Saturday, August 11, 2007

Tuhan Yang Diam

Seringkali Tuhan terasa sungguh sibuk dengan urusan lain. Tuhan diam dan membisu tak menjawab segala jeritan doa. Mungkin ini yang dirasakan perempuan Kanaan yang meminta pertolongan Yesus (Mat 15:21-28). Setelah membisu dan tidak menjawab permohonan perempuan ini, Yesus bahkan mengeluarkan pernyataan diskriminatif yang cukup menghina. Kebulatan tekad dan besarnya iman perempuan itu tidak tergoyahkan oleh ujian ini. Ujian yang dijalaninya berbuah pujian dari Tuhan atas besarnya iman yang dimilikinya.

Terkadang kesabaran, ketekunan, dan kesetiaan kepada Tuhan tergerus dengan kepanikan kita menghadapi suatu masalah. Seringkali kita tidak sabar menginginkan Tuhan bekerja untuk kita. Padahal bukan waktu kita yang digunakanNya. Seringkali kita melupakan bahwa Tuhan adalah Tuan di kebunNya dan kita adalah pekerjaNya. Kita memaksakan kehendak kita untuk terjadi pada saat yang kita rasa kita butuhkan.

Tetapi sering juga kita terlalu fokus pada hal yang kita inginkan sehingga melupakan berkat-berkat kecil yang hadir setiap saat. Berpasrah kepada kehendak Tuhan, tetapi tetap bertekun dalam doa merupakan hal yang diinginiNya dari para pekerja di kebunNya. Mintalah, maka akan diberikan!

Seorang teman mendapat kesempatan untuk bepergian ke luar negeri bersama suaminya, tetapi ia tidak merasakan kegembiraan karena situasi dan kondisinya yang sedang hamil tua membuat perjalanan itu merepotkan. Kemudian suaminya sekali lagi mendapatkan kesempatan untuk pergi ke luar negeri pada saat ia dijadwalkan akan melahirkan. Berkat yang juga menandakan keberhasilan pencapaian dalam pekerjaan sang suami menjadi beban bagi sang istri yang akan melahirkan. Bila ia hanya terfokus pada pikiran yang mendahulukan dirinya sendiri, maka berkat ini tidak lagi terasa sebagai berkat. Ungkapan iri yang saya lontarkan membuat sang istri kembali tersadar betapa Tuhan sebenarnya telah memberi lebih kepada mereka.

Bergaul dengan tetangga dan anggota komunitas bisa banyak membantu bila kita mau saling terbuka. Betapa sering kekecewaan terhadap suami menjadi beban berat dalam kehidupan sebagai istri. Tapi ternyata bila bergumul dengan keseharian anggota komunitas yang lain, baru terasa betapa setiap orang memiliki salib masing-masing. Kekurangan suami yang terasa berat menjadi ringan setelah mengetahui betapa banyak hal-hal kecil yang terlalaikan sebagai istri dan tidak pernah dituntutnya. Saling menyesuaikan dengan kepribadian dan tuntutan masing-masing dalam kehidupan berkeluarga sungguh menjadi suatu pekerjaan rumah yang membutuhkan kesabaran dan kesetiaan. Saling mengampuni dan saling mencintai dalam Tuhan akan menjadi perisai terhadap goncangan dan angin badai yang menerpa.

Tuhan Allah Bapa yang Maha Kasih,
Karena kasihMu kami senantiasa terpelihara dengan baik di dunia ini.
Terkadang kesabaran, ketekunanm dan kesetiaan kami menipis dalam menghadapi cobaan hidup.
Dengan bantuan Roh KudusMu, bantulah kami ya Tuhan.
Nyalakan pelita iman di dalam hati kami dan biarkan ia terus menuntun kami.
Agar senantiasa sabar, tekun dan setia kepada Allah pencipta yang senantiasa setia mendampingi kami.
Amin.

No comments:

Post a Comment