Sunday, January 17, 2010

Anugerah

Waktu adalah anugerah, seperti kehidupan yang dianugerahkanNya dalam setiap hari baru. Hari Jumat kemarin saya masih dipenuhi oleh pertanyaan seputar berusaha keras atau berpasrah pada kehendakNya. Rupanya pasrah dan percaya kepada kehendak Tuhan itu sangat berbeda antara yang berada di dalam pikiranku dengan sebenarnya Ia kehendaki manusia lakukan.

Injil Markus 2:1-12 menjelaskan betapa seorang lumpuh ingin bertemu dengan Yesus, tentunya dengan keinginan terbesar untuk bisa disembuhkan. Rumah tempat Yesus memberitakan kabar bahagiaNya penuh sesak dikunjungi orang banyak. Beruntunglah si lumpuh karena memiliki empat orang teman yang dengan sukarela dan penuh harapan kepada Yesus mengusahakan agar teman mereka yang menderita bisa berjumpa dengan Yesus. Menaikkannya dengan tandu ke atap rumah dan membongkar atap untuk menurunkannya ke hadapan Yesus bukan hal yang mudah.

Kita percaya dan beriman pada kebesaran kuasaNya, tetapi untuk bisa hadir di hadapanNya kita juga perlu berjuang. Gembala memang keluar mencari dombanya yang hilang, tapi sang domba harus berusaha mengembik sekuat tenaga agar gembala bisa menemukannya.

Waktu adalah anugerah yang memungkinkan kita memanfaatkan setiap kesempatan yang datang. Hanya saja kita perlu memiliki kemampuan untuk meraih kesempatan itu. Terus terang sekarang ini cukup sering saya merasakan kasihNya yang datang tanpa saya minta, tetapi sebuah kesadaran menerpa..."Jangan-jangan sebelum ini semua kesempatan dan anugerah yang datang kuterima dengan hati gembira seakan sebuah hadiah yang sudah seharusnya kuterima. Taken for granted. Sebenarnya hati gembira yang bersyukur atas anugerahNya merupakan suatu kemampuan yang muncul setelah suara hati lebih diasah lagi."

Seorang teman lain karena pengalaman pribadinya lebih terfokus pada pengampunan. "Dosamu sudah diampuni," kata Yesus. Yang dipikirkan temanku itu lebih kepada kemampuan untuk sungguh-sungguh mengampuni kesalahan orang lain yang bersalah kepadanya di saat orang tersebut tidak menyesali dan bahkan masih terus menyakitinya. Bagaimana mengampuni seperti ketulusan Tuhan mengampuni?

Tuhan mengampuni karena cintaNya pada manusia. Mampukah kita mengampuni seperti diriNya?

Hari ini saya membaca kitab Mazmur 50:1-23, Ibadah yang sejati. Disana ada kalimat-kalimat yang menyentuh hatiku,

(Mazmur 50:8-10):

"Bukan karena korban sembelihanmu Aku menghukum engkau; bukankah korban bakaranmu tetap ada di hadapanKu? Tidak usah Aku mengambil lembu dari rumahmu atau kambing jantan dari kandangmu, sebab punyaKulah segala binatang hutan, dan beribu-ribu hewan di gunung."

(Mazmur 50:14-15):

"Persembahkanlah syukur sebagai korban kepada Allah dan bayarlah nazarmu kepada Yang Mahatinggi! Berserulah kepadaKu pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku."

Jadi persembahan kita adalah pernyataan rasa syukur atas anugerahNya, dan kemalangan bukan sebuah bentuk hukuman dariNya karena kita kurang bersyukur. Seorang teman pernah bercerita bahwa dia percaya harus mengeluarkan persepuluhan, bila tidak dilakukannya maka uang itu akan hilang juga entah melalui pengeluaran tak terduga ataupun tercuri. Kemudian ada kisah tentang janda yang memberikan semua uangnya yang tersisa bagi persembahan, betapa Tuhan sangat menghargai pemberiannya dari miliknya yang sangat berharga itu. Tiba-tiba saya sadari bahwa persembahan bukan sekedar presentasi perpuluhan atau pendapatan kita, bukan juga sekedar memberikan yang ada pada diri kita (karena mengharapkan limpahan rahmat balasan dariNya). Persembahan bukan ilmu hitung dagang, melainkan ketulusan yang keluar dari hati yang bersyukur...

Tuhan,
terima kasih atas anugerahMu bagi kami,
terkadang kami lupa berterima kasih,
kami lupa menengok campur tanganMu dalam kesuksesan kami,
dan lupa melihat topangan pundakMu dalam kejatuhan kami,
topangan yang membuat kami tidak terhempas hancur...
topangan yang menguatkan kami untuk bangkit kembali...
Terima kasih Tuhan,
untuk sesama yang selalu tekun mendampingi kami mencariMu...
Kami mohon berikanlah anugerah Roh KudusMu yang memampukan kami untuk bersyukur,
untuk membayarkan nazar yang pernah terucap,
dan untuk mampu mencari jalan bertemu dan berterima kasih padaMu.
Amin.

No comments:

Post a Comment