Sunday, October 05, 2008

Surat untuk seorang teman di surga

Yanti yang terkasih,

Kupercaya dikau sudah bersama Bapa di surga. Bunda Maria menjemputmu di hari Jumat pertama di bulan Oktober ini. Satu hari setelah hari para malaikat Kudus. Menurut Romo Widyo kemarin, hari itu juga diapit oleh hari peringatan dari Santo Fransiscus dari Asisi yang juga menemui Bapa pada usia 44 tahun.

Keluargamu tampak tabah, tapi aku malah terisak terus. Pasti kau tersenyum melihat kebodohanku. Aku tahu, aku seharusnya tersenyum, dikau sudah bersamaNya. Dahulu Romo Ben Tentua OFM pernah menegur: "Jangan bersedih, almarhumah sudah di surga. Ayo kita menyanyi lagu semua bunga ikut bernyanyi..." Itu kejadian waktu omaku meninggal. Mungkin beliau juga tersenyum melihat kecengenganku.

Sebenarnya aku biasanya lebih cengeng di bioskop daripada di rumah duka. Entah mengapa dua hari ini aku begini..., bahkan ketika masih di Anyer aku juga bertanya-tanya kepada gelombang...mengapa? Kupikir Ia akan memakaimu di ladangNya yang baru, penguatan bagi orang-orang yang menderita sakit...Memang benar itu terjadi tapi hanya dalam hitungan singkat.

Mau tahu apa yang paling mengesankan di rumah duka? (Pertanyaan wajibmu kan?!) Yang paling berkesan adalah fotomu yang ceria tersenyum, wajah yang selalu kau tunjukkan pada kami. Bahkan dalam sakitmu, engkau masih terus menguatkan teman-temanmu. Wajah di foto itu begitu hidup, begitu ceria, dikelilingi bunga-bunga indah...

Masih ingat foto untuk hadiah Suster? Bunga-bunga yang dipeliharaNya dengan baik dengan caraNya. Aku sedang mencari kata-kata yang kukutip dahulu ketika foto kita menyembul.Aku tidak berhasil menemukan kutipan itu, tapi sebuah kutipan Kitab Suci menarik perhatianku: "In the beginning was the Word and the Word was with God, and the Word was God" (Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah, Yoh 1:1) Mungkin engkau ingin kami tetap berjalan dengan Firman itu...bukankah itu pesan terakhir yang kau kirim padaku akhir Agustus kemarin? Ketika itu engkau mengirimkan SMS: "Kuatkanlah hatimu dalam segala tantangan serta persoalan dalam kehidupan karena Tuhan yang kita sembah dalam Yesus adalah Tuhan yang tidak pernah mengecewakan, rencananya indah Bagi kita (Yer 29:11 - Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan yang ada padaKu mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan)."

Aku tidak habis berpikir dan mengingat dongeng kanak-kanak yang pernah kubaca. Betapa sang malaikat yang bertugas menjemput seorang ibu yang harus meninggalkan dua orang anaknya yang masih kecil menghadap Tuhan, merasa kasihan pada ibu itu. Malaikat melalaikan tugasnya, dan dia lalu terhukum harus tinggal di dunia. Ia kemudian menyaksikan bagaimana anak-anak itu tumbuh dengan baik.

Aku masih juga belum mampu menghayati lagu "Semua Baik", lagu itu mengalun bersama derai air mataku:
"Dari semula t'lah Kau tetapkan
Hidupku dalam tanganMu
Dalam rencanaMu Tuhan

Rencana indah t'lah Kau siapkan
Bagi masa depanku yang penuh harapan

S'mua baik, s'mua baik
Apa yang t'lah Kau perbuat
di dalam hidupku

S'mua baik
Sungguh teramat baik
Kau jadikan hidupku berarti."

Hidupmu sudah berarti, begitu banyak orang yang datang, masing-masing dengan kenangan istimewa mereka. Dalam waktu yang singkat engkau sudah menanam begitu banyak kenangan, begitu banyak kerinduan untuk mendekat pada FirmanNya sepertimu.

Lagu "Pelangi KasihNya" bagaikan nasehatmu yang sebenarnya sudah sangat sering kudengar:
"Apa yang kau alami kini
Mungkin tak dapat engkau mengerti
satu hal tanamkan di hati
Indah semua yang Tuhan b'ri

TuhanMu tidak akan memberi
Ular beracun pada yang minta roti
Cobaan yang engkau alami
Tak melebihi kekuatanmu

Tangan Tuhan sedang merenda
Suatu karya yang agung mulia
Saatnya kan tiba nanti
Kau lihat pelangi kasihNya."

Lagu-lagu pujian yang kau panjatkan lewat kegiatan koor seringkali menjadi penguatan bagi kami juga. Sekarang bila tidak ada suster tidak ada lagi teman yang membantu memandu, sebulan terakhir kita tidak bersua karena kesibukan masing-masing. Satu hal yang kutahu bahwa engkau ingin dikenang ceria dan hidup, semuanya ingin kau simpan di dalam hati seperti Bunda Maria menyimpan perkara-perkara itu di dalam hatinya. Aku belum mampu seperti itu, dan aku juga seringkali memandang gelas setengah kosong...bukan setengah penuh sepertimu. Dan gelasmu memang tidak pernah kosong...ia selalu terisi dengan kasihNya.

Selamat jalan teman, engkau kembali ke RumahNya...rumahmu juga sekarang. Dahulu aku berharap engkau akan mengisi artikel di blog ini. Atau mungkin sebuah blog untuk menguatkan dan memberikan pencerahan pada orang lain. Tapi, kupercaya dengan doa, pencerahan dan penguatan itu tetap hadir...hadir dalam diri semua orang yang sudah memperolehnya melalui engkau sebagai alatNya. Setiap alat memiliki cara penggunaan yang berbeda, biarkan Dia yang mengaturnya, begitu barangkali pesanmu.

Bapa, terima kasih atas seorang teman yang begitu berarti. Terima kasih karena semua kekuatan yang Dikau berikan baginya selama penderitaannya di dunia dan bagi keluarga yang kini kehilangan orang tercintanya. Amin.

No comments:

Post a Comment