Wednesday, November 21, 2007

Damai Sejahtera

Siapa yang tidak ingin memperoleh damai sejahtera bagi dirinya dan juga bagi sesama di sekitarnya? Saya sungguh ingin memperolehnya. Rasanya setiap langkahku kutujukan untuk hal itu. Tapi seringkali ke “Aku”an membuat kita buta dan bodoh.

Dalam Lukas 19:41-42 Yesus menangisi sebuah kota, alangkah baiknya jika penduduk kota itu mengerti apa yang perlu untuk damai sejahtera mereka. Mungkin Yesus juga menangisi saya, betapa buta dan degil saya yang terus berjuang untuk sesuatu yang tidak akan membawa damai sejahtera dalam kehidupanku.

Jalan menuju damai sejahtera ada padaNya. Tapi yang mengendalikan mobil itu di atas jalanan adalah kita sendiri. Alangkah sulitnya mengharmonisasi permainan gas, kopling dan rem dalam mengemudikan mobil itu. Membiarkan Tuhan yang bekerja terus bagi kita juga tidak benar, Allah menginginkan kita dengan kehendak bebas kita untuk ikut berpikir dan memilih. Berpikir dan memilih sendiri sarat dengan ancaman akan jatuh pada kepercayaan akan “Aku” yang terlalu besar. Ada saatnya kita lupa mengandalkan Tuhan. Ada saatnya kita berpikir hanya dalam kacamata pribadi dan melupakan kacamata sesama.

Menjadi pendengar bagi sesama yang berbeban berat juga sangat menyulitkan. Beban mereka seringkali terasa ringan dibandingkan beban kita sendiri. Alih-alih memberikan dukungan yang menguatkan, kita malah memberikan komentar yang mengecilkan arti kesulitannya. Akan adakah damai sejahtera? Tidak!

Tuhan,
Terima kasih atas berkat kehendak bebas yang kami peroleh,
tolong aku untuk mengerti
bagaimana memperoleh damai sejahtera dalam kehidupanku,
bagaimana membagikan damai sejahtera ke dalam kehidupan di sekitarku.
Bantu daku untuk lebih mengenalMu,
lebih mengenal jalanMu yang perlu kupilih.
Bantu daku untuk lebih mendengarkan
sabdaMu maupun kesah sesamaku…
Beri daku kekuatan dan kebijaksanaanTuhan,
Dalam menuju damai sejahteraMu.
Amin.

No comments:

Post a Comment