Akhir-akhir ini saya suka membaca Café Rohani, sebuah buku kecil berisi renungan harian dari Institut Karmel Indonesia (IKI) dari Malang. Bacaan kemarin dan hari ini berasal dari Matius 14: 13-21.
Ada yang menarik dari renungan yang berjudul Belas Kasih (3 Agustus 2008) dan Hidup Peduli dan Berbagi (4 Agusutus 2008). Saya ambil kutipan renungan dari Belas Kasih:
Apa yang "hanya 5 roti dan 2 ikan" bagi Yesus bukan berarti sedikit. Itu cukup bila diberikan dengan melibatkan Allah (ayat 19). Yang para murid butuhkan ialah hati yang berbelas kasih. Meski "hanya 5 roti dan 2 ikan", namun mereka mau memberikan dengan rela dan cinta yang besar. Allah turut bekerja bahkan jauh lebih banyak dari apa yang mereka pikirkan sebelumnya (ayat 20)
Miskin bukan alasan untuk tidak berbagi dengan orang lain. Hati yang berbelas kasih menjadi dasar pelayanan kita. Karena itu, jika hati kita berbelas kasih, maka apa yang ada pada kita akan Tuhan gandakan dan menjadi berkat bagi orang lain.
Dalam "Hidup Peduli dan Berbagi" renungan mengajak pembacanya untuk melatih sikap peka dan peduli sejak dini. "Jangan sampai kita menjadi kerdil karena terlalu berorientasi pada diri sendiri."
Kedua renungan ini mengingatkan saya pada arti salib dalam hidup kita. Bukan salib sebagai beban berat yang perlu ditanggung, tetapi salib sebagai tanda hubungan antara manusia dan Tuhan (vertikal) dan hubungan antara manusia dan manusia (horisontal).
Seringkali kita mendahulukan Tuhan dalam kehidupan kita, merasa akrab dengan diriNya. Tapi, kita hanya berorientasi pada diri sendiri. Bersyukur untuk apa yang kita peroleh hari ini dan kemarin, memohon untuk hal-hal yang kita butuhkan atau inginkan di hari esok. Hubungan yang ada adalah hubungan vertikal semata. Kemiskinan seringkali bisa menjadikan kita hanya berorientasi pada diri sendiri. Merasa kekurangan dan seringkali hubungan vertikal itupun terganggu karena merasa Tuhan tidak membantu dengan takdir yang lebih baik. Padahal seperti yang dikatakan dalam renungan pertama, apa yang terihat "kecil" atau "sedikit" di mata manusia bisa menjadi bibit unggul yang tidak habis-habisnya digandakan Tuhan.
Hanya berorientasi pada diri sendiri membuat kita tidak peka pada penderitaan dan masalah orang lain di sekitar kita. Mengasihani diri sendiri seringkali membuat kita "buta" pada situasi di sekitar kita. Kaya atau miskin sebenarnya sangat relatif. Bila saya terbiasa dengan gaya hidup menengah ke atas maka saya akan menjerit ketakutan ketika harus hidup dengan standar kehidupan yang lebih rendah daripada kehidupan lamaku. Membiarkan diri terlarut dalam penyesalan akan penurunan tingkat kehidupan itu hanya akan membuat manusia berhenti dan meratap, bahkan bisa jadi kehilangan kepercayaan pada Tuhan.
Membiarkan Dia yang menata ketakutan kita menghadapi masa depan memang sulit. Buah yang dimakan oleh Adam dan Hawa terlanjur membuat mata kita "terbuka" akan kepandaian kita sendiri. Tubuh yang telanjang dipakaikan pakaian, usaha pertama manusia yang mengandalkan kepandaiannya. Dan seringkali kita tidak tenang bila tidak bisa memprediksi atau mengusahakan solusi terbaik bagi permasalahan kita. Padahal ada masanya Tuhan bekerja tanpa bisa kita ketahui caranya. "Hanya 5 roti dan 2 ikan", otak kita tidak akan pernah bisa memberikan jalan keluar bagaimana memberikan makan 5000 orang hanya dengan roti 5 buah dan ikan 2 ekor. Tetapi Yesus bisa...
Keseimbangan hubungan dalam salib itu sangat penting untuk membentuk sebuah salib yang utuh. Ketika hubungan vertikal terbina baik, tentunya hubungan horisontal perlu juga terbina dengan baik. Dan disanalah karyaNya akan bekerja. Dengan sedikit talenta yang kita miliki, selama ada belas kasih ketika memberikannya dalam pelayanan maka Dia akan melipat gandakan talenta itu. Ketika orang dengan satu talenta ketakutan kehilangan talentanya yang hanya satu itu, maka talenta itu diminta kembali. Ketika teman-temannya yang memiliki talenta lebih banyak berusaha untuk mengembangkan talenta itu tanpa memikirkan resiko kehilangan semua talenta itu, ternyata talenta mereka berlipat ganda.
Punya sedikit atau punya banyak, bila diberikan dengan hatu yang penuh belas kasih, maka dengan kuasa Allah, akan berbuah banyak. Banyak orang yang menikmati, tidak mungkin kita yang akan memakan sendiri semua hasil penggandaan roti dan ikan itu. Sisa yang dikumpulkan 12 bakul penuh (ayat 20), padahal mereka semua sudah kenyang. Kuasa Allah akan mememnuhi kebutuhan kita dan memperkaya kita bila kita bersedia membagikan diri kita. Itulah arti utama salib yang perlu kita ingat dalam kehidupan ini. Bukan beratnya, bukan nilainya sebagai penghukuman, tapi arti hubungan antara manusia dengan Tuhan, dan antar manusia sendiri yang dipersatukan dengan pengorbanan Kristus di Golgota.
Tuhan,
Salib seringkali kami pakai sebagai hiasan belaka,
Di rumah, di mobil, di perhiasan kami,
Tapi kami melupakan arti dari salib itu sendiri.
Jangan biarkan kami menjadi kerdil ya Tuhan,
Bantulah kami menggandakan talenta kami dan menjadi berkat bagi orang lain.
Semoga salib yang menghiasi diri kami senantiasa menjadi lambang penguatan kami,
Lambang kasihMu yang tidak terhingga,
Lambang kuasaMu yang tidak terbatas,
Semoga kami bisa menjadi alatMu,
Sampai kami beroleh tempat di sisiMu,
Amin.