Tuhan,
ku bersimpuh di hadiratMu,
Sungguh hanya debulah aku,
tak pantas mencoba menyelami dalam samudraMu,
Otakku terlalu kecil untuk mengertiMu,
mengerti adaMu,
mengerti rencanaMu.
Hanya debulah aku,
yang Kau kumpulkan dan Kau bentuk,
yang Kau beri hembusan nafasMu,
yang Kau anugerahi hati dan kehendak bebas,
yang Kau biarkan berjalan di padang rumputMu.
Sungguh, hanya debulah aku...
yang terkadang tak berdaya menerima godaan iblis,
yang mencariMu tapi tak mampu melekat kuat padaMu,
yang terbang tak tentu arah mengharapkan dekapan hangatMu,
yang terhentak membentur bukit batuMu.
Hanya debulah aku,
Yang Kau ciptakan menjadi hidup,
Karena jiwaMu yang Kau titipkan ke dalam ragaku,
Dari dalam kandungan ibuku Engkau menenunku,
SuaraMu senantiasa menenangkan aku di dalam kegelapan rahimnya,
suaraMu juga yang menegur diriku ketika kutertatih belajar melangkah,
tetapi seringkali kulalaikan suaraMu,
yang bergema melintasi dada dan rongga telingaku,
membiarkanNya terbenam bersama keriuhan dunia.
Bapa,
jangan biarkan aku tersapu hilang,
jagalah biar setitik debu ini memiliki harga bagiMu,
agar mampu menempel pada salib yang dibawa Putra ke Kalvari.
Setitik debu yang tidak bermakna,
Setitik debu yang terkadang dikibas manusia,
yang berkesempatan menemani langkahNya ke Puncak Golgota.
Setitik debu yang dihidupi oleh Tubuh dan DarahNya.
Tuhan,
sungguh ajaib semua karyaMu,
sungguh besar kuasa kasihMu,
sungguh agung kebesaranMu,
sungguh menakjubkan rencana-rencanaMu,
tak kuasa kumengerti...
tak berdaya kujalani...
hanya cintaMu yang mampu membuatku berarti
walau tidak mengerti tapi berguna bagiMu,
pakailah aku sebagai alatMu,
bentuklah aku dengan cintaMu,
karena Dikau semata yang menghidupiku.
(Inspirasi dari Mazmur 139)
ijin share di pesbuk...
ReplyDeleteterima kasih...