Judul di atas bukan kalimat yang lengkap. Kalimat selengkapnya dari Markus 8:36 adalah: "Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya?"
Bacaan ini saya peroleh ketika memandu kelas Bina Iman Anak minggu lalu. Sebenarnya akhir pekan adalah waktu saya membawa anak-anak menginap di rumah opa-oma mereka. Waktu itu sekaligus menjadi kesempatan saya untuk berkeliling mencari pameran atau acara lain yang menarik hati. Tetapi hati kecil saya meminta saya mengorbankan keinginan dan kesenangan pribadi, apalagi karena kegiatan Bina Iman Remaja yang seharusnya saya pegang tidak bisa berjalan. Mengajak anak remaja mengisi minggu pagi dengan kegiatan yang mirip "sekolah" walaupun hanya sekolah minggu rupanya cukup sulit. Jadi permintaan bantuan dari pembina Bina Iman Anak saya sanggupi untuk melatih diri disiplin dalam memberikan pelayanan nyata.
Menulis buat saya sebuah kesenangan, dan tulisan untuk blog ini biasanya bukan semata berasal dari saya. Dari kegiatan meditasi kelompok maupun meditasi pribadi kata-kata biasanya mengalir sendiri. Rasanya saya hanya mengetikkan, yang membimbing pilihan kata dan topik adalah Roh Kudus. Walaupun merasa bahwa menuliskan blog ini merupakan salah satu bentuk tanggung jawab berbagi saya kepada Gereja, tetap saja ada desakan untuk memberikan karya lain yang lebih nyata terasakan.
Membagi waktu merupakan masalah tersulit bagi seorang ibu, apalagi ketika tidak ada kehadiran asisten rumah tangga. Pada saat itu upaya untuk menekan emosi dan menyeimbangkan diri sangat sulit rasanya. Menulis merupakan cara saya membebaskan diri dari stress rumah tangga, tetapi menulis juga membutuhkan konsentrasi dan waktu. Demikian pula waktu pelayanan. Waktu untuk koor, waktu untuk Bina Iman, waktu untuk kelompok meditasi, waktu untuk Rapat Pengurus Lingkungan, semuanya mengkonsumsi waktu yang seharusnya tersedia bagi rumah tangga dan diri sendiri.
Ketika kebutuhan ekonomi meningkat seiring dengan kebutuhan biaya sekolah anak-anak, maka kebutuhan waktu untuk menghasilkan uang juga menjadi terasa penting. Maka jadilah akrobat mengatur waktu,emosi, dan konsentrasi untuk menjaga keseimbangan itu.
Terlalu fokus pada pelayanan juga kurang baik. Saya pernah merasakan kekeringan itu. Ketika itu mungkin ayat di atas berbunyi: "Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia tetapi ia kehilangan dirinya?" Artinya orang-orang yang mengenal kita mengakui palayanan kita dan mengenal kita, tetapi dalam waktu yang bersamaan kita sendiri merasa tidak memiliki waktu untuk diri sendiri, tidak memikirkan persiapan masa depan saya, dan hanya fokus pada kegiatan pelayanan.
Bila terlalu ingin menyenangkan diri pribadi, apalagi dengan kacamata duniawi maka kita akan mengejar kekayaan materi dan ketersohoran secara duniawi tanpa memikirkan jiwa yang mungkin merana, kering, dan jauh dari kasihNya.
Saya baru membaca buku yang bercerita tentang orang tua sebagai petani. Petani tahu bahwa dia harus bekerja keras untuk bisa menghasilkan panen besar. Sudah menjadi tanggung jawabnya untuk menanam, memupuk, dan memelihara tanamannya hingga panen. Tetapi semua pekerjaannya akan sia-sia bila Tuhan tidak membantunya dengan sinar matahari dan hujan. Tuhan menyediakan sinar matahari dan hujan yang akan membuat tanaman petani tadi bisa berbuah banyak dan menghasilkan panen yang besar. Kerja keras petani akan sia-sia bila Tuhan tidak melakukan bagianNya.
Saya rasa sama seperti petani, semua kegiatan itu ada proporsinya, sama seperti tanaman membutuhkan komposisi tanah, air, pupuk, dan sinar matahari dalam takaran tertentu untuk bisa bertumbuh dengan subur. Nasehat bagus dari buku Norman Wright "Menjadi Orang tua yang Bijaksana" adalah: "Sebagai orang tua anda perlu memahami bahwa anda harus bekerja sama dengan Tuhan. Anda tidak dapat melakukannya sendiri dan mengharapkan hasil yang baik."
Nasehat itu rasanya tidak hanya berlaku untuk menjadi orang tua yang baik, tetapi juga untuk menjadi anakNya yang baik. Kita mencoba melakukan semua yang terbaik yang bisa kita persembahkan dengan ketulusan. Maka Ia akan menyirami dan memberikan sinarNya untuk menumbuhkan kita dalam diriNya. Dalam Dia, mungkin kita tidak akan memperoleh seluruh dunia. Mungkin kita tidak akan pernah dikenal dunia. Tetapi dalam Dia kehidupan kekal sudah tersedia...
Tuhan,
Terima kasih atas segala penyertaanMu,
Bantu aku bersabar,
Bantu aku mengerti,
Bantu aku memberikan pelayanan yang proporsional
tanpa pernah kehilangan diriku pribadi.
Terima kasih Bapa,
Dalam kasihMu aku bernaung.
Amin.
No comments:
Post a Comment