diri kita. Betapa sering emosi dan kedagingan memintakan pemuasan terhadap ego pribadi dan melupakan kasih. Ketika saya merasa sudah memberikan segalanya kepada anak-anak, dan mereka tidak memberikan kepatutan sikap terhadap orang tua maka emosi dengan mudah menggelegak. Saya lupa betapa sering saya bersikap sama seperti anak-anak itu, melecehkan perintah dan larangan Tuhan. Dia tetap sabar dan memaafkan...

Tuhan,
Terima kasih atas sabarMu yang tidak terhingga,
Terima kasih atas kasihMu yang penuh maaf dan cinta,
Berkatilah hari ini Tuhan,
Agar kami semua bisa berbuah banyak dalam namaMu,
Agar kami tidak keluar dari naungan kasihMu.
Agar kami tidak membelanjakan waktu kami dengan sesuatu yang tidak berasal dariMu,
Agar kami tidak membuang percuma kasih yang Dikau sodorkan bagi kami,
Agar keselamatan yang Dikau tawarkan tetap menjadi milik kami,
KepadaMu kami memohon bantuan dan kekuatan, Amin.

No comments:

Post a Comment