Wednesday, March 25, 2009

Mari Bertanggungjawab Melalui Pekerjaan

Hari ini Yesus mengatakan bahwa Dia tidak akan bersaksi tentang diriNya sendiri, dan dia juga tidak membutuhkan kesaksian manusia tentang diriNya, melainkan pekerjaanNya yang akan memberikan kesaksian tentang diriNya.

Hari ini melalui Yohanes 5:31-47 Yesus menyentuh aku terutama dalam dua hal. Pertama dalam hal pekerjaan. "...Aku mempunyai satu kesaksian yang lebih penting daripada kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepadaKu, supaya aku melaksanakannya. Pekerjaan itu jualah yang sekarang Kukerjakan, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku."

Sebagai ibu rumah tangga, hasil dari pekerjaanku tidak langsung terlihat. Tidak ada gaji, tidak ada promosi, bahkan terkadang terasa penuh onak dan duri; pergulatan dengan emosi, pergulatan antara keinginan diri pribadi dan kepentingan anak/keluarga.

Sebagai relawan juga tidak ada hasil yang secara langsung kuterima. Yang ada adalah pergelutan membagi waktu dan perhatian, bahkan di luar waktu terkadang masih perlu juga pengorbanan finansial. Pergumulan batin untuk bisa berbagi dari keadaan yang serba "kurang", artinya kurang waktu, kurang dana, atau bahkan kurang daya tahan emosional, adalah bagian dari pekerjaan itu.

Tiba-tiba aku teringat akan materi pendalaman iman minggu lalu, mengenai Yesus yang memberi makan orang banyak. Bukan satu dua kali Ia memberi makan orang banyak. Dari Matius 14:13-21 kita tahu Ia memberi makan lima ribu orang dengan lima roti dan dua ikan, kemudian dari Matius 15: 32-39 Ia memberi makan empat ribu orang dari tujuh roti dan beberapa ikan. Jumlah orang itu tidak absolut karena yang dihitung hanya kaum lelaki, artinya kepala keluarga saja. Ia akan menggandakan yang sedikit itu selama diberikan untuk kepentingan orang banyak. Saya berharap Ia juga mau menggandakan hasil dari bibit yang kusebar melalui pelayananku yang rasanya masih serba penuh kekurangan ini. Yesus mengajak kita untuk mensyukuri apapun (berapapun) yang kita miliki, dan Ia juga mengajak kita untuk memberikan semua yang kita miliki serta hasil jerih payah kita kepada Tuhan untuk digandakanNya dan dibagikanNya kepada orang banyak.

Mendapatkan talenta yang besar seringkali juga membuat saya tidak mampu fokus, semua hal menarik hati, semua pekerjaan ingin dicoba. Seringkali saya bertanya-tanya: "Tuhan, apa yang Kau inginkan aku perbuat?" Orang-orang di sekitarku seringkali tidak bisa mengerti kegiatan lain yang kulakukan yang tidak memperoleh imbalan materi. Seringkali saya dituduh melalaikan anak-anakku karena terlalu terserap dalam kegiatan lain yang menurut mereka malah menghabiskan energi dan materi yang seharusnya bisa diberikan untuk keluarga. Sebenarnya saya juga tidak mengerti mengapa dorongan untuk pelayanan "keluar rumah" begitu besar. Terkadang saya juga takut kalau semua ini semata untuk egoisme dan kepentingan pribadiku yang ingin eksis di mata orang lain. Hari ini rasanya Tuhan menguatkan hatiku, "Berikanlah roti dan ikan yang sedikit yang kau miliki kepadaKu dan Aku akan membantumu menggandakannya agar cukup bagi dirimu dan bagi semua orang."

Fokus ke dalam Tuhan, rasanya itu yang terpenting bagiku saat ini, karena hanya Dia yang sanggup mengetahui porsi kebutuhan anak-anakku maupun orang lain yang membutuhkan bantuanku. Hanya Dia yang sanggup mencukupkan 24 jam dalam sehari menjadi cukup untuk pelayanan, pengembangan diri, dan istirahatku.

Mendekatkan diri kepadaNya membuat saya mampu melihat keajaiban-keajaiban dalam kehidupanku. Ada banyak yang ajaib dalam kehidupan seorang ibu. Sejak dari proses mengandung dan melahirkan, sampai proses membesarkan anak, semuanya penuh dengan keajaiban.

Terkadang saya juga menerima hadiah yang tidak kusangka-sangka. Ketika merasa bahwa kegiatan jurnalisme warga adalah sebuah bentuk yang patut diperjuangkan, saya mencoba mendorong agar salah seorang dari wikimu (portal jurnalisme warga lokal) bisa diundang ke Seoul. Undangan yang datang justru untuk diriku. Ketika orang-orang mulai mencerca waktu dan materi yang kukorbankan untuk kegiatan ini, ada saja hadiah-hadiah kecil yang diberikanNya kepadaku melalui orang-orang di sekitarku. Tentu saja saya tidak boleh terlena, karena semua yang ada bukan hak yang kuperoleh, melainkan karena kemurahan hatiNya.

Banyak hal yang patut kusyukuri dalam kehidupan ini. Resesi global mulai terasa berat. Hampir setiap hari media massa mengisahkan kisah pembunuhan, bunuh diri, maupun percobaan bunuh diri karena alasan ekonomi. Kegelapan menyertai keputusan-keputusan yang diambil dalam keputusasaan. Saya bersyukur sampai saat ini masih mampu berjalan di dalam terangNya.

Catatan kedua yang membekas di hatiku adalah "Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa olehNya kamu mempunyai hidup yang kekal. Tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberikan kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepadaKu untuk memperoleh hidup itu."

Dalam pendalaman iman minggu lalu, seorang teman yang sering membaca blog ini bertanya: "Benar, yang kamu tulis itu datang begitu saja?" Memang saya mendapat talenta untuk lebih mampu merangkai kata-kata, tetapi terus terang tanpa doa terasa sulit untuk menuliskan rangkaian tulisan di blog ini. Terkadang, saya sendiri juga terpesona pada hasil yang tertuliskan disini. Tetapi semua itu tidak menandakan bahwa saya dipenuhi oleh Roh Kudus dan hidup suci, salah besar! Mungkin Roh Kudus bekerja selama jemariku mengetik tulisan ini. Tulisan untuk blog Journey to His Words tidak pernah kuperlakukan seperti artikel untuk media massa. Tulisan ini tidak dipersiapkan di Word atau di Googledoc, melainkan langsung diketik di template blog. Suntingan akhir seringkali terjadi setelah tulisan naik dan terasa ada kata-kata yang agak janggal (masalah bahasa).

Ketakutanku yang paling besar adalah mampu menuliskan semua hal-hal yang menarik dan inspiratif untuk mendekatkan orang kepada Tuhan, tetapi saya sendiri tidak datang kepadaNya untuk memperoleh kehidupan kekal itu. Keseimbangan dan penyangkalan diri, kemampuan untuk berbagi dan kesiapan untuk menerima semua cobaan, fokus dalam Dia dan komunikasi aktif denganNya yang disertai dengan kerja keras dalam dunia nyata, semuanya itu perlu kupersembahkan kepadaNya agar Dia mampu bekerja melalui aku. Kesulitan terbesarku adalah untuk mengetahui pilihan yang tepat dari persimpangan jalan di depanku. Kesulitan lainnya adalah benar-benar melaksanakan apa yang diberikanNya kepadaku melalui sabda-sabdaNya yang kutelusuri disini.

Tuhan,
Bapa yang Mahabaik dan Maha Pemurah,
Terima kasih atas kekuatan yang Dikau berikan,
Atas anugrah yang Dikau hadiahkan,
Kusadar betapa jauh dari sempurna diriku,
Betapa banyak kekurangan dalam pelayananku kepadaMu,
Tolong aku Bapa,
Ajari aku bahasa cintaMu,
Ajari aku menggunakannya,
Ajari aku membibit dan menanamkannya,
Agar mampu berbuah banyak dan layak dibagikan dalam namaMu.
Amin.

No comments:

Post a Comment