Umat Israel adalah umat yang sangat sering menderita, terutama ketika mereka diperbudak di Mesir, dibuang ke Babilonia dan dijajah bangsa-bangsa lain. Karena itu dapat dipahami bahwa Kitab Perjanjian Lama mengungkapkan berbagai ungkapan penderitaaan maupun renungan tentang asal usul penderitaaan manusia.
Secara garis besar penulis Kitab Perjanjian lama terutama memahami penderitaan sebagai hukuman Allah atas dosa dosa umat Israel sebagai individu maupun sebagai kelompok umat.
Kitab Kejadian 3, misalnya, mengatakan bahwa rasa sakit yang diderita setiap wanita waktu melahirkan anak dan susah payah setiap pria waktu mencari nafkah dilihat sebagai hukuman Allah
atas dosa Hawa dan Adam.
Pandangan itu terungkap juga dalam Kejadian 7 dan 11. Disana banjir besar dan kekacauan bahasa dilihat sebagai hukuman Allah atas dosa dosa seluruh umat manusia didunia saat itu.
Barulah pada abad abad menjelang kelahiran Yesus beberapa penulis kitab Perjanjian Lama mempunyai pandangan yang agak berbeda dari pandangan tradisional tersebut. Kitab Ayub mengungkapkan suatu pandangan baru bahwa penderitaaan juga dapat berasal dari prakarsa iblis yang ingin mencobai iman manusia, tetapi prakarsa iblis itu disetujui Allah.
Penulis Perjanjian Baru secara garis besar tetap mempertahankan pandangan tradisionil dari penulis Perjanjian Lama. Karena itu para penulis injil sinoptik beberapa kali menekankan, bahwa Yesus mengampuni dosa seseorang sebelum mereka disembuhkanNya. Sebab penyakit atau cacat dilihat sebagai hukuman Allah atas dosa sipenderita atau orang tuanya (bdk.Matius 9:1-8 ).
Penyaliban dan Kebangkitan Yesus tampaknya membuat pandangan para rasul tentang penderitaaan berubah.Mereka melihat, bahwa Yesus ternyata juga menderita walaupun Ia tidak berdosa. Mereka juga ingat akan Sabda Yesus bahwa mereka harus mau menderita agar mereka pantas menjadi pengikut Yesus.
Penderitaan demi kepentingan orang lain ternyata tidak sia sia, melainkan mendapat keselamatan dari Allah. Kesadaran baru itu tampak pada surat surat Paulus. Beberapa kali Paulus menegaskan bahwa ia senang menderita, karena dengan demikian ia "menggenapi penderitaaan Yesus". Kita bisa melihat misalnya dalam 1 Kor 12:26, Rm 12:15 dan 2 Kor 1:7. Kesadaran itu juga terungkap dalam Injil Matius 16:24 dan Lukas 14:27.
Kita mendapat keistimewaan diperbolehkan lebih mengerti dari pada generasi yang lalu tentang Kitab Suci. Berita yang sebenarnya dapat lebih jelas bagi kita sekarang. Kitab Suci tidak berubah tetapi kemampuan memahami yang berubah kendati masih ada tersisa misteri . . .
Kontributor: JM Kummala
No comments:
Post a Comment