Bacaanku yang pertama adalah 1 Samuel 1: Lahirnya Samuel.
1 Samuel 1: 15-17 …aku seorang perempuan yang sangat bersusah hati; anggur ataupun minuman yang memabukkan tidak kuminum, melainkan aku mencurahkan isi hatiku di hadapan Tuhan. Janganlah anggap hambamu ini seorang perempuan dursila; sebab besarnya cemas dan sakit hati aku berbicara demikian lama”. Jawab Eli:”Pergilah dengan selamat, dan Allah Israel akan memberikan kepadamu apa yang engkau minta daripadaNya”.
Dalam derita yang mendalam, tiada yang lebih menghibur daripada berlari dan mengadu kepadaNya. Kuasa manusia bagai setitik abu di dunia, KuasaNya sungguh indah dan menakjubkan. Derita dan tangismu akan terhapus dengan bahagia surgawi. Percayalah, maka engkau akan mendapatkannya.
Satu hal yang agak membingungkan, sehubungan dengan nazar Hana untuk mempersembahkan anaknya kepada Allah (ayat 11), bila dihubungkan dengan ayat 23:
“…tinggallah sampai engkau menyapih dia; hanya, Tuhan kiranya menepati janjiNya.”
Bukankah Tuhan sudah menepati janjiNya? Justru kita manusia yang seringkali bernazar dan kemudian melupakannya setelah menerima yang dipinta?
Bacaan kedua adalah Yohanes 8: 30 -36 : Kebenaran yang memerdekakan.
Ayat 34: Kata Yesus kepada mereka: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa”
Menjadi orang yang merdeka bukan sekedar memiliki kehendak bebas, tapi juga mampu menggunakan pilihannya untuk tetap tinggal di dalam Kebebasan itu sendiri. Keluar dari jalanNya berarti membelenggu diri kepada dosa, kembali menjadi manusia terpasung yang kehilangan martabat kekal.
Yohanes 17:12 Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam namaMu, yaitu namaMu yang telah Engkau berikan kepadaKu; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain daripada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci.
Misteri Allah, Yang Maha Tahu dan Multidimensi, sungguh terletak pada takdir dan nasib Yudas Iskariot. Kehendak bebas menjadi hak pribadi kita, tapi Allah melihat jauh melampaui mata dan pikiran manusia. Pilihan yang diambil Yudas, bisa jadi menjadi pilihan kita juga! Kebinasaan yang dipilih Yudas, mungkin saja menjadi pilihan kita juga bila penyesalan kita tidak disertai penyerahan diri kembali kepadaNya.
Allah Bapa Yang Mahabaik,
Tolonglah kami untuk menjernihkan suara hati kami,
Agar hanya suaraMu yang senantiasa bergaung dari dalamnya.
Berilah kami kejernihan pikiran,
Agar kami mampu senantiasa bijaksana dalam menggunakan kehendak bebas kami,
Senantiasa mengambil pilihan yang sesuai dengan kehendakMu.
Dan senantiasa mensyukuri rahmat kebebasan yang Dikau berikan, Amin.
No comments:
Post a Comment