Ada satu hal penting yang terasa sejak rajin mengikuti doa meditasi; hadirNya tidak lagi diam. Dalam setiap bacaan, dalam setiap pengalaman hidup Dia hadir memberikan masukanNya.
Dalam meditasi terakhir, saya sudah mampu berkonsentrasi penuh selama 15 sampai 20 menit, kemudian mulailah suara-suara dari luar yang seharusnya menjadi pendukung meditasi menjadi pengganggu konsentrasi. Suara anak-anak sekolah yang bermain di seberang rumah suster mengingatkan saya pada celetukan seorang teman semalam sebelumnya yang mengatakan bahwa saya terlalu banyak khawatir(dalam hal anak).
Sebenarnya kekhawatiran saya yang terbesar adalah mengambil langkah yang tidak sesuai dengan keinginanNya. Saya selalu takut salah pilih langkah. Dalam hal anak, saya takut terlalu memaksakan kehendak saya kepada anak, tapi juga takut terlalu memudahkan anak sehingga nantinya ia tidak mampu hidup mandiri.
Kebetulan seminggu yang lalu seorang teman memberikan buku hasil suntingannya. Dalam buku rohani yang berjudul "The Right Choice" karangan Kendra Smiley itu ada satu bab yang khusus membahas contoh orang yang menempatkan kekhawatirannya ke tangan Yesus.
Buku terjemahan yang diterbitkan oleh Gloria Gaffa ini cukup bagus kualitas teremahannya sehingga alur membaca kisah-kisahnya juga enak.
Dalam buku ini dikutipkan beberapa ayat untuk menghilangkan kekhawatiran, yang paling menarik saya adalah 1 Petrus 5:7 "Serahkan segala kekhawatiranmu kepadaNya, sebab Ia memelihara kamu." Kekhawatiran adalah batu sandungan bagi manusia, terutama bagi orang seperti saya yang mengharapkan semua hal dipersiapkan dan ditentukan terlebih dahulu. Ketika Ia terasa tidak menjawab, saya kelimpungan. Padahal sebenarnya kedekatanku kepadaNya yang mungkin masih kurang. Kalau saya sungguh dekat denganNya maka tidak perlu lagi menantikan jawaban, karena Ia senantiasa mengatur langkah hidupku.
Pilihlah pilihan yang membawa perasaan damai di hati. Itu pesan utama yang kudapat dari suster-suster pembimbing doa. Untuk dua pilihan yang sama-sama tingkat kesulitannya maka kedekatan kita melalui doa yang menjadi faktor pencerahan yang dibutuhkan.
Dalam Filipi 4: 6-7 dikatakan: "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus." Kemudian di dalam Filipi 4:9 dikatakan pula untuk melakukan semua hal baik yang sudah diterima, didengar dan dipelajari, karena dengan demikian Allah, sumber damai sejahtera, akan menyertai langkah kita.
Sebagai manusia sesungguhnya sulit untuk lepas dari kekhawatiran. Walaupun dikatakan bahwa hari ini cukuplah untuk hari ini saja, tetapi kita memiliki kecenderungan untuk mempersiapkan segala sesuatu di masa mendatang. Padahal, masa mendatang itu belum tentu ada. Semua yang ada adalah pemberian Tuhan. Ia yang memberikan hari demi hari kepada kita. Segala kekhawatiran menjadi percuma bila Ia tidak lagi membagikan nafasNya kepada kita untuk melanjutkan hari. Jadi nikmatilah hari ini, dan tersenyumlah menyongsong masa depan karena hari ini adalah hadiahNya dan masa depan adalah hadiah-hadiah yang menantikan kita setiap hari dalam rengkuhan kasihNya.
Letusan gunung Merapi dan bencana-bencana lain seperti tsunami di Mentawai, ataupun bencana Wasior yang lebih dahulu terasakan membawa kekhawatiran bagi kita yang hidup di negara kepulauan yang terletak di daerah "ring of fire"...cincin gunung berapi. Ketika gunung Anak Krakatau mulai aktif, lalu gunung-gunung berapi lainnya yang berjumlah lebih dari 100 buah gunung, satu per satu mulai menunjukkan gejala aktivitas yang meningkat maka kita mulai cemas. Ketika kecemasan yang melanda berhubungan dengan alam, maka mau tidak mau kita hanya bisa kembali kepada Sang Pencipta.
Tuhan, hanya Dikau yang berkuasa menghentikan segala bencana yang menimpa bangsa kami. Hati Yesus yang Maha Kudus, kasihanilah kami, Amin.
No comments:
Post a Comment