Friday, August 17, 2007

Renungan Hari Kemerdekaan

Bacaan misa hari Kemerdekaan RI ke 62 mengambil dari Kitab Sirakh 10:1-8. Pemerintah yang bijak mempertahankan ketertiban pada rakyatnya, dan pemerintahan orang arif adalah teratur (ayat 1). Pemerintahan beralih dari bangsa yang satu kepada bangsa yang lain akibat kelaliman, kekerasan, dan uang (ayat 8).

Kitab suci yang sudah berumur ribuan tahun memiliki kearifan yang sungguh mendalam dan tetap saja aktual. Pasti dalam kitab-kitab penuntun setiap agama memiliki kearifan yang sama. Hanya saja manusia yang terus menerus kalah dari nafsu pribadi dan egoismenya, tidak pandai menerapkan ajaran-ajaran baik yang sudah tertulis sejak ribuan tahun lalu ini.

Romo Donatus dalam kothbah singkatnya mengambil contoh filosofi di balik tradisi lomba panjat pinang. Dalam lomba ini kemenangan bukanlah semata-mata kemenangan pribadi. Kemenangan pribadi adalah kemenangan semu! Karena sesungguhnya pemenang lomba panjat pinang perlu mempergunakan akal dan bekerja sama agar salah satu dari mereka bisa mencapai tujuan yang tertinggi. Dari segi negatif tradisi ini menggambarkan bagaimana kemenangan diperoleh dari menginjak teman sendiri. Tapi segi positif selain kemungkinan adanya kerjasama antar peserta adalah kegigihan untuk mencapai tujuan. Betapa segala kesulitan dan sandungan tidak mematahkan semangat juang untuk memperoleh kemenangan akhir.

Dalam Mutiara Iman 2007, renungan hari kemerdekaan lebih menitik beratkan pada sikap jujur, berani, dan tulus terhadap sesama dan terhadap Tuhan.

Dari renungan pribadiku sendiri, ada satu ayat dari kitab Sirakh yang menarik yaitu ayat 6: Hendaklah engkau tidak pernah menaruh benci kepada sesamamu apapun juga kesalahannya, dan jangan berbuat apa-apa terpengaruh oleh nafsu. Betapa indah kalau hal ini juga bisa dilaksanakan dalam dunia politik. Pak Harto sebagai seorang bapak bangsa tidak bisa juga dinihilkan perjuangannya karena kesalahan yang diperbuatnya. Pemerintahan beralih karena kelaliman, kekerasan, dan uang. Betapa benar mahzab ini berbunyi. Yang sulit adalah memisahkan antara kepentingan memaafkan dengan pencegahan agar tidak terulang lagi. Tanpa proses peradilan yang jelas mungkin akan susah untuk memberi contoh kepada calon pemimpin baru agar tetap berjalan pada koridor yang benar. Tapi proses peradilan ini juga akan membuat kita membongkar borok besar bangsa Indonesia, karena semua berjalan dalam satu hirarki besar. Yang penting sebenarnya agar kemerdekaan saat ini tidak lagi disalah artikan sebagai kebebasan yang mutlak tak memiliki aturan main, atau hanya dipimpin oleh aturan kepentingan pribadi dan golongan.

Secara pribadi saya lebih suka menutup buku, membuka halaman baru. Biarlah Allah juga yang menjadi hakim atas kesalahan yang sudah berlalu. Sebagai awam terhadap masalah peradilan, sosial dan politik, saya tidak tahu yang mana kewajiban untuk kaisar, yang mana kewajiban untuk Allah (sedikit membalik kata dari Matius 22 ayat 21). Bila kita memberikan apa yang wajib kita berikan bagi kaisar, dan apa yang wajib bagi Allah, maka mungkin ada juga penghakiman yang wajib datang dari kaisar (pemerintah yang sedang berjalan) dan ada juga penghakiman yang wajib datang dari Allah.

Allah Bapa yang Maha Baik,
Terima kasih atas kemerdekaan yang telah diperoleh bangsa Indonesia,
Bantulah kami untuk menjaga dan mengisinya,
Masih banyak celah dan ketidak adilan yang terasa,
Beban hidup semakin hari terasa semakin berat,
Kejujuran semakin menjauh dan menjadi langka,
Keberanian untuk berjuang melawan kebathilan semakin meredup,
Yang timbul dipermukaan hanya keberanian semu yang berakar pada kepentingan pribadi,
Ketulusan menjadi semu dan tersamar,
Atau lagi-lagi tersandung pada kepentingan pribadi dan kelompok.
Allah sumber kekuatan dan keadilan,
Bantu kami untuk tegar dan senantiasa bangkit dan berjuang,
Dalam mempertahankan kemerdekaan dan keadilan bagi seluruh manusia,
Tidak lagi terjajah oleh batasan teritori dan ras kebangsaan,
Tapi sungguh memperjuangkan keadilan dalam cinta kasih yang Dikau ajarkan,
Semoga bangsa Indonesia tetap mampu bersatu dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan sejati,
Kemerdekaan yang berasal dari sang Maha Pencipta.
Amin.

No comments:

Post a Comment