Bacaan Kitab Suci dari hari Minggu biasa XII adalah dari Injil Matius 16:21-27, tetapi dalam bacaan sebelum meditasi kami menggunakan buku Jalan Menuju Kehidupan dimana digunakan Injil Matius 16:21-28. Secara pribadi ada dua ayat yang menarik perhatianku pada hari Jumat itu. Ayat yang pertama adalah ayat 24 dimana Yesus bersabda," Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya, dan mengikut Aku." Sesungguhnya dari ayat 23-26 semuanya mengingatkan akan satu hal yaitu betapa manusia perlu mengenal kehendakNya.
Perkenalan dengan meditasi mengajarkan aku akan satu hal yang penting, yaitu mengosongkan diri. Menyangkal semua keinginan pribadi yang mungkin muncul karena tuntutan duniawi manusia. Seringkali kita berpikir bukan dalam kerangka pikir Allah, melainkan lebih dalam kerangka pikir manusia. Pergumulan itu terus berlangsung karena seperti yang disimpulkan oleh dalam pemikiran Kierkegaard, pergumulan manusia untuk terus membuat pilihan-pilihan hidup akan berlanjut terus hingga mereka dipanggil kembali kepadaNya.
Meditasi juga mengajarkan bagaimana berdoa dari hati. Seperti yang diingatkan oleh Nabi Yeremia dalam bacaan pertama di hari Minggu XII ini, ketika ia tidak mau mengingatNya dan tidak mau mengucapkan firman lagi demi namaNya, maka dalam hatinya ada sesuatu yang seperti api yang menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangnya, dan tiada sanggup ia menahankannya (baca Yer 20:9). Ia hadir di dalam hati kita, karena itu kembali ke dalam hati dan berbincang denganNya dalam keheningan dan kebeningan hati merupakan hal yang paling mendasar untuk mampu menyangkal diri.
Surat Rasul Paulus kepada umat di Roma (Rm 12:1-2) mengingatkan agar kita mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah. "Janganlah menjadi serupa dengan dunia ini tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." Seringkali kita terikat pada cara pandang dunia, melihat kesuksesan dan keberhasilan hidup dengan mata manusiawi yang dibesarkan dunia. Tetapi bersama persembahan yang hidup, kehidupan kita, maka Tuhan akan mengajarkan untuk mengenali kehendakNya.
Kebetulan bacaan ini datang pada saat rekan-rekan Muslim sedang menjalankan ibadah puasa. Pada saat bulan suci ini, mereka menjaga tubuh dan hati mereka agar terarah sepenuhnya kepada Allah. Seringkali saya terkagum-kagum kepada kemampuan mereka menahan hawa nafsu, baik dari godaan makanan dan minuman jasmani maupun dari goda amarah dan nafsu lainnya. Kalau saya perhatikan, maka semuanya itu juga tidak bisa dilalui tanpa pembelajaran dan tekad yang kuat. Berani menyangkal diri, tidak mengikuti keinginan dunia melainkan memilih hadirNya akan menguatkan perjalanan ini.
Yeremia mengingatkan kita bahwa di luar kandungan ibu, kita akan berhadapan dengan kesusahan dan kedukaan (Yer 20:18). Kita bisa mengurangi kesusahan dan kedukaan itu bukan dengan meniadakannya, melainkan dengan hadirNya yang menutupi semua rasa duka dan susah itu. Iman yang teguh memampukan rekan-rekan saya yang muslim untuk sanggup menahan rasa lapar dan haus. Kesulitan duniawi yang dengan sengaja dimasukinya tidak menjadi beban dalam perjalanan mereka. Iman yang besar menyelamatkannya dari penderitaan atas rasa lapar dan haus. Saya bisa melihat bagaimana orang-orang yang sungguh-sungguh beriman mampu menjalankan puasanya walaupun harus tetap hidup di dalam dunia dimana orang lain ada yang tidak berpuasa. Ibu-ibu yang berpuasa mampu tetap berpuasa walaupun ia menyuap makan anaknya yang masih kecil dan belum mampu berpuasa.
Ada satu ayat lain yang menarikku pada hari Jumat lalu itu, tapi tidak mampu kucernakan. Mat 16:28 "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam kerajaanNya." Entah kenapa ayat ini seakan mengingatkan aku akan adanya reinkarnasi. Tetapi ini hanya datang bagai selintas komet yang bercahaya dan menghilang. Entah akankah menjadi lebih jelas dalam perjalanan yang lainnya atau tidak.
Tuhan,
banyak hal yang tidak kumengerti,
kepadaMu kukembali mencari,
di dalam Engkau kepenuhanku meruah,
dan kedangkalanku digali lebih mendalam>
Bagai rusa haus yang mereguk di mata airMu,
jiwaku memuliakan kehangatan cintaMu Tuhan,
Bimbing perjalanan kami dalam lintasan perjalanan jiwa,
hingga berakhir di hadiratMu yang maha kasih dan pengampun.
Amin.
No comments:
Post a Comment