Thursday, February 11, 2010

Penyakit dan Kesembuhan

11 Februari 1858 Bunda Maria menampakkan diri kepada Bernadette Soubirous di sebuah gua di Lourdes. Tanggal 11 Februari juga merupakan Hari Orang Sakit Sedunia. Saya teringat pada Prosesi Lilin di Lourdes. Sama seperti yang diungkapkan oleh seorang pembaca tulisan Lourdes Memanggil dari seorang teman di portal jurnalisme warga, saat menjelang senja itu menjadi pemandangan iman yang sangat indah. Orang-orang yang sehat membantu orang-orang yang sakit untuk datang dan mengikuti acara. Orang yang hadir dari seluruh dunia, menyalakan lilin dan berdoa bersama. Pemandangan itu terpatri dalam ingatanku. Orang yang secara fisik sakit berbaur dengan orang-orang yang tampak sehat. Ketika itu saya belum sepenuhnya mengerti kesakitan yang lain...kesakitan rohani! Kini, saya sadar sepenuhnya bahwa bisa saja di antara orang-orang yang tampak sakit tersebut ada juga orang-orang yang sakit secara rohani.

Di sebuah milis non Katolik saya membaca pertanyaan mengapa Bernadette tidak mampu menyembuhkan dirinya sendiri dengan air dari Grotto yang katanya penuh dengan mukjizat penyembuhan. Mengapa Bernadette harus meninggal pada usia yang masih cukup muda, 35 tahun? Rasanya orang yang mengajukan pertanyaan itu hanya melihat kesembuhan dari sisi duniawi, dan melupakan sisi rohani kesembuhan. Bernadette sendiri hampir sepanjang hidupnya menderita sakit, tapi ia tidak mengeluh melainkan mempersembahkan semua penderitaannya kepada Tuhan sebagi silih demi pertobatan orang-orang berdosa.

Terkadang kita tidak mampu merasakan apa yang dirasakan oleh orang yang sedang menderita penyakit. Kisah seorang perempuan yang dua belas tahun lamanya menderita pendarahan hanya terdengar bagaikan penyakit biasa sebelum aku sendiri ikut merasakan betapa menderitanya mengalami pendarahan itu. Ketika darah mengalir bagai air ketuban, dengan waktu pendarahan yang panjang bahkan terasa tak berkesudahan...baru terasa betapa menderitanya perempuan itu. "Asal kujamah saja jubahNya maka aku akan sembuh" (Matius 9:21). Ia begitu yakin akan kesembuhan yang bisa diperolehnya dari Yesus, karena itu Yesus mengatakan bahwa imannya telah menyelamatkannya (Matius 9:22). Kepercayaan dan iman yang dalam ini seringkali sulit tumbuh di hati yang berbatu-batu atau berlumut karena egoisme, keangkuhan, dan keserakahan.

Bacaan Injil di Hari Orang Sakit Sedunia kemarin mengambil kisah Perempuan Sio-Fenisia yang percaya (Markus 7:24-30). Tidak seperti dalam kisah perempuan yang menderita pendarahan selama dua belas tahun di atas, yang hanya dengan membatin dan menjamah jubah Yesus langsung disembuhkan, perempuan Siro-Fenisia ini terus menerus berteriak-teriak minta tolong kepada Yesus dan tidak diindahkan. Dari Matius 15:21-28 bisa kita ketahui betapa murid-murid Yesus meminta Yesus untuk menyuruh perempuan itu pergi. Jawaban Yesus yang menarik untuk disimak: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel." Jadi, tidak ada kata pengusiran untuk orang-orang yang mengikutiNya. Permintaan untuk mengusir perempuan Siro-Fenisia (Kanaan) itu hanya memiliki satu implikasi bagi Tuhan, yaitu memberikannya kesembuhan yang dimintanya. Karena perempuan itu tidak termasuk dalam kawanan domba Israel, maka Ia tidak bisa memberikannya, tetapi bila perempuan itu hendak terus mengikutiNya maka Ia tidak bisa menyuruhnya pergi. Rupanya hal itu bukan karena Ia memilih umat yang ingin disembuhkanNya, melainkan karena Ia masih menguji iman perempuan itu.

"Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada kepada anjing." Perkataan itu amat pedas menohok perasaan, tetapi seorang ibu yang berjuang bagi kesembuhan putrinya itu tidak terguncang imannya. Ia menjawab: "Benar Tuhan, tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak."

Menjadi bukan siapa-siapa di hadapan Tuhan, sepenuhnya percaya kepada kerahiman Hati KudusNya adalah kunci kesembuhan itu.

Tetapi apakah hanya kesembuhan yang kasat mata yang diberikanNya? Terkadang mungkin bukan itu yang dijanjikanNya. Bernadette memperlihatkan hal tersebut, setelah penampakan Bunda Maria ia justru semakin menderita. Ada kecurigaan dari orang-orang, ada perhatian yang berlebihan...Bernadette tidak memperoleh kesembuhan dunia, ia bahkan menghabiskan sebagian besar dari harinya di atas tempat tidur karena sakit. Bernadette yang memperoleh karunia menemukan sumber mata air kesembuhan di Lourdes bahkan tidak menerima kesembuhan fisik itu sendiri. Tetapi di balik itu, saya bisa merasakan betapa Tuhan menyertainya, menguatkannya, dan membantunya memanggul salib derita itu. KasihNya yang merengkuh dan mengayomi adalah hadiah terindah yang menyembuhkan luka-luka batin dan menguatkan kita dalam menyongsong hari-hari yang baru.

Tuhan Yang Maha Pengasih,
aku hanyalah manusia biasa yang seringkali jatuh,
yang tidak kuat manahan derita dan sakit,
yang rindu akan mata air penyembuhan yang Dikau tawarkan...
Terima kasih atas kekuatan yang Dikau curahkan melalui KasihMu yang kekal abadi,
atas penghiburan yang Dikau berikan di saat-saat kusedih dan terpuruk,
Jadikanlah aku keceriaanMu,
Kuatkanlah daku dalam menemani jalan salibMu,
BersamaMu kupercaya akan beroleh kesembuhan yang sesungguhnya.
Amin.

1 comment:

  1. mmm ada kutipan doa bagus yang memberi contoh bahwa penderitaan itu bukan 'salahku atau cobaan Tuhan' sehingga kita menyalahkan Tuhan, aslinya dalam bahasa Jawa, "Tuhan terima kasih telah memberi aku sakit, kuatkanlah aku dalam sakit agar tetap gembira dan berkarya menyenangkan hatiMu"... GBU

    ReplyDelete