Tuesday, March 22, 2011

Pencobaan

Sebenarnya sejak mengikuti meditasi Kristiani (yang sekarang ini) saya agak kehilangan gairah menulis. Takut memanjakan kemalasan, saya memaksakan diri menulis apa yang bisa teringat. Ketika lebih teratur mengikuti Lectio Divina saya merasakan bagaimana kata-kata mengalir begitu saja setelah saya selesai dengan meditasi kitab suci itu. Tetapi saat itu juga ada ketakutan bahwa saya menjadi tidak disiplin dalam meditasi karena begitu merasa inspirasi memenuhi kepala dorongan untuk menulis menjadi sangat besar. Membiarkan semangat menulis itu mengambil alih waktu meditasi saya rasanya juga bukan sebuah solusi yang benar.

Dalam Seminar Meditasi Kristiani yang ke tiga, saya sangat tertarik pada lambang mereka yang menggunakan gambar dua ekor burung merpati. Dijelaskan bahwa kedua burung itu melambangkan sikap kontemplatif Maria dan sikap aktif Marta. Saya selalu tertarik pada karakter Maria dan Marta dalam Kitab Suci. Setidaknya tulisan "Membaca KehendakNya" dan "Kehadiran lebih penting daripada perbuatan" menggambarkan pergumulan saya dengan kedua karakter ini. Dalam penjelasan mengenai logo tersebut dikatakan bahwa kedua karakter itu hadir di dalam diri kita, dan kita perlu menjaga keseimbangan antara bersikap sebagai Maria dan bersikap sebagai Marta. Hal ini sebenarnya sudah juga saya peroleh sebelumnya dan saya tuliskan di sini.

Perasaan kehilangan Lectio Divina membuat kami kembali berkumpul secara khusus untuk memasuki meditasi yang diskursif walaupun hanya sebagai selingan dari Meditasi Kristiani yang sedang kami coba pahami ini.

Bacaan yang kami pakai sebagai pengantar adalah bacaan Hari Minggu Prapaskah I, Matius 4: 1-11, mengenai godaan. Ayat yang sangat berkesan pada hari itu bagi saya adalah ayat 7 yaitu: "Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!"

Beberapa teman tertarik pada ketiga godaan yang ada. Memang pada dasarnya ketiga godaan itu masih hadir sampai saat ini juga. Demikian juga kenyataan bahwa Iblis menggunakan ayat-ayat Kitab Suci untuk menyesatkan manusia. Yesus digoda dalam aspek kemanusiaannya. Godaan itu menunjukkan betapa Yesus sungguh tahu apa yang sesungguhnya dihadapi oleh manusia. Sebagai manusia Dia juga digoda, dan Ia menunjukkan bagaimana caranya menghadapi godaan itu. Baik Yesus maupun Iblis sama-sama menggunakan ayat-ayat Kitab Suci. Bagaimana mengenali yang benar tentunya tidak sukar, Yesus mendasarkan ucapanNya pada kemuliaan Allah, sesuai dengan kehendak Allah. Iblis memberikan saran menggunakan kalimat Kitab Suci tetapi untuk tujuan memuaskan diri, memuaskan ego. Inilah yang kiranya perlu kita cari dalam kehidupan ini untuk menemukan Firman Yang Hidup itu. Lakukanlah semua pelayanan untukNya, bukan untuk diri pribadi atau kelompok kita saja.

Kemungkinan saya sangat tertarik pada ayat 7 tersebut karena seringkali saya bersikap pasrah kepada Tuhan, tetapi ada kemungkinan dalam kepasrahan itu ada terselip keinginan untuk melihat kebesaranNya. Bukankah itu bukti dari lemahnya iman?

Baru-baru ini seorang teman melalui akun Facebooknya menyarankan untuk menyumbang dana bagi seorang penulis yang cukup punya nama. Penulis itu ingin membeli tanah guna memperbesar taman bacaan yang sudah dirintisnya sejak lama. Kebetulan himbauan itu dituliskan ketika akhir bulan sudah di depan mata. Tentunya kantong pribadi juga sudah sangat menipis. Saya tersentuh akan permintaan sumbangan melalui transfer sebesar Rp. 10.000,-. Sumbangan tersebut sangat kecil, kalau untuk jajan anak-anak saya yang tiga orang saja cuma dapat jajanan pinggir jalan yang satu kali makan sudah habis. Kalau untuk makan di warteg, cuma bisa untuk satu orang sekali makan (normal). Ketika mentransfer dana tersebut sebenarnya terbersit keinginan untuk melebihkan dari jumlah sepuluh ribu itu, tetapi saat itu juga terpikir betapa kantong sendiri sedang kacau, dan kewajiban lain yang masih harus dibayarkan. Jadilah transfer terlaksana sambil menantikan keajaiban dari Tuhan. Keajaiban, karena penulis itu sebenarnya masih membutuhkan dana yang besar sekali untuk uang muka yang hampir tujuh puluh lima juta rupiah, dan waktunya tinggal satu hari untuk mengumpulkan uang muka itu. KeajaibanNya, karena sepuluh ribu itu tidak ada apa-apanya di antara bilangan puluhan juta...Dan keesokan harinya di layar Facebook yang ada berita konfirmasi bahwa keajaiban itu terjadi, sumbangan yang mengalir memungkinkan jumlah uang muka itu terkumpul. Di satu pihak saya senang karena mukjizatNya terlaksana, di lain pihak saya tiba-tiba merasa menjadi Thomas Didimus yang meminta bukti kepada Yesus.

Perasaan yang muncul itu, ditambah ayat yang menghentakkan saya ini menjadi dasar refleksi diri dalam perjalananku dari sekarang. Saya berharap tidak akan mencobai Tuhan walaupun dengan tidak sengaja. Mencoba untuk percaya sepenuhnya dan tidak akan mencobaiNya dalam pikiran, perkataan, maupun perbuatan. Saya tahu Ia mencintai domba-dombaNya, dan tidak akan dibiarkan satu dombapun hilang. Tetapi cinta yang sejati harus senantiasa bersifat timbal balik, saya juga perlu mencintaiNya dengan sepenuh hati dan dengan segenap akal budi.

Tuhan,
Jauhkanlah kami dari yang jahat,
Bebaskanlah kami dari pencobaan,
karena lemahlah kami,
terkadang daging lebih kuat daripada roh,
dan kegelapan lebih membuai tidur daripada Sang Surya yang bersinar membangunkan,
godaan adalah bagian dari kehidupan manusia,
jadikanlah kami kuat dan bijaksana dalam menghadapi godaan,
karena hanya Engkau yang memampukan kami,
hanya Engkau yang menguatkan dan membimbing kami dalam kegelapan,
Engkaulah terang yang menyinari hati kami,
Air kehidupan yang menyegarkan hidup kami,
dan Gembala yang menatang kami ketika kami terluka dalam dosa.
Tuhan,
ampuni kami,
dampingi kami senantiasa,
Amin.

No comments:

Post a Comment