Hari ini adalah Hari Raya Kabar Sukacita, dari Injil Lukas 1: 26-38 bisa kita peroleh kabar yang paling agung itu. "Roh KududsKu akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau, sebab itu anak yang kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah" (Luk 1:35), begitulah malaikat Gabriel menjawab keraguan yang sempat terbersit di hati Maria.
Tulisan di Cafe Rohani dengan judul "Menjawab" sangat mempengaruhiku pagi ini. Ada tiga hal dari Maria yang dicatat dalam tulisan tersebut, Maria adalah manusia beriman, Maria adalah manusia yang terbuka terhadap karya Allah, berkat iman dan sikap terbukanya Maria mampu menjawab tawaran Tuhan.
Menjadi manusia beriman berarti membentuk hidup yang dipenuhi sikap doa dan mengarah kepada Allah. Sebenarnya saya perlu juga mengenal dimensi lain dari doa. Bagiku doa adalah percakapan atau dialog dengan Tuhan. Selama ini saya mengusahakan dialog yang tiada henti dengan Tuhan, tetapi seperti kebiasaan burukku, dialog ini lebih sering kumonopoli. Artinya saya yang berkeluh kesah kepadaNya, bertanya kepadaNya, bercerita kepadaNya...menjadi sebuah monolog! Saya terkadang lupa untuk diam dan mendengarkan.
Keterbukaan Maria menyiratkan bahwa dia mengosongkan dirinya dari segala kepentingan dan keinginan supaya bisa diisi oleh rencana dan kehendak Allah. Inilah hal yang kurang kutemui dalam diriku, kepentingan dan keinginanku masih sangat mendominasi monolog yang kusodorkan sebagai doa. Meditasi kelompok membantu aku untuk mundur dari kepentingan dan keinginanku pribadi. Biasanya dalam meditasi kelompok itu saya masih berangkat dari sudut pandang dan kepentingan pribadiku sendiri, tetapi begitu lebur dalam hasil meditasi perorangan teman-teman maka rencana Allah yang jauh lebih besar dari pikiranku sedikit terbukakan.
Terkadang kita memandang manusia hanya dari yang tampak di luar, tetapi pergumulan mereka di dalam hati tersimpan rapat disana. Terkadang memang orang ekstrovert seperti saya tidak sanggup menyimpannya rapat-rapat di dalam hati, tetapi tetap saja apa yang tampil di mata orang lain mungkin tidak sama persis dengan apa yang sebenarnya sedang bergolak di dalam hatiku. Dalam kesempatan membukakan diri bersama rekan-rekan kelompok doa baru terasa betapa salib itu begitu beraneka macam. Semuanya diukir dengan indah oleh tanganNya secara khusus, sesuai dengan kemampuan kami masing-masing menanggung bebannya.
Jawaban Maria: "Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanMu" adalah jawaban yang sangat sarat dengan ketebalan imannya. Sebenarnya Maria juga tidak benar-benar memahami apa yang sedang dialaminya, ataupun apa yang akan dijalaninya. Kabar sukacita ini tidak berhenti hanya dalam kelahiran Yesus, melainkan merupakan satu paket dengan kisah sengsaraNya, kematian, kebangkitan, dan kenaikanNya ke surga. Satu paket lengkap yang membukakan keselamatan manusia dari akibat dosa Adam dan Hawa. Dalam keadaan tidak mengerti, Maria mau menerima kehendak Allah dan bersedia menanggung segala konsekuensi yang akan dihadapinya dengan iman kepada Tuhan.
Rasanya malu membayangkan betapa sering saya memohon kepada Tuhan untuk menjauhkan segala konsekuensi yang berlumurkan kepahitan hidup dari kehidupanku. Memang Yesus dalam saat-saat terakhirnya di taman Getsemani juga gentar mengingat konsekuensi yang akan dihadapinya dan memohon: "Ya BapaKu, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini daripadaKu, tetapi bukan kehendakKu, melainkan kehendakMulah yang terjadi." (Lukas 22:42). Yesus memohonkan kekuatan kepada BapaNya melalui doa, dan malaikat Tuhan datang memberikan kekuatan kepadaNya (Luk 22:43). Terkadang mulut berucap: "terjadilah padaku menurut kehendakMu Bapa," tetapi hati juga sibuk memohon agar segala kemalangan dan kesulitan hidup menjauh dari diriku dan keluargaku. Dan ketika nasib buruk menyambangi sibuk berpikir apa yang salah, mengapa kehidupan tidak berjalan dalam damai sejahteraNya. Padahal damai sejahtera bisa terasakan walaupun kita dalam keadaan terpuruk, berduka, dikhianati, dilecehkan, ataupun dalam penderitaan lainnya, selama kita tetap berjalan bersamaNya. "Imanmu telah menyelamatkanmu," kata Yesus kepada orang-orang yang disembuhkanNya. Iman itu yang memberikan kekuatan untuk terus merasakan damai sejahteraNya dalam untung dan malang, dalam sukacita dan dukacita, dalam kelegaan dan ketakutan...malaikatNya senantiasa mengirim rahmatNya yang menguatkan selama kita hidup di dalam iman.
"Aku senantiasa memandang kepada Tuhan,
karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah.
Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak,
Bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram,
sebab Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati,
dan tidak membiarkan Orang KudusMu melihat kebinasaan.
Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan, Engkau akan melimpahi aku dengan sukacita di hadapanMu." (Kis Ras 2: 25-28)
Apa yang perlu kuperbuat ya Allah? Melalui Petrus kedengar jawabanNya: "Bertobatlah, berilah dirimu diselamatkan..." (Kis Ras 2:37-40)
Ya Bapa,
Tumbuhkanlah aku terus di dalam iman kepadaMu,
Bantulah keluargaku memupuk iman itu dalam persemaian bibit di dalam anak-anak kami,
Dan berilah kami kekuatanMu untuk terus terbuka terhadap kehendakMu,
dan berani melangkah bersamaMu walaupun gelombang dan badai menghadang di muka.
Bapa, ampunilah kami orang berdosa.
Amin.
No comments:
Post a Comment