Dalam perjumpaan bersama teman-teman kelompok doa, saya mendapati perbincangan seru seputar jodoh atau pilihan. Apakah pasangan hidupmu itu adalah jodoh dari Tuhan, sehingga ditunggu saja pasti akan datang atau pasti akan bertemu, atau ia adalah pilihanmu yang bisa saja salah pilih dan sebenarnya bukan jodoh dari Tuhan. Seru juga perbincangan ini, sebenarnya tidak jauh berbeda dari masalah nasib atau pilihan hidup manusia. Manusia diberi pilihan bebas untuk menentukan jalan kehidupannya, tapi sampai di mana kebebasan manusia itu diberikan? Adakah batasan di mana pilihan manusia dipatahkan oleh nasib yang disuratkan untuknya?
Sebelumnya saya sudah pernah belajar sedikit tentang nasib dan pilihan bebas, dalam tulisan "Pilihan atas kehendak bebas", saya guratkan
"Misteri Allah, Yang Maha Tahu dan Multidimensi, sungguh terletak pada takdir dan nasib Yudas Iskariot. Kehendak bebas menjadi hak pribadi kita, tapi Allah melihat jauh melampaui mata dan pikiran manusia. Pilihan yang diambil Yudas, bisa jadi menjadi pilihan kita juga! Kebinasaan yang dipilih Yudas, mungkin saja menjadi pilihan kita juga bila penyesalan kita tidak disertai penyerahan diri kembali kepadaNya."
Tulisan ini ternyata sangat sesuai dengan bacaan yang saya baca pada hari itu dari Roma 11:33 yaitu:
O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!
Kembali saya diingatkan betapa saya tidak mampu membaca diri saya sendiri, betapa Allah tahu lebih jauh mengenai diriku, pikiran, dan pilihan-pilihanku.
Dalam setiap perjalanan kehidupan, bukan hanya perjalanan pernikahan, pasti senantiasa ada kerikil dan batu yang menghadang di jalan. Betapa sering saya menjadi tidak sabar dan berpikir pastilah jalan berbatu dan beronak duri adalah kesalahan pilihansaya, tetapi juga tidak sabar karena Tuhan tidak membantu keluar dari kesesakan itu seperti juga bangsa Israel yang bersungut-sungut di padang gurun. Padahal sebenarnya saya tidak perlu takut atau kesal, karena Gembala yang utama tidak akan pernah meninggalkan domba-dombaNya. Ia adalah Gembala yang senantiasa menjaga agar aku tetap hadir di dekatNya.
Kelemahan manusia tidak menjadi penghalang bagiNya untuk menerima anak-anakNya, bukan penghalang bagiNya untuk menyatakan kemuliaanNya. Yang perlu kita kenali adalah talenta yang diberikanNya, dan berusaha untuk senantiasa mengembangkan talenta itu karena Tuhan sendiri yang akan membantu menjadikannya alat untuk memuliakan namaNya. Kemampuan untuk bisa membaca talentaNya adalah karunia yang perlu dikembangkan dengan senantiasa aktif mencari DiriNya.
Jadi jodoh dan pilihan sudah merupakan satu paket yang akan membawa kebahagiaan bila senantiasa dijalani dengan berpegang padaNya. Ia mampu melihat lebih jauh dan lebih dalam dari pilihan-pilihan manusia. Ia akan bekerja melalui pilihan-pilihan yang diambil manusia. Jadi perjumpaan adalah jodoh, tapi keputusan untuk menjalani hidup berumah tangga adalah pilihan yang diberikan secara bebas kepada manusia.
Terkadang ada onak dan duri di jalan tersebut, bukan karena kesalahan pilihan, bukan karena Tuhan tidak merestui pilihan itu. Tetapi karena Ia mengharapkan kita untuk setia pada pilihan yang kita ambil bersamaNya. Dari Lukas 14:14 kutemukan kalimat penguatan:
Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar
Tuhan,
Sungguh tidak mudah untuk mengerti jalanMu
Sungguh tidak gampang untuk mengambil pilihan sesuai dengan kehendakMu
Ketika kami sendiri tidak tahu kehendakMu.
Terima kasih karena Kau berikan Roh Kudus yang menyertai kami menjalani jalan kehidupan ini.
Yang menerangi jalan yang perlu kupilih
Yang mengajakku kembali ketika aku salah melangkah
Yang menguatkanku ketika kelelahan menerpa.
Tuhan, berkati kami dalam membuat pilihan-pilihan kami.
Amin.