Saturday, May 07, 2011

"Apa yang hendak kau perbuat, perbuatlah dengan segera."

Sengaja kutipan perkataan Yesus di atas kujadikan judul tulisan ini. Kutipan dari Injil Yohanes 13:27 sangat menarik perhatianku; Dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan Iblis. Maka Yesus berkata kepadanya: "Apa yang hendak kau perbuat, perbuatlah dengan segera."

Hal yang pertama, Yudas sudah menerima roti. Bagi kita sekarang ini, menerima rotiNya berarti menerima roti kehidupan, lambang tubuhNya yang dikorbankan bagi manusia. Ekaristi suci merupakan sumber kekuatan iman bagi kita. Tetapi Yudas justru kerasukan iblis setelah menerima roti. Hal yang kedua, Yesus meminta Yudas untuk segera melakukan apa yang hendak diperbuatnya. Bila dilihat dari keMahatahuan Tuhan, maka hati Yudas bukan lagi rahasia bagi Yesus. Tetapi bila mengingat pemenuhan kehendak Allah, yaitu pengorbanan Yesus di salib, maka perbuatan Yudas merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindari. Ayat di atas memang selalu menarik hati saya karena sedikit banyak juga berhubungan dengan takdir (baca juga tulisan yang ini dan yang ini.)

Di luar kisah ayat di atas, saya maupun beberapa orang di sekitar saya yang saya perhatikan seringkali merasakan dorongan yang kuat dari hati untuk berbuat sesuatu. Terkadang kesibukan harian membuat kami menundanya. Contohnya Ibu saya, seringkali ia merasakan keinginan yang kuat untuk menjenguk temannya yang sudah lama sakit. Karena kesibukannya terkadang ia tidak dapat segera menengoknya. Ada beberapa kali terjadi temannya berpulang sebelum dia sempat menjenguk. Karena itu perkataan di atas menjadi menyentuhku dari sisi positifnya, "Apa yang hendak kau perbuat, perbuatlah dengan segera." Apa yang dikatakan oleh hati terkadang menjadi suatu tuntunan dari Tuhan. Bagaimana menjaga agar hati ini tetap bersih dan bebas dari kehendak pribadi yang bertentangan dengan kehendak Allah merupakan tantangan dalam kehidupan ini.

Terus terang dibandingkan dengan Meditasi Kristiani, maka Meditasi Kitab Suci Lectio Divina masih jauh lebih membantu kehidupan rohaniku. Bisa jadi hal ini karena aku belum mampu sungguh-sungguh masuk dalam keheningan itu, bisa juga karena aku belum mampu untuk disiplin dalam meditasi. Kerinduan akan Firman yang hidup masih menjadi sebuah panggilan yang memenuhi batinku saat ini. Semoga akan tiba saatnya aku mampu mengenali kehendakNya dan menjadikan hal itu sebagai bagian dari hal yang akan kulakukan.

Bapa,
terima kasih atas penyertaanMu selama ini,
semoga apa yang akan aku perbuat
adalah apa yang Dikau inginkan daku lakukan.
Semoga aku senantiasa bersegera melaksanakan kehendakMu,
dan tidak memberi waktu kepada iblis untuk memasuki hatiku.
Tuhan,
kasihanilah kami,
Tuhan,
datanglah,
kami menantimu.
Amin.

No comments:

Post a Comment