Friday, August 21, 2009

Perceraian

Jumat yang lalu bacaan Injil yang menjadi dasar doa kami adalah Matius 19:1-12. Semakin hari rasanya semakin mudah menginginkan perceraian, padahal pernikahan Gereja adalah pernikahan yang tidak boleh dipisahkan oleh manusia. Bahkan dalam pernikahan yang tidak berdasarkan sakramen pernikahan, tetapi melalui pemberkatan nikah karena pasangan berbeda keyakinan agama, tetap saja pernikahan tersebut telah disatukan oleh Allah. Dan apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia (Mat 19:6).

Lalu kata murid-muridNya: "Jika demikian halnya hubungan suami dan isteri, lebih baik jangan kawin." Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu, hanya mereka yang dikaruniai saja. Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti."

Mencari kehendak Allah dalam menentukan jalan hidup melajang atau berkeluarga rasanya tidak selalu mudah. Bila pilihan berkeluarga yang dipilih, setelah bersama ada saja pergumulan yang tiba-tiba menyentakkan betapa kita tidak selalu sepenuhnya mengenali pasangan yang sudah kita pilih sendiri dan sudah dipersatukan oleh Allah dalam berkatNya.

Pergumulan dalam kehidupan berkeluarga memang menanggung resiko yang jauh lebih besar daripada dalam kehidupan melajang. Kehadiran anak-anak, yang sebenarnya dinanti-nantikan, juga bisa menjadi sumber permasalahan baru. Kebutuhan anak-anak secara spiritual dan material merupakan tanggung jawab orang tua secara bersama-sama. Ketidak-cocokan antara pasangan suami dan istri (pasutri) tanpa anak tentunya akan berbeda dengan kondisi pasutri dengan anak. Kekecewaan terhadap pasangan harus ditutupi dari depan mata anak. Komunikasi yang memanas juga perlu ditunda sehingga luput dari perhatian anak. Belajar bersabar adalah nilai yang sangat utama dalam kehidupan berkeluarga.

Santa Monika menanti selama dua puluh tahun dalam doa untuk pertobatan suami dan anaknya. Bunda Maria senantiasa menyimpan hal-hal yang menjadi pertanyaannya di dalam batin. Katanya kaum wanita dibuat dari tulang rusuk karena memang memerlukan kekuatan yang lebih dalam menjalani hidup ini. Dalam keluarga doa seorang istri, dan doa seorang ibu senantiasa menyertai seluruh anggota keluarganya.

Ya Bapa,
Terima kasih atas berkat yang Kau berikan melalui keluargaku
Terima kasih atas titipan berharga yang Dikau titipkan
Tetapi terkadang kesabaranku mendekati batas akhirnya
Atau kuterlupa akan pelayanan di dalam rumahku
Bantulah daku agar setia
Dan tekun berdoa bagi keluargaku
Bagi keluarga-keluarga yang membutuhkan doa
Sebagai penguat dalam pergumulan sehari-hari
Sebagai pelepas dahaga dalam kelelahan rohani
Amin.

No comments:

Post a Comment