Seorang teman mengirimkan sebuah tulisan, disana ada catatan dari Matius 10:8 "Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma."
Kuasa penyembuhan merupakan sebuah karunia yang diberikanNya dengan khusus. Tetapi di luar kuasa penyembuhan yang khusus itu, sebenarnya setiap manusia memperoleh talenta untuk kuasa penyembuhan itu.
Hari ini kebetulan kelompok doa kami berkumpul untuk berdoa bagi kelancaran operasi ayah saya. Salah satu doa kami tujukan juga kepada Santo Damianus dan Santo Cosmas, mendoakan agar para dokter dan tenaga medis yang bekerja dibimbing dalam rahmat penyembuhanNya.
Saya sendiri baru pertama kali ini mengetahui lebih mendalam tentang Santo Damianus dan Santo Cosmas (dalam bahasa Inggris disebutkan sebagai St. Cosmo and St. Damian), salah satu dari bait doa itu menyentuh perasaan saya.
Rasanya bagi mereka yang diberi rahmat untuk menguasai ilmu kedokteran, bukan hanya sumpah Socrates yang perlu diingat, melainkan juga ayat di atas. Memang tidak sedikit juga dokter yang dalam prakteknya juga memberikan pelayanan sosial bagi masyarakat yang kurang mampu.
Bicara tentang penyembuhan tidak selalu berbicara tentang penyembuhan fisik. Rasanya hal ini pernah juga kami bicarakan sebelumnya di dalam kelompok doa kami. "Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma," pengampunan yang kita peroleh dari Tuhan memang gratis dan tidak menuntut bayaran. Terkadang bahkan kita jatuh ke kesalahan yang sama lagi, dan kembali lagi untuk meminta maaf, dan dimaafkanNya lagi. Bagi kita manusia memberikan maaf secara cuma-cuma memang terasa sangat berat, seringkali kita merasa diri kita berada di pihak yang benar dan ingin mengenyahkan pihak lain yang berbuat jahat dan menyakiti hati kita atau keluarga. Kalau kita kembali ke ayat ini, maka akan terasa betapa besar Tuhan telah menyayangi kita. Dan setiap kita kembali kepadaNya, maka amarah yang besar itu akan menyurut. Setiap kita melihat kesalahan kita pribadi yang diampuniNya, maka keinginan untuk mengampuni akan lebih mudah diperoleh. Ketika keinginan untuk mengampuni itu hadir, maka datanglah berkat damai sejahtera di dalam hati.
Luka batin dari tindakan tidak memaafkan bisa menyakiti lebih banyak lagi orang lain. Bahkan bisa juga terus diwariskan ke generasi berikutnya. Lihat saja kisah Romeo dan Juliet, kisah amarah yang diturunkan dari generasi ke generasi, dan akhirnya mengambil korban kedua anak muda yang saing mencintai itu.
Berkat pengutusan bukan hanya milik orang tertentu dengan talenta tertentu, tetapi juga milik semua umatNya. Ampunilah karena engkau telah diampuniNya secara cuma-cuma. Bagikanlah talentamu karena engkau telah menerima talenta itu dariNya secara cuma-cuma...
Tuhan,
Terima kasih atas berkat pengutusan yang Dikau berikan pada kami,
Atas semua talenta dan kebahagiaan yang kami terima,
Atas kekuatan dan malaikat pelindung yang Engkau berikan bagi kami,
Ajari kami mengampuni,
Ajari kami berbagi kasihMu,
Jadikanlah kami pembawa damai dan sukacitaMu...
Amin.
Makasih buat artikelnya.. berarti banget bagi aku..
ReplyDeleteApakah memaafkan dengan cuma-cuma artinya memaafkan sebelum orang itu minta maaf? Atau tetap memaafkan walau ia tidak pernah minta maaf? Bagaimana kalau orang itu tidak pernah sadar akan kesalahannya, lalu mengulangi lagi perbuatannya? Should we?
ReplyDeleteSaya juga masih berjuang untuk mampu menerjemahkan dan melaksanakan pemberian maaf yang tulus dan tuntas Nge.
ReplyDeleteYang saya tahu dahulu saya berdoa dengan salah, ada satu saat ketika saya mendapat pencerahan bahwa doa saya seharusnya justru untuk kebaikan orang yang bersalah kepada saya. Entah mengapa, setelah melaksanakannya terasa lebih tenang dan damai, dan orang tersebut juga berubah lebih baik. Tapi namanya hidup selalu naik turun, tidak selalu juga hidup nyaman terus...dekat kepadaNya memberikan banyak kekuatan.